II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian sempit sumber belajar dapat diartikan seperti buku- buku atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dimana para siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Active Learning melalui Teknik Group to Group Exchange. Active learning/ pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak guru yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2005:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media, hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2009:7). Salah satu media yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan penguasaan materi pada siswa adalah dengan media alat-alat laboratorium. Alat-alat laboratorium tersebut dapat mengajak siswa untuk mempelajari

11 keanekaragaman makhluk hidup dan alam sekitar secara langsung, misalnya dengan praktikum. Dengan praktikum, penggunaan alat-alat laboratorium dapat langsung dipraktekkan sehingga siswa akan lebih tertarik dan mudah mempelajarinya dibandingkan jika guru hanya memberikan informasi alatalat laboratorium secara lisan atau melihat gambar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006:24) alat adalah barang yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, sedangkan laboratorium adalah tempat mengadakan percobaan (penyelidikan) segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia dsb. Sehingga alat-alat laboratorium dapat diartikan sebagai barang yang dipakai untuk mengerjakan suatu percobaan (penyelidikan) yang berhubungan dengan fisika, kimia, biologi. Untuk efektivitas pencapaian tujuan pendidikan diperlukan alat, yaitu segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai syarat untuk mencapai suatu tujuan atau maksud. Alat-alat dimaksudkan itu disebut media pendidikan atau yang umum disebut dengan alat bantu pengajaran. Bentuk-bentuk media pendidikan itu berlangsung pada media laboratorium sekolah dalam bentuk media pendidikan interaksi edukatif antara murid dan guru. Sekurangnya-sekurangnya dibutuhkan tiga unsur untuk mewujudkan media laboratorium, yaitu sumber (a source), pesan (the message), dan tujuan (the destination). Wilbur Schramm menggunakan empat macam istilah: 1. Message, ialah hal-hal yang merupakan kabar atau berita, penerangan - penerangan, pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya. 2. Decorder, ialah orang atau pihak yang menerima message.

12 3. Interpreteur, ialah decorder yang kemudian mengadakan pertimbanganperrtimbangan atau penafsiran-penafsiran dan sebagainya atas message yang diterima. 4. Encorder, ialah ddecorder yang bertindak menyampaikan hasil dari interpretasinya atau penafsirannya tadi (Cristiawan, 2009). Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006:451) menyatakan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Biologi berkedudukan sebagai salah satu mata pelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mnyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, dan menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja. Hal ini merupakan suatu kegiatan laboratorium. Menurut Soemanto (2003: 113), kegiatan praktik termasuk dalam aktivitas belajar, sehingga seseorang yang melaksanakan suatu aktivitas, latihan, atau kegiatan praktik biasanya ingin mencapai tujuan tertentu guna mengembangkan aspek atau potensi yang ada pada dirinya. Sege (2005:21) menyatakan bahwa kegiatan praktik adalah pelaksanaan kerja sesuai dengan job sheet yang disediakan oleh instruktur pada mata pelajaran yang diajarkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kemampuan kognitif dan psikomotorik.

13 Arikunto (1988:248) mengemukakan bahwa faktor yang menentukan penguasaan materi pendidikan kejuruan adalah pengalaman yang erat hubungannya dengan pekerjaan. Untuk mendapatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan pada bidang kejuruan tertentu, seseorang harus mengalami, melakukan dan menggeluti bidang tersebut. Dengan kata lain, kemampuan guru dalam pembelajaran praktik ditentukan oleh kemampuan guru dalam memahami materi yang diajarkan. B. Metode Diskusi Diskusi adalah metode balajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pendapat dan membicarakan pendapat- pendapat tersebut dalam suatu kelompok. Kegiatan yang dilakukan selama diskusi merupakan kegiatan yang kreatif karena dalam diskusi peserta berfikir bersama dan mengungkapkan pikiranya sehingga menimbulkan pengetahuan pada diri sendiri, pada peserta diskusi yang lain dan pada masalah yang sedang di diskusikan. Diskusi biasanya di gunakan saat kita menghadapi soal yang tidak dapat di pecahkan hanya dengan satu jawaban saja. Dalam diskusi, semua jawaban yang di berikan di tampung dan di musyawarahkan secara demokratis. Dari hasil musyawarah tersebut dapat di ambil kesimpulan (Roestiyah, 1998: 72). Dalam diskusi akan di berikan topik atau masalah tertentu kepada siswa, biasanya berupa pertanyaan- pertanyaan yang mengharapkan siswa mampu memberikan pendapat.

14 Dalam diskusi peserta bebas mengungkapkan pendapat dan mempertahankan pendapatnya tersebut selama siswa memiliki alas an- alas an yang dapat di terima. Menurut pendapat Popham dan Baker (2001: 84) diskusi mengandung unsur demokratis yang berbeda dengan ceramah, diskusi tidak di arahkan oleh guru, siswa di beri kesempatan untuk mengembangkan ide mereka sendiri. Menurut Roestiyah (1998: 74), kebaikan dari diskusi adalah : 1. Menyadarkan anak didik bahwa ada masalah yang dapat di pecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan atau satu jawaban saja. 2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif atau dapat di peroleh suatu keputusan yang lebih baik. 3. Membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersikap toleran. 4. Menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan pikiranya secara teratur dan dalam bentuk yang dapat di terima orang lain. Kelemahan diskusi adalah : 1. Tidak dapat di pakai dalam kelompok yang besar. 2. Peserta mendapat informasi yang terbatas. 3. Diskusi mudah terjerumus. 4. Membutuhkan kepemimpinan yang terampil. 5. Mungkin akan di kuasai siswa yang suka berbicara.

15 C. Aktivitas Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:20), aktivitas berarti kegiatan atau keaktifan. Sedangkan aktivitas belajar menurut Sanjaya (2009: 130) adalah aktivitas yang tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Hal serupa diungkapkan Rohani (2004:6) bahwa aktivitas belajar siswa dibagi dua, yaitu: 1. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat, atau hanya pasif. 2. Aktivitas psikis (kejiwaan) ialah jika daya jiwanya bekerja sebanyakbanyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Seperti halnya diungkapkan Suradi (dalam Sardiman, 2005:15) salah satu ciri interaksi belajar mengajar adalah adanya aktivitas siswa yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:24) aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambahan (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut : 1. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati. 2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

16 3. Peserta didik belajar menurut minat dan kemampuannya. 4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik. 5. Pembelajaran dilaksanakan secara kogkret sehingga menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat sekitarnya. Aktivitas tidak cukup hanya mendengar dan mencatat saja, tetapi perlu ada aktivitas-aktivitas lain. Diedrich (dalam Sardiman, 2005:101) mengklasifikasikan aktivitas, yaitu: 1. Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi salam, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening Activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

17 7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang. Di dalam diri siswa beraneka ragam kemungkinan dan potensi hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Siswa dapat belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan pemahaman dan aspek tingkah laku lainnya (Hamalik, 2010:170-172). D. Penguasaan Materi Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Bahkan keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi (Sanjaya, 2008:141-142). Penguasaan materi merupakan tingkat ranah kognitif, untuk mengetahui penguasaan materi siswa dapat diukur dengan menggunakan evaluasi.

18 Menurut Djamarah (2000: 208) evaluasi adalah suatu tindakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana untuk menentukan nilai sesuatu, baik itu secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Adapun tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol ( Dimyati dan Mudjono,1999:200). Menurut Anderson dan Krathwohl (1999: 67-68), ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut: 1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode. 2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari. 3) Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. 4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian - bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil. 5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu. 6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

19 Untuk mengukur suatu kegiatan pembelajaran menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010: 53). Dengan demikian tingkatan penguasaan materi ajar dapat diketahui melalui tes. Dengan adanya tes kita bisa mengukur berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Djamarah dan Zain (2006:106) menjelaskan bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila: 1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok. Materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2004:23). Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung dari aktivitas belajar siswa itu sendiri. Aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap pelajaran yang diterimanya. Keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. Siswa dikatakan memahami atau menguasai materi pokok yang diberikan oleh guru jika mencapai hasil minimal yang diharapkan, yaitu 65 atau dapat

20 menguasai 75% materi yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan kriteria keberhasilan yang dianut oleh proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) yang menggunakan prinsip belajar tuntas. Adapun tingkat kriteria penguasaan materi dapat diketahui melalui pedoman penilaian menurut Arikunto (2001:245) yaitu sebagai berikut : Tabel 1. Kriteria Penguasaan Materi Taraf Nilai Rata-Rata 66 55 dan 65 Kualifikasi Nilai Baik Cukup baik < 55 Kurang baik