BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut 2. Pendidikan pula yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia secara kaffah (menyeluruh).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seseorang yang memiliki cita-cita untuk memajukan. demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dimana anak didik belajar. Proses belajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, 2005), hlm. 51. hlm.2. 1 Achmad Sugandi, dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, UU RI No. 20 TH 2003, Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Tujuan pendidikan berdasarkan di dalam tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang saling mempengaruhi, misalnya persoalan administrasi,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, Yrama Media, Bandung, 2009, hlm.14. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan nasional merupakan alat untuk meningkatkan kualitas bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan aspek-aspek perilaku lainya kepada generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia dan berkaitan langsung dengan pembentukan manusia serta menentukan model manusia yang akan dihasilkannya 1. Pendidikan formal seperti lembaga pendidikan sekolah akan dirasakan sangat penting, ketika keluarga tidak mampu lagi memberikan pendidikan yang wajar kepada anak anaknya. Lembaga ini akhirnya diterima sebagai wahana proses kemanusiaan dan pemanusiaan kedua setelah keluarga 2. Proses belajar mengajar sebenarnya tidak semudah yang kita bayangkan, ini juga menjadi bukti bahwa proses belajar mengajar adalah suatu proses yang komplek. Proses tersebut terdiri dari banyak bagian yang kait mengait, tiap bagian mempunyai fungsi tersendiri yang bekerja dalam suatu kaitan agar dapat mencapai keberhasilan. Apabila hanya mengandalkan pada salah satu komponen (subsistem) saja, maka siswa tidak akan berhasil mencapai tujuan belajar 3. Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, Pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan formal selalu berusaha memajukan dan meningkatan kwalitas pendidikan masyarakat, karena dengan pendidikan yang baik diharapkan akan melahirkan manusia-manusia sebagai generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab. Sebagaimana dijabarkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tentang sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab II Pasal 3, 1 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek,Rosda karya, Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme Tenaga Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm.15. 3 Ibid, hlm.61 1

2 Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa yang sedang membangun, yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab 4. Dalam merumuskan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, mengandung ciri-ciri pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang mempunyai mutu tinggi. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu unsur yang harus berperan secara aktif dalam usaha membentuk sumber daya manusia (SDM) yang potensial dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang, dalam arti kata bahwa pada setiap diri guru itu terletak suatu beban dan tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu tingkat kedewasaan atau taraf kematangan tertentu 5. Guru tidak bisa melaksanakan tujuan pembelajaran tanpa kurikulum karena segala tujuan kurikulum sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan merupakan langkah dan sumbangan ke arah pewujudan. Ini dilakukan melalui berbagai tingkatan pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Seorang guru harus menyadari tujuan itu dan dengan sengaja berusaha untuk mengembangkan dalam mata pelajaran yang di berikan masingmasing. 6 Dan kurikulum pendidikan di laksanakan secara terbuka sehingga dapat memenuhi kebutuhan maya maupun nyata. 7 4 Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, UU RI No. 20 TH 2003, Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hlm. 5. 5 Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2006, hlm. 5. 6 Nasution, Pengembangan Kurikulum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm 42. 7 Mulyasa, Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013,remaja rosda karya, bandung,2014, hlm. 18.

3 Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang di jarakan di sekolah. Definisi ini jelas lebih luas dari pada sekedar meliputi matapelajaran akan tetapi segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu kurikulum tidak hanya mengenai situasi di dalam sekolah akan tetapi juga di luar sekolah. Yang jelas ialah bahwa kurikulum bukanlah buku kurikulum, bukanlah sekedar dokumen yang dicetak atau distensil. Untuk mengetahui kurikulum sekolah tidak cukup mempelajari buku kurikulumnya melainkan juga apa yang terjadi di sekolah, dalam kelas, di luar kelas, kegiatan-kegiatan di lapangan olah raga atau di aula, dan sebagainya. 8 Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembanganya harus di lakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa ke mana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak wacana perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 di gulirkan, telah muncul berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik yang pro maupun yang kontra. Menghadapi berbagai tanggapan tersebut, terutama nada miring dari yang kontra terhadapan perubahan kurikulum; mentri pendidikan dan kebudayaan muhammad nuh dalam berbagai kesempatan menegaskan perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006. 9 Keberhasilan pengembangan kurikulum sangat ditentukan oleh kebijakan kepala Madrasah dalam mengkoordinasi, menggerakan, dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala Madrasah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah 8 Nasution Op.Cit, hlm. 8-10 9 Mulyasa Op. Cit, hlm. 59-60

4 untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala Madrasah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Untuk kepentingan tersebut, kepala Madrasah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitanya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan dan penciptaan iklim sekolah 10. Kepala Madrasah sebagai pemimpin, supervisor, dan juga mitra bagi semua guru yang dipimpinnya berpengaruh besar dalam perencanaan, pelaksanaan program-program serta kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan. Pasca pelaksanaan kegiatan pembelajaran kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor bagi seluruh kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukan betapa cukup besarnya peran kepala sekolah dalam proses pra maupun pasca pembelajaran. Dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor, kepala madrasah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di madrasah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaanya.keberhasilan keepala madrasah sebagai supervisor antara lain dapat di tunjukan oleh: meningkatnya kinerjanya dan meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. 11 10 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hlm. 182. 11 Muwahid Shulhan, Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru,teras, yogyakarta, 2013, hlm. 53-54.

5 Melihat begitu penting dan besarnya peranan kepala Madrasah dalam penyelenggaraan pendidikan maka dibutuhkan kesamaan kesamaan faham, konsep dari keputusan keputusan yang hendak dijalankan dan dilaksankan. Dengan adanya kesamaan maka akan lebih mudah untuk mencapai kesefahaman dan terwujudnya kesepakatan bersama sebagai landasan pengambilan keputusan dan persetujuan terhadap sebuah kebijakan atau sebuah program kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Begitu sama halnya kasus yang terjadi di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah yaitu kebijakan kepala madrasahlah yang diharapkan dalam meyelesaikan kasus ini, yaitu masalah yang di alami oleh guru mata pelajaran dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013, dengan kasus yang terjadi di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah kepala madrasah memberi kebijakan kepada dewan guru untuk memakai kurikulum KTSP sebagai bahan penilaian saja dan kurikulum 2013 sebagai media pengajaran sehari-hari Oleh karena itu saya dalam kesempatan ini mengajukan judul penelitian Analisis Kebijakan Kepala Madrasah Dalam Pengembangan Kurikulum Melalui Supervisi Internal ( Studi Kasus di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah, Undaan, Kudus ) B. Fokus Penelitian Karena luasnya permasalahan yang ada dalam obyek penelitian maka peneliti menfokuskan permasalahan hanya pada Kebijakan Kepala Madrasah Sebagai Supervaisor Internal di MI Miftahul Falah Undaan Tengah. Pada penelitian ini peneliti menfokuskan pada ; 1. Kebijakan Kepala Madrasah dalam Pengembangan Kurikulum di MI Miftahul Falah Undaan Tengah. 2. Perencanaan kegiatan Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 di MI Miftahul Falah Undaan Tengah. 3. Pelaksanaan Program Supervisi Internal di MI Miftahul Falah Undaan Tengah.

6 4. Peran Kepala Madrasah Sebagai Supervisor Internal dalam Mendukung Kinerja Guru Untuk Perkembangan Kurikulum di MI Miftahul Falah Undaan Tengah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas ada beberapa hal yang menurut peneliti sangat relevan dan signifikan yang dapat dijadikan permasalahan yaitu : 1. Kebijakan Apa yang di Jadikan Dasar untuk Pengembangan Kurikulum di MI NU Miftahul Falah Undan Tengah? 2. Bagaimana Kebijakan Kepala Madrasah dalam Pengembangan Kurikulum di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah? 3. Bagaimana Pelaksanaan Supervisi Internal di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah? 4. Bagaimana Sistem Evaluasi Program Supervisi Internal di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kebijakan apa yang di jadikan dasar untuk pengembangan kurikulum di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah. 2. Untuk mengetahui Kebijakan Kepala Madrasah dalam Pengembangan Kurikulum di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah. 3. Untuk mengetahui Pelaksanaan Supervisi Internal di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah. 4. Untuk mengetahui Sistem Evaluasi Program Supervisi Internal di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah.

7 E. Manfaat Penelitian Kegunaan dari setiap penelitian yang dilaksanakan pasti dapat memberi manfaat baik bagi objek atau peneliti khususnya dan juga bagi keseluruhan komponen yang terlibat didalamnya. Manfaat yang dapat diambil dari penulisan proposal ini adalah : 1. Secara Teoretis a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan melalui pengembangan kurikulum. Bahwa peran serta seluruh unsur dalam suatu lembaga pendidikan dibutuhkan untuk mewujudkan proses pengembangan kurikulum di sekolah terutama kebijakan kepala madrasah dalam memutuskan baik buruknya. b. Untuk memperkuat teori bahwa Supervisi Internal penting sebagai bahan evaluasi pembelajaran guru dalam mencapai tujuan yang diinginkan. 2. Secara Praktis a. Dengan kebijakan kepala madrasah dalam mensupervisi pengembangan kurikulum, maka penerapan dan pengembangan pendidikan yang baik dapat terwujud sehingga berimbas pada lembaga pendidikan yang efektif, produktif dan berprestasi serta meningkatkan kwalitas peserta didik dalam berprestasi, khususnya di MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah, Undaan, Kudus. b. Sebagai bahan munaqosah dan bahan dokumen untuk penelitian lebih lanjut.