BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cronquist (1981), tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau dalam bentuk olahan seperti

Lampiran 2 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, dkk (2005) tanaman kedelai termasuk ke dalam,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil akar (Pitojo, 2003).

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

Tanaman kedelai mempunyai akar yang terdiri dari akar lembaga, akar tunggang dan akar cabang berupa akar rambut yang dapat membentuk bintil akar dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Tunggak. Kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) termasuk keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rata-rata kebutuhan kedelai di dalam negri setiap tahun adalah ton. Untuk memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Klasifikasi dari tanaman kedelai menurut Rukmana dan Yuyun, : Dicotyledoneae/Archichlamydae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Kedelai. sebagai sumber protein yang memiliki banyak kegunaan dan manfaat bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-Usul, Taksonomi kedelai, dan Morfologi Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai adalah tanaman tahunan yang termasuk dalam famili leguminosae.

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006).

PENAMPILAN BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine max L. Merrill) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE VEGETATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1 Deskripsi sifat varietas pembanding (Deptan 2011)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai berikut: Menurut Cronquist (1981), tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Fabales : Fabaceae : Glycine : Glycine max (L.) Merr. 2.1.2 Deskripsi Tanaman Kedelai Kedelai adalah tanaman semusim, tumbuh tegak dan berbentuk semak. Organ utama tanaman kedelai seperti akar, daun, batang, polong dan biji mendukung pertumbuhannya agar bisa optimal. a. Akar Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk cabangcabang akar. Akar utama tumbuh ke arah bawah, sedangkan cabang akar tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembaban tanah turun, akar akan tumbuh lebih ke dalam agar dapat menyerap air dan unsur hara. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 6

7 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumbuhnya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil akar (Pitojo, 2003). b. Batang Tanaman kedelai berbatang pendek (30-100 cm), memiliki 3-6 percabangan, dan berbentuk tanaman semak. Pada tanaman yang rapat sering kali tidak terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang tanaman kedelai berkayu, biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang hidup di tempat yang ternaungi. Menurut tipe pertumbuhannya, tanaman kedelai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu determinate, indeterminate, dan semideterminate. Pertumbuhan determinate memiliki karakteristik tinggi tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah, dan berbunga serentak. Pertumbuhan indeterminate memiliki karakteristik tinggi tanaman sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah, agak melilit dan beruas panjang, daun teratas lebih kecil dari daun batang tengah, dan pembungaan terjadi secara bertahap mulai dari bagian pangkal ke bagian atas. Tipe semideterminate memiliki karakteristik antara indeterminate dan determinate (Pitojo, 2003). c. Daun Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yanng sangat erat dengan potensi produk biji. Dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat

8 kesuburan tanah tinggi sangat cocok utuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Irwan, 2006). Pada node pertama tanaman kedelai yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua node diatasnya terbentuk satu daun bertiga. Daun tuggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun terbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak daun. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Pitojo, 2003). d. Bunga Bunga pada tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh pada ketiak daun, yakni setelah buku kedua, tetapi erkadang bunga dapat pula terbentuk pada cabang tanaman yang mempunyai daun. Hal ini karena sifat morfologi cabang tanaman kedelai serupa atau sama dengan morfologi batang utama. Pada kondisi lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai daun pada buku ke 2 3 paling bawah. Dalam satu kelompok bunga, pada ketiak daun akan muncul atau berisi 1 7 bunga tergantung karakter dari varietas kedelai yang ditanam. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna karena pada setiap bunga memiliki alt reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga masih tertutup sehingga kemungkinan terjadi penyerbukan silang sangat kecil, yakni hanya 0,1%. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas kedelai, tetapi

9 umumnya berkisar antara 40 200 bunga/tanaman. Umumnya ditengah masa pertumbuhannya, tanaman kedelai kerap kali mengalami kerontokan bunga. Hal ini masih dikategorikan wajar apabila kerontokan yang terjadi pada kisaran 20 40% (Adisarwanto, 2014). e. Buah Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100-250 polong, namun pertanaman yang rapat hanya mamapu menghasilkan sekitar 30 polong. Polong kedelai berlulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman, keputihan, atau kecokelatan. Polong yang telah kering mudah pecah dan bijinya keluar (Pitojo, 2003). f. Biji Biji terdapat di dalam polong. Setiap polong berisi 1-4 biji. Pada saat masih muda, biji berukuran kecil, berwarna putih kehijauan, dan lunak. Pada perkembangan selanjutnya biji semakin berisi, mencapai berat maksimal, dan keras. Biji kedelai berkepingbiji dua dan terbungkus oleh kulit tipis. Pada umumnya, biji berbentuk bulat lonjong, namun ada juga yang berbentuk bundar atau bulat agak pipih dan kulit biji berwarna kuning, hitam, hijau, atau cokelat. Embrio terletak di antara keping biji. Pusar biji atau hilum melekat pada dinding buah. Biji kedelai diukur atas dasar bobot setiap 100 biji kering. Bobot 100 biji kedelai ukuran kecil berkisar antara 6-10 g, sedangkan yang berukuran sedang antara 11-12 g dan yang berukuran besar lebih dari 13 g (Pitojo, 2003).

10 2.1.3 Syarat-Syarat Tumbuh a. Iklim Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di derah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab (Sumarno, 1987). Kedelai dapat tumbuh dengan baik di tempat yang berhawa panas, di tempat-tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100-400 mm per bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu yang optimal dalam proses perkecambahan adalah 30 0 C. Bila tumbuh pada suhu rendah (<15 0 C), proses perkecambahan menjadi sangat terhambat. Sementara pada suhu tinggi (>30 0 C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat (Marianah, 2009). Menurut Adisarwanto (2014) Secara umum ada beberapa kondisi lingkungan tumbuh di daerah tropika yang kurang optimal sehingga pertumbuhan tanaman kedelai tidak sebaik pertumbuhan tanaman kedelai di daerah subtropik, kondisi lingkunga tersebut sebagai berikut: 1. Dilahan sawah tadah hujan atau setengah irigasi teknis, fase kritis tanaman kedelai yaitu periode pembentukan bunga dan polong yang sering kali mengalami kekeringan. Di lahan kering tadah hujan bila tanaman kedelai ditanam pada awal musim hujan, sering kali curah hujan terlalu banyak pada fase berbunga sehingga mengurangi jumlah polong yang terbentuk.

11 2. Panjang hari (fotoperiode) di tropika rata-rata 11-12 jam, sedangkan daerah subtropis bisa mencapai 14-16 jam. Oleh karena kedelai termasuk tanaman yang peka terhadap fotoperiode, tanaman kedelai yang ditanam di Indonesia menjadi cenderung cepat berbunga dan berumur pendek. 3. Tanaman kedelai selama musim hujan mendapat intensitas radiasi matahari rendah karena sering terjadi mendung. b. Tanah Seperti halnya jagung, kedelai tidak menuntut struktur tanah khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan sedikit asampun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak sampai tergenang air, sebab genangan air tersebut akan membuat akar tanaman menjadi busuk (Anonim,2017) Perakaran tanaman kedelai mempunyai kemampuan membentuk bintilbintil akar. Bintil-bintil akar ini merupakan koloni bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai untuk menambah Nitrogen bebas (N2) dari udara. Unsur nitrogen tersebut dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman kedelai, sedangkan bakteri rhizobium memerlukan makanan yang berasal dari tanaman kedelai. Pada tanah yang belum pernah ditanami kacang-kacangan biasanya bakteri Rhizobium sangat rendah bahkan tiak terdapat sama sekali. Sebaliknya pada tanah yang telah mengandung bakteri Rhizobium, maka bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 20 hari setelah tanam. Oleh karena itu, tanah-tanah yang belum pernah ditanami kacang-kacangan atau lahan baru perlu dikembangkan teknik inokulas Rhizobium (Rukmana & Yuniarsih, 1996).

12 Toleransi ph yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antar 5,8-7, namun pada tanah dengan ph 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Dengan menambah kapur 2-4 ton/ha, pada umumnya hasil panen dapat ditingkatkan. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan areasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Pada tanah-tanah padzolik. Merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup (Siregar, 2009). 2.1.4 Varietas Tanaman Kedelai Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya (Sutopo, 1998). Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam (Irwan, 2006). Menurut Rukmana & Yuniarsih (1996), Varietas kedelai dikatakan unggul apabila memenuhi kriteria seperti produksi tinggi, berumur genjah, tahan terhadap penyakit yang berbahaya, mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai lingkungan tumbuh. Umur kedelai ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Umur kedelai di Indonesia dikelompokkan menjadi sangat genjah (<70 hari), genjah (70-79 hari), sedang (80-85 hari), dalam (86-90 hari) (Rahajeng & Adie (2013). Beberapa varietas kedelai unggul yang telah dilepaskan oleh Balitkabi antara lain Sinabung dan Wilis.

13 a. Varietas Sinabung Kedelai Sinabung termasuk varietas unggul nasional. Varietas ini dikeluarkan pada tahun 2001. Potensi hasil panen varietas sinabung sebanyak 2,16 ton/ha. Tipe pertumbuhannya adalah determinate. Ukuran batang bagian ujung lebih kecil, daun atas lebih kecil, dan berbunga secara bertahap. Umur berbunga dan umur polong matang adalah 35 hari dan 88 hari. Varietas kedelai ini agak tahan terhadap penyakit karat daun. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2015). b. Wilis Varietas wilis termasuk dengan tipe tumbuh determinate, tinggi tanaman berkisar antara 40-50 cm, dan warna daun hijau. Pembungaan dimulai pada umur 39 hari, bunga berwarna ungu. Polong masak pada umur 88 hari, dengan kulit cokelat kehitaman dan berbulu coklat tua. Biji berwarna kuning dan berbentuk oval agak lonjong. Hipokotil kecambah biji berwarna ungu dan epikotil berwarna hijau. Berat 100 biji sekitar10 gr. Biji memiliki kadar protein 37% dan lemak 18%. Sifat unggul kedelai wilis adalah tahan rebah dan agak tahan terhadap terhadap penyakit karat dan virus (Pitojo, 2003). 2.2. Penyakit Karat Daun pada Tanaman Kedelai Pertumbuhan tanaman kedelai yang baik ialah jika tanaman kedelai tersebut tidak terserang oleh hama dan penyakit. Terdapat banyak penyakit yang menjadi hambatan dalam pertumbuhan kedelai salah satunya adalah penyakit karat daun. Adisarwanto dan Rini (1999) menjelaskan bahwa gejala penyakit karat dapat dilihat apabila daun tanaman kedelai mulai berbercak-bercak cokelat abu-abu. Pada perkembangan selanjutnya bercak ini berubah menjadi warna cokelat tua atau kemerahan seperti karat besi. Bercak ini paling banyak ditemukan di bagian permukaan bawah daun dan hanya sedikit dipermukaan atas daun. Akibat paling

14 parah dari serangan penyakit ini daun berguguran dan tanaman mati. Penyakit ini menyerang tanaman mulai tumbuh sampai berbuah. Serangan menghambat pada musim kering dengan kelembaban yang tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrhizi. Dalam diagnosis seringkali tanda-tanda, yaitu kenampakan makroskopis dari patogen atau organnya memegang peranan penting, bahkan lebih penting daripada tanda-tanda umum terbatas pada penyakit karena jamur dan bakteri. Jamur-jamur parasit tertentu membentuk struktur-struktur diluar badan tumbuhan, khususnya yang menghasilkan spora, karena dengan demikian spora akan lebih mudah tersebar (Semangun, 1996). Jenis penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umurnya belum tua, dan bisa menyebabkan hampanya polong. Apabila tanaman terserang ini disentuh, sporanya akan beterbangan, kemudian akhirnya hinggap dan menyerang tanaman yang masih sehat (Matnawi, 1989). Menurut Adisarwanto dan Rini (1999), penyebaran penyakit karat ini yang umum adalah melalui spora diterbangkan melalui angin, air, tanah dan tanaman inang. Penyakit karat ini menyerang bagian daun pada tanaman sehingga daun tidak dapat berfungsi secara optimal. Dengan tidak berfungsinya daun pada proses fotosintesis akan mengakibatkan penurunan hasil 20-80%. Bahkan penurunan hasil bisa mencapai 100%, bila varietas yang ditanam rentan terhadap karat daun dalam keadaan cuaca lembab serta tanaman dalam kondisi tergenang.

15 2.3. Pengendalian Penyakit Karat Daun Penyakit karat daun kedelai menduduki tingkat pertama dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit karat disebabkan oleh Phakopsora pachyrhizi, banyak terjadi pada musim kemarau karena suhu dan kelembaban tinggi (Semangun, 1996). Penyakit karat banyak diresahkan oleh para petani karena penyakit ini sangat berpengaruh buruk terhadap hasil panen kedelai. Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk memberantas penyakit ini ialah menggunakan fungisida sintetik. Namun penggunaan fungisida sintetik dalam jangka waktu yang lama juga dapat merugikan seperti pencemaran lingkungan, menganggu kesehatan manusia dan terbunuhnya organisme non target. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian jamur karat yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan fungisida tersebut. Pengendalian ini dapat menggunakan agensia hayati seperti PGPR dan Corynebacterium. a. Plant Growth Promoting Rhizobakteria (PGPR) Menurut Sandria (2015) Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) adalah mikroorganisme yang menguntungkan yang hidup diperakaran. Jika disuatu daerah perakaran kekurangan mikroorganisme menguntungkan, maka akan menyebabkan tanaman menjadi terserang penyakit akar seperti layu dan busuk akar. Selain itu tanaman juga akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya (kurang subur). PGPR sangat dibutuhkan oleh tanaman karena memiliki banyak manfaat. Manfaat yang dapat terlihat secara nyata adalah bahwa PGPR mencegah dan mengendalikan penyakit layu dan dapat memacu pertumbuhan tanaman. Peranan

2 penting PGPR dalam mengendalikan penyakit layu dan menyuburkan tanaman ialah: 1. PGPR memproduksi antibiotik untuk melindugi tanaman dengan cara menghambat pertumbuhan penyakit perakaran 2. PGPR menjadi pesaing patogen penyebab penyakit dalam mendapatkan makanan disekitar perakan sehingga pertumbuhan patogen merugikan menjadi berkurang. 3. PGPR merangsang pembentukan hormon atau ZPT Auksin, Sitokinin, dan Giberelin sehingga tanaman terlihat lebih subur. 4. PGPR menghambat produksi etylen (zat yang menyebabkan tanaman cepat tua dan mati). 5. PGPR meningkatkan penyerarapan dan pemanfaatan unsur N oleh tanaman. 6. PGPR meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur Fe. 7. PGPR meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur S. 8. PGPR meningkatkan ketersediaan unsur P 9. PGPR meningkatkan ketersediaan unsur Mn Berbagai jenis bakteri telah diidentifikasi sebagai PGPR. Sebagian besar berasal dari kelompok gram negatif dengan jumlah strain paling banyak dari genus Pseudomonas dan beberapa dari genus Serratia. Selain kedua genus tersebut, dilaporkan antara lain genus Azotobacter, Azospirillum, Acetobacter, Burkholderia, Enterobacter, Rhizobium, Erwinia, Flavobacterium dan Bacillus. Meskipun sebagian besar Bacillus (gram-positif) tidak tergolong pengkoloni akar, beberapa strain tertentu dari genus ini ada yang mampu melakukannya sehingga bisa digolongkan PGPR. (Wahyudi, 2009).

2 b. Corynebacterium Corynebacterium merupakan bakteri antagonis yang secara morfologis dapat dikenali dari bentuk elevasi cembung, berbentuk batang dan jenis gram positif, koloninya berwarna putih kotor dan dibawah lampu ultraviolet bereaksi. Pemanfaatan bakteri Corynebacterium di bidang pertanian yaitu dengan penerapan system pengendalian hama terpadu (PHT) dengan cara memaksimalkan penerapan berbagai metode pengendalian hama secara komprihensif dan mengurangi penggunaan pestisida. Salah satu komponen PHT tersebut adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antagonis sebagai pengganti pestisida, hal ini terbukti efektif pada beberapa jenis bakteri potensial yang digunakan sebagai agensia hayati. Bakteri bakteri antagonis ini dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor juga bisa berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman, pemanfaatan bakteri bakteri antagonis ini dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan (Ismail, 2011). 2.4 Penelitian yang Relevan Zahara, dkk (2016) melakukan percobaan pengaplikasian Corynebacterium sp untuk menekan penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada tanaman padi. Pada penelitian ini menggunakan beberapa konsentrasi yaitu 3cc/L, 5cc/L dan 7 cc/l. Masing-masing perlakuan di berikan pada waktu umur 28 HST, 35 HST dan 42 HST. dari hasil penilitian menunjukkan bahwa Corynebacterium dengan konsentrasi 7cc/L efektif digunakan sebagai pencegahan penyakit HBD pada tanaman padi.

2 18 Salamiah & Wahdah (2014) melakukan percobaan dengan pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) sebagai penekan terjadinya penyakit tungro pada tanaman padi. Peneliti menguji isolat bakteri yang terdapat pada PGPR yaitu Bacillus dan Pseudomonas fluorescens. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas fluorescens yang terdapat di dalam PGPR mampu menekan serangan penyakit tungro pada tanaman padi.