FERMENTASI NIRA SORGUM MENJADI BIOETANOL DALAM FERMENTOR BIOFLO 2000 MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE

dokumen-dokumen yang mirip
Fermentasi Nira Nipah (Nypa fruticans Wurmb) menjadi Bioetanol Menggunakan Khamir Pichia stipitis dalam BIOFLO 2000 FERMENTOR

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

Fermentasi Nira Nipah Menjadi Bioetanol Menggunakan Saccharomyces cerevisiae dengan Penambahan Urea Sebagai Sumber Nitrogen

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES LIKUIFIKASI TERHADAP PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN PATI SORGUM SEBAGAI BAHAN BAKU

PRODUKSI BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK DENGAN VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI

PENGARUH TEMPERATUR LIKUIFIKASI KONVERSI PATI SORGUM MENJADI GULA

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

VARIASI KONSENTRASI ENZIM STARGEN TM 002 PADA PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK PATI SORGUM MENJADI BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN NIRA SIWALAN UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Fermentasi Nira Nipah Menjadi Bioetanol Menggunakan Sacharomyces cereviceae Pada Fermentor 70 Liter

PEMBUATAN ETANOL DARI NIRA SORGUM DENGAN PROSES FERMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

Pembuatan Bioetanol dengan Proses Fermentasi Nira Aren Menggunakan Saccharomyces cereviceae dengan Variasi ph Awal dan Waktu Fermentasi

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

Pengaruh Jenis Pengaduk Dan Waktu Fermentasi Terhadap Fermentasi Nira Nipah Menjadi Bioetanol Menggunakan Yeast Saccharomyces Cereviceae

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

Nira Latifah Mukti, Wulan Aryani Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

TEKNIK FERMENTASI (FER)

*

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP KONSENTRASI BIOETANOL DARI NIRA SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIOETANOL DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN PROSES SAKARIFIKASI FERMENTASI FUNGI

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

UJI KUALITAS BIOETANOL BATANG SWEET SORGHUM VARIETAS NUMBU UMUR 80 HARI DENGAN PENAMBAHAN RAGI NKL DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

ABSTRACT. Keyword: Bioethanol; Pineapple peels; Saccharomyces Cerevisiae; Cellulose; SSF

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

POTENSI NIRA AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Proses Pembuatan Bioetanol dari Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Anaerob

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI PATI SORGUM MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES SKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK

VARIASI PENGADUKAN DAN WAKTU PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK (SSF)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE TERHADAP TINGKAT PRODUKSI BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU TETES TEBU

PEMBUATAN BIOETANOL DARI MINUMAN SERBUK AFKIR

PEMBUATAN BIOETANOL DARI UBI JALAR (Ipomea batatas) DENGAN PROSES FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

SKRIPSI. PRODUKSI BIOETANOL OLEH Saccharomyces cerevisiae DARI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DENGAN VARIASI JENIS JAMUR DAN KADAR PATI

PEMANFAATAN UMBI UWI (Dioscorea alata L) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

ETHANOL D Jurusan Teknik Kimia. Abstrak. cukup tinggi tersebut, memproduksi etanol. sebagai. fermentasi sebesar 3,21%.

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

FERMENTASI NIRA NIPAH SKALA PILOT MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN Saccharomyces cerevisiae DENGAN PENAMBAHAN TWEEN 80 DAN ERGOSTEROL

Pengaruh Konsentrasi Fosfor terhadap Biokonversi Reject Nanas menjadi Bioetanol

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

PRODUKSI BIOETANOL DARI MAHKOTA NANAS MENGGUNAKAN BAKTERI ZYMOMONAS MOBILIS DENGAN VARIASI KONSENTRASI INOKULUM DAN PENAMBAHAN NUTRISI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BIOETANOL MELALUI IMMOBILISASI SEL SACCHAROMYCES CEREVISIAE PADA BIJI SALAK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

LOGO. Oleh : Nurlaili Humaidah ( ) Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Tri Widjaja M.Eng Dr.Ir. Tontowi Ismail, MS.

PENGARUH FERMENTASI EM4

BAB I PENDAHULUAN. dan Costa Rica yang umumnya digemari sebagai konsumsi buah segar. Buah segar

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL...v. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR LAMPIRAN... vii. Abstract... viii. INTISARI...

Pengaruh Laju Alir Terhadap Substrat Pada Fermentasi Reject Nanas Menjadi Bioetanol Secara Kontinu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN BUAH PEPAYA

Pengaruh Kecepatan Pengaduk dan Waktu Fermentasi Terhadap Konsentrasi Bioetanol Pada Fermentasi Nira Nipah Kental Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae

PEMANFAATAN JAGUNG SEBAGAI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA ASAM H 2 SO 4

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

PEMANFAATAN PATI GARUT(Maranta arundinaceae) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

LAPORAN AKHIR PENGARUH VARIASI RAGI TERHADAP PERSEN YIELD PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT PISANG

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen karena terdapat suatu

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR BUAH PISANG

Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

Produksi Bioetanol dari Sari Kulit Nenas Menggunakan Yeast Saccharomyces Cerevisiae dengan Variasi Penambahan Tween 80 dan Sumber Nitrogen

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Disusun Oleh : Sulfahri ( ) Desen Pembimbing Ir. Sri Nurhatika, MP. Tutik Nurhidayati, S.Si.M.Si.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

FERMENTASI NIRA SORGUM MENJADI BIOETANOL DALAM FERMENTOR BIOFLO 2 MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE Edi Purnama, Chairul, Hafidawati Laboratorium Bioproses, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau 28293 Email : edoy_dipu@yahoo.com HP : 853745353 ABSTRAK Increased energy demand of fuel oil (BBM) of the world have limited the availability of raw materials in the form of natural resources dwindling fossil fuels. The increase in energy demand over the years 2-29 an average of 7% per year. Based on data from the Directorate General of New Renewable Energy and Energy Conservation of the share of non-fossil energy <5%, in order to meet the fuel needs to be developed non-fossil fuels. One type of biofuel (BBN) is bioethanol. The raw material is potentially as sweet sorghum bioethanol (Sorghum bicolor L. Moench). Sorghum juice contains glucose levels from 1 to 14.4%. Bioethanol is the result of fermentation of carbohydrates with the help of microorganisms. In order to produce bioethanol plant scale, it is necessary to scale up the manufacture of bioethanol from sorghum juice through fermentation using Sacharomyces cereviceae biofermentor 1 ml size and alcohol concentration test using alkoholmeter. The purpose of this study was to determine the effect of volume and time starter fermentation to ethanol production levels, optimum fermentation conditions and growth kinetics of Saccharomyces cereviceae with volume variation starter (25 ml 5 ml and 75 ml) at each sampling time (6; 12; 24; ; 72 and 96 hours). The fermentation process takes place in batches on the operating conditions of ph (4. to 5.,) stirring speed of 2 rpm and at room temperature. 5 ml juice fermented sorghum, with initial sugar concentration of 118.138 mg / ml as a fermentation medium is best demonstrated on the condition of the addition of 25 ml volume starter, fermentation time 72 hours with concentrations of ethanol produced 55.251 mg / ml, the ethanol yield of 91.72 g / ml with a final sugar concentration of.82 mg / ml, specific growth rate -.22 hour-1, petumbuhan maximum specific rate of.64 hr-1 and the substrate saturation constant of.24 gr / l. Keywords: fermentation, nira sorghum bioethanol, Sacharomyces cereviceaet PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan energi Bahan Bakar Minyak (BBM) di dunia mengalami keterbatasan karena ketersediaan bahan baku sumber daya alam berupa bahan bakar mineral atau bahan bakar fosil semakin berkurang. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi [Sumiarso, 211], mengalami peningkatan kebutuhan energi selama tahun 2 29 rata-rata 7% per tahun. Data dari Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan <5% pangsa energi non-fosil, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak perlu dikembangkan bahan bakar non-fosil. Salah satu sumber energi alternatif terbaru yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah bahan bakar nabati (BBN) yang merupakan bahan bakar dari sumber daya hayati. Salah satu jenis BBN adalah bioetanol. Bahan bakar

nabati jenis bioetanol saat ini telah menjadi pilihan untuk dipergunakan sebagai sumber energi pengganti minyak bumi. Bahan baku yang berpotensi sebagai bioetanol salah satunya adalah sorgum manis (Sorgum bicolor). Sorgum merupakan tanaman yang mempunyai banyak kegunaan, terutama batang sorgum jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya tanaman tebu. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang terkait dengan pemanfaatan nira sorgum. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan sorgum. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Peluang tersebut didukung dengan kenyataan bahwa sorgum memiliki daya adaptasi yang luas, dapat tumbuh di hampir semua jenis lahan, tahan terhadap kekeringan, dan banyak berguna baik sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak maupun bahan baku bermacam industri yang salah satunya bahan baku bioetanol [Soeranto, 28]. Dalam hal ini sebagai bahan baku etanol dengan proses fermentasi alkohol. Permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana menjadikan sorgum mejadi lebih bermanfaat sebagai sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan proses fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Berbagai penelitian tentang pembuatan bioetanol dengan proses fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae dengan berbagai bahan baku telah berhasil dikembangkan. Sari (29) melakukan fermentasi nira sorgum menjadi bioetanol dengan variasi volum starter 5%; 6%; 7%; 8%; 9% dan 1%, waktu operasi 7 hari dan derajat keasaman (ph) 5, dengan menentukan kadar alkohol dan kadar gula reduksi sisa, menghasilkan bioetanol yang optimum sebesar 11,82% tersebut diperoleh pada fermentasi 7 hari, kadar glukosa 14,5% dan pada persentase volum starter 9%. Hal yang sama dilakukan oleh Aspika (211) dengan bahan baku nira sorgum (1 ml) dengan variasi volum starter 6%; 7%; 8%; 9%; 1% dan variasi waktu fermentasi 6; 12; 24; ; 72 dan 96 jam dan derajat keasaman (ph) awal adalah 5. Hasil fermentasi terbaik dengan media nira sorgum yaitu pada kondisi penambahan volum starter 1% waktu fermentasi 12 jam dengan kadar etanol 1% atau 31,26 mg/ml dengan perolehan konversi gula tertinggi 3,535%, selanjutnya dilakukan analisa konsentrasi gula dengan spektofotometer sinar tampak dan analisa konsentrasi etanol dengan alkoholmeter. Untuk dapat memproduksi etanol dari nira sorgum dalam skala pabrik, maka perlu dikaji pembuatan etanol dari nira sorgum dengan scale up melalui fermentasi menggunakan Saccharomyces cereviceae dengan ukuran reaktor 1. ml dan pengujian konsentrasi etanol menggunakan alkoholmeter. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : Untuk menentukan pengaruh volum starter dan waktu fermentasi terhadap kadar etanol yang dihasilkan, menentukan kondisi optimum proses fermentasi nira sorgum dengan scale up menjadi etanol oleh Saccharomyces cereviceae dan menentukan kinetika pertumbuhan Saccharomyces cereviceae dan produksi etanol dari nira sorgum. METODE PENELITIAN Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi persiapan bahan baku, pembuatan kurva standar glukosa dan Pembuatan Reagen Nelson Somogyi. Langkah-langkah yang dilakukan pada masing-masing tahap dijelaskan berikut ini : a. Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah nira sorgum. Untuk menjaga kemurnian nira sorgum ini maka pada saat pemerasan diusahakan tidak ada sampah, kotoran atau bahan lainnya yang masuk. Selain itu agar nira tidak terkonversi oleh

mikroorganisme-mikroorganisme yang menyebabkan asam pada nira sorgum maka dilakukan pemanasan. b. Pembuatan Kurva Standar Glukosa Kurva standar glukosa digunakan dalam penentuan konsentrasi glukosa dari substrat dengan metode Nelson Somogyi [Sudarmadji, 1997]. Kurva ini menyatakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi glukosa. Dengan kurva ini larutan yang mengandung gula (gula pereduksi) dapat diketahui konsentrasinya dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. c. Pembuatan Reagen Nelson Somogyi Pembuatan Reagen Nelson Somogyi meliputi : Pembutan Reagenesia Nelson A, Reagenesia Nelson B dan Larutan Arsenomolybdat. Tahap Sterilisasi Alat-alat yang akan digunakan pada proses pembuatan dan penyiapan starter serta proses fermentasi harus disterilisasi terlebih dahulu dan 5 ml medium fermentasi yang telah ditambahkan 1 gr/l yeast extract; 2 gr (NH 2 ) 2 CO (Urea) dan 2,5 gr/l NH 4 H 2 PO 4 (NPK) untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang dapat mempengaruhi hasil fermentasi. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121 o C selama 15 menit dengan menggunakan autoklaf. Tahap Penelitian a. Penyiapan Starter Pembuatan starter yaitu dengan menyiapkan nira sorgum sebagai medium pengembang starter. Variasi volum starter dilihat pada Tabel 3.1. Medium pengembang yang digunakan sama dengan medium yang akan difermentasikan dengan nilai ph 5. Larutan tersebut disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 o C. Kemudian medium pengembang starter didinginkan sampai suhu kamar. Selanjutnya ditambahkan ragi (Sacharomyces cerevisiae) sesuai variasi volum medium starter dan tambahkan kedalam medium pengembang kemudian diaduk hingga merata (homogen). Selanjutnya campuran medium dan ragi diinkubasi dan dikocok dengan shaker pada suhu kamar selama 24 jam. b. Penyiapan Medium Fermentasi (substrat) Medium fermentasi nira sorgum yang telah dilakukan proses sterilisasi tersebut dilakukan pengukuran ph optimum dengan menggunakan ph-meter dan dianalisis konsentrsi gulanya menggunakan spektrofotometer sinar tampak. c. Proses Fermentasi Proses fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah starter kedalam medium fermentasi dengan komposisi yang sesuai dengan variabel penelitian, perbandingan yang digunakan adalah 25 ml, 5 ml dan 75 ml volum starter terhadap volum total cairan yaitu 5. ml. Fermentasi dilakukan didalam biofermentor dengan kapasitas 1. ml pada suhu 25 o C sampai 3 o C. Waktu fermentasi divariasikan pada 6, 12, 24,, 72, 96 jam untuk mengamati pengaruh waktu fermetasi terhadap etanol yang dihasilkan. Analisis Hasil Penelitian Pada penelitian ini parameter yang dianalisis, yaitu : konsentrasi gula awal dan konsentrasi gula akhir fermentasi dengan menggunakan metode Nelson Somogyi [Sudarmadji, 1997]. Konsentrasi berat sel dan konsentrasi etanol diukur dengan Alkoholmeter. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Waktu Fermentasi Pada Volum Starter 25 ml. Pengukuran berat sel kering dan pembentukan etanol dilakukan setelah proses fermentasi dilakukan pada variasi volum starter 25 ml selama jam yang telah ditentukan, sedangkan untuk konsentrasi gula yang terkonsumsi sudah diukur dari awal proses fermentasi. Berikut merupakan pengaruh volum starter 25 ml dan waktu fermentasi terhadap berat sel kering, penggunaan substrat dan pembentukan etanol yang ditampilkan pada Gambar 1.

Berat Kering Sel, Konsentrasi Gula dan Konsentrasi Etanol 12 1 8 Berat Kering Sel Konsentrasi Gula 4 2 12 24 36 72 84 96 Gambar 1. Hubungan berat sel kering, konsentrasi gula dan konsentrasi etanol terhadap waktu fermentasi pada volum starter 25 ml Pada gambar 1. dengan volum starter 25 ml konsentrasi gula awal mengalami penurunan yang disertai pembentukan etanol dan biomassa pada jam ke-6. Setelah mencapai konsentrasi gula terendah yaitu 4,5 mg/ml pada jam ke-12 konsentrasi etanol dan biomassa cendrung tidak terjadi perubahan sampai jam ke- yaitu pada rentang konsentrasi biomassa 12-19,9 mg/ml dengan konsentrasi etanol sebesar 47,358 mg/ml. Namun pada jam ke-72 konsentrasi etanol mencapai 55,251 mg/ml dengan konsentrasi biomassa 17 mg/ml hingga akhirnya menurun kembali pada jam ke-96 dengan konsentasi etanol dan biomassa sebesar 47,358 mg/ml dan 16 mg/ml. dengan konsentasi ini adalah konsentrasi gula terus menurun sampai konsentrasi terendah akibat dari penggunaan gula sebagai bahan baku utama dalam pembentukan produk dan pemenuhan nutrisi oleh mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung. Pengaruh Waktu Fermentasi Pada Volum Starter 5 ml. Dengan meningkatkan konsentrasi volum starter hinggga 5 ml diharapkan terdapat perubahan terhadap hasil etanol dan konsentrasi biomassa. Berikut merupakan pengaruh volume starter 5 ml dan waktu fermentasi terhadap berat sel kering, penggunaan substrat dan pembentukan etanol yang ditampilakan pada Gambar 2. Pada Gambar 2. konsentrasi etanol sudah terbentuk pada jam ke-6 yaitu sebesar 31,572 mg/ml dengan berat sel kering 1,4 mg/ml yang disertai dengan penurunan konsentrasi gula hinggga pada level 2,131 mg/ml. konsentrasi etanol terus meningkat ke- yaitu mencapai 47,358 mg/ml. pada kondisi tersebut konsentrasi biomassa terbentuk pada rentang 9,7-29 mg/ml dengan level konsentrasi gula terendah,164 mg/ml. kemudian konsentrasi etanol menurun hinggga proses fermentasi selesai yang diikuti dengan penurunan konsentrasi biomassa dan konsentrasi gula yang bersumber dari nira sorgum. Pengaruh Waktu Fermentasi Pada Volum Starter 75 ml. Volum starter diperbesar kembali hingga 75 ml dengan pengambilan sampel pada jam ke-6, 12, 24,, 72 dan 96. Berikut merupakan volum starter 75 ml dan waktu fermentasi terhadap berat sel kering, penggunaan substrat dan pembentukan etanol yang ditampilkan pada Gambar 3.

Berat Kering Sel, Konsentrasi Gula dan Konsentrasi Etanol Berat Kering Sel, Konsentrasi Gula dan Konsentrasi Etanol 12 1 8 Berat Kering Sel Konsentrasi Gula 4 2 12 24 36 72 84 96 Gambar 2. Hubungan berat sel kering, konsentrasi gula dan konsentrasi etanol terhadap waktu fermentasi pada volum starter 5 ml 12 1 8 Berat Kering Sel Konsentrasi Gula Konsentrasi Etanol 4 2 12 24 36 Waktu (Jam) 72 84 96 Gambar 3. Hubungan berat sel kering, konsentrasi gula dan konsentrasi etanol terhadap waktu fermentasi pada volum starter 75 ml Pada Gambar 3. konsentasri etanol meningkat pada jam ke-12 sebesar 39,465 mg/ml. dengan meningkatnya konsentrasi etanol ini diikuti dengan penurunan konsentrasi gula pada nira sorgum dan meningkatnya konsentrasi biomassa yaitu pada rentang 14,8-23 mg/ml. setelah mencapai kondisi terbaik, konsentrasi etanol mulai menurun sampai akhir fermentasi yaitu 31,572 mg/ml. menurunya konsentrasi etanol diikuti dengan konsentrasi biomassa terus meningkat namun konsentrasi gula lebih cendrung terus menurun akibat pengggunaan sumber nutrisi berupa karbon (C) terkonsumsi sebagai bahan utama untuk konversi substrat menjadi etanol dan metabolisme mikroorganisme. Secara umum dari pengaruh variasi volum starter (25 ml, 5 ml dan 75 ml) dan waktu fermentasi terhadap konsentrasi berat sel kering, penggunaan substrat dan pembentukan etanol terjadi penurunan produk diikuti dengan meningkatnya biomassa dan menurunya gula.

Konsentrasi Gula Sisa, Yield Etanol, dan Kinetika Pengurangan Konsentrasi Gula Pada Fermentasi Nira Sorgum. Setelah proses fermentasi selesai, selanjutnya dilakukan analisa terhadap konsentrasi gula sisa dengan metode Nelson-Somogyi. Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat efektifitas mikroorganisme dalam mengkonversi gula (substrat) menjadi etanol (produk). Konsentrasi gula sisa, gula yang habis selama proses fermentasi dan yield etanol pada masing-masing kondisi proses fermentasi ditunjukkan dalam Tabel 1. konsentrasi gula awal 118,138 mg/ml yaitu sebesar,25 mg/ml. Pengaruh Variasi Volum Starter dan Waktu Fermentasi Terhadap Kinetika Pertumbuhan Biomassa Dari data hubungan berat sel kering dan lama fermentasi dapat ditentukan konsentrasi biomassa pada setiap pengambilan sampel untuk hasil etanol pada semua kondisi yaitu pada penambahan volum starter 25 ml, volum starter 5 ml dan 75 ml. Perhitungan dapat dilakukan dengan persamaan Monod: ln X = μ t + ln X X = X pada t = Tabel 1. Hasil Konsentrasi Gula Sisa, Yield Etanol, dan Kinetika Pengurangan Konsentrasi Gula Pada Fermentasi Nira Sorgum Waktu (Jam) 6 12 24 72 96 Volum starter (ml) Gula sisa Gula yang habis terfermentasi Teoritis Etanol Kadar Yang dihasilkan Yield Etanol (%) 25 92,39 26,99,25 31,572 52,41 5 2,131 98,7,25 31,572 52,41 75 4,242 113,896,25 31,572 52,41 25 4,5 114,133,25 47,358 78,2 5,975 117,164,25 39,465 65,52 75,82 118,56,25 39,465 65,52 25 3,22 115,116,25 47,358 78,2 5,164 117,974,25 39,465 65,52 75,156 117,983,25 39,465 65,52 25,82 118,56,25 47,358 78,2 5,979 117,159,25 47,358 78,2 75,446 117,692,25 31,572 52,41 25,82 118,56,25 55,251 91,72 5 3,436 114,72,25 39,465 65,52 75,86 118,52,25 31,572 52,41 25,37 118,11,25 47,358 78,2 5,41 118,97,25 39,465 65,52 75,4 118,134,25 31,572 52,41 Dari Tabel 1, yield etanol tertinggi diperoleh pada waktu fermentasi 72 jam dengan volum starter 25 ml yaitu sebesar 91,72%. Konsentrasi etanol tertinggi yang dihasilkan dari fermentasi nira sorgum adalah sebesar 55,251 mg/ml. Besarnya konsentrasi etanol hasil fermentasi ini mendekati konsentrasi etanol teoritis yang seharusnya dihasilkan dari fermentasi nira sorgum pada Dimana X merupakan konsentrasi biomassa (gr/l), μ merupakan laju pertumbuhan spesifik (jam -1 ) dan t adalah waktu (jam).

Waktu, 1/μ (Jam) Konsentrasi Biomassa, gr/ml (ln X) Waktu, 1/μ (Jam) Konsentrasi Biomassa, gr/l Konsentrasi Biomassa, gr/l (ln X) Waktu, 1/μ (Jam) 4, 3, 2, 1,, 4, 3, (a) y = -,2x + 2,94 R² =,1 12 24 36 72 84 96 18 96 84 72 36 24 12 y = 3,162x + 15,51 R² =,913 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 22 24 26 28 3 Konsentrasi Gula Akhir, 1/S (gr/l) 2, (a) 1,, 4, 3, 2, 1,, (b) y = 9E-5x + 2,468 R² = 6E-5 12 24 36 72 84 96 18 y =,6x + 2,883 R² =,623 12 24 36 72 84 96 18 (c) Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Biomassa dengan Lama Fermentasi pada Starter 25 ml (a), Starter 5 ml (b) dan Starter 75 ml (c). Pada Gambar 4. Merupakan hasil dari pengambilan data antara konsentrasi biomassa dan lama fermentasi kemudian di linierkan untuk mendapatkan suatu persamaan yang dapat menenentukan laju pertumbuhan spesifik (μ) pada setiap variasi starter. 96 84 72 36 24 12 12 18 96 84 72 36 24 12 (b) y = 2,544x + 29,4 R² =,462 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 22 24 26 Konsentrasi Gula Akhir, 1/S y =,27x + 3,49 R² =,543 3 9 12 15 18 21 24 Konsentrasi Gula Akhir, 1/S (c) Gambar 5. Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Gula pada Volum Starter 25 ml (a), Volum Starter 5 ml dan Volum Starter 75 ml. Dari data-data yang didapatkan pada Gambar 4. dan Gambar 5. dapat disimpulkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Parameter Kinetika Pertumbuhan Biomassa variabel pada optimum Berbagai fermentasi Variasi Volum asam Starter laktat Volum Laju Laju dengan Pertumbuhan media campuran Konstanta tepung tapioka dan Starter Pertumbuhan Spesifik Maksimum Kejenuhan (ml) Spesifik (μ) (μ m ) Substrat (Ks) 25 -,22 jam -1,64 jam -1,24 gr/l 5,1 jam -1,34 jam -1,88 gr/l 75,63 jam -1,33 jam -1,9 gr/l Tabel 3. Perbandingan Konsentrasi Etanol Penelitian Fermentasi Glukosa Untuk Menghasilkan Etanol Substrat Glukosa dari Nira Sorgum Glukosa dari Nira Sorgum Glukosa dari Nira Sorgum Mikroorganisme Saccaromyches cereviceae Saccaromyches cereviceae Saccaromyches cereviceae Konsentrasi Glukosa Konsentrasi Etanol Referensi 14,5% b/v 11,82% Sari, 29 13,% b/v 1% Aspika, 211 1,5% b/v 7% Penelitian ini Laju pertumbuhan spesifik pada proses fermentasi nira sorgum ini terus meningkat dengan bertambahnya waktu. Laju spesifik pada volum starter 25 ml yaitu -,22 jam -1, terus meningkat pada variasi volum starter 5 ml dan 75 ml yaitu,1 jam -1 dan,63 jam -1. Profil yang ditampilkan pada setiap bertambahnya volum starter transfer oksigen semakin bagus yang diakibatkan nilai viskositas pada starter 25 ml lebih besar jika dibandingkan pada variasi volum starter yang lain. Pada kondisi optimum yaitu pada volum starter 25 ml dan waktu fermentasi 72 jam didapatkan laju pertumbuhan spesifik maksimum (μm) dan konsentrasi kejenuhan substrat (Ks) adalah,64 jam -1 dan,24 g/l. Tabel 2. merupakan hasil parameter kinetika pertumbuhan biomassa pada kondisi optimum menunjukkan nilai Ks yang lebih kecil jika dibandingkan pada penelitian yang dilakukan Manfaati (21), kinetika dan limbah cair tahu oleh Ryzopus oryzae, yaitu 4,324 g/l. Namun, μm pada penelitian ini menunjukkan nilai yang lebih besar, dimana pada penelitian sebelumnya hanya,46 jam -1. Produksi Etanol Dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya konsentrasi etanol yang didapatkan berbeda-beda. Perbandingan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Penelitian dilakukan dengan sumber substrat dan konsentrasi yang berbeda. Dari table 3 konsentrasi glukosa awal tertinggi pada penelitian Sari (29) yakni sebesar 14,5% dengan menggunakan ragi Saccaromyches cerivisiae. Glukosa sebagai medium utama diperoleh dari nira sorgum. Fermentasi dilakukan dengan derajat keasaman (ph) 5, waktu operasi 7 hari. Menghasilakan etanol yang optimum sebesar 11,82%. Perolehan etanol yang didapat lebih besar dibandingkan penelitian lainnya. Dengan

konsentrasi glukosa yang tinggi, yakni 14,5% b/v menyebabkan konsentrasi etanol yang diperoleh lebih tinggi. Hal yang sama pada penelitian Aspika (211) dengan konsentrasi glukosa awal sebesar 13,% dengan derajat keasaman (ph) awal 5. Hasil fermentasi terbaik untuk perolehan etanol sebesar 1%. Hal ini menunjukkan dengan perbedaan konsentrasi glukosa awal akan menghasilkan perolehan etanol yang berbeda. Konsentrasi glukosa yang tinggi, akan menghasilkan konsentrasi etanol yang tinggi. Pada penelitian ini dengan menggunakan substrat glukosa dari nira sorgum dan mikroorganisme yang sama yakni Saccaromyches cerivisiae, dibandingkan dengan penelitian terdahulu konsentrasi glukosa awal lebih rendah. Hal ini disebabkan jenis varietas tanaman sorgum pada penelitian ini menggunakan varietas kawali yang menghasilkan konsentrasi glukosa awal sebesar 1,5%, dimana lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan jenis varietas tanaman sorgum yang berbeda. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Semakin bertambahnya volum starter dan semakin lama waktu fermentasi maka akan menghasilkan kadar etanol yang semakin rendah. 2. Menurunnya konsentrasi gula diikuti dengan meningkatnya biomassa dan terbentuknya etanol pada tiap volum starter. 3. Kondisi optimum pada penelitian ini adalah pada variasi volum starter 25 ml selama 72 jam diperoleh konsentrasi etanol 7% volum dengan yield etanol 55,251 mg/ml. 4. Pada kondisi optimum didapatkan laju pertumbuhan spesifik -,2 jam -1, laju pertumbuhan spesifik maksimum dan konstanta kejenuhan substrat sebesar,64 jam -1 dan,24 g/l. 5. Konsentrasi glukosa yang tinggi, akan menghasilkan konsentrasi etanol yang tinggi. Saran 1. Untuk memperoleh ketelitian dari analisa kadar etanol yang diperoleh dari proses fermentasi nira sorgum, ada baiknya analisa etanol dilakukan dengan GC (Gas Chromatography). 2. Perlu dilakukan kegiatan proses pemurnian etanol lebih lanjut hasil fermentasi nira sorgum, sehingga diperoleh etanol dengan tingkat kemurnian yang tinggi. 3. Untuk memperoleh konsentrasi glukosa awal yang tinggi, maka perlu pemilihan jenis varietas tanaman sorgum yang tepat atau mempunyai kualitas yang baik. DAFTAR PUSTAKA Aspika, D, 211. Pembuatan Bioetanol dari Nira Sorgum dengan Menggunakan Sacharomyces cerevisiaea, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru. Sari, R. P. P., 29, Pembuatan Etanol dari Nira Sorgum dengan Proses Fermentasi, skripsi, Universitas Diponogoro. Soeranto.28. Prospek dan potensi sorgum sebagai bahan baku etanol http://www.bslonline.com/energi/archive/1.htmlsoeran TO HOEMAN,28. 29 Oktober 21 Sudarmadji, K. 1997. Mikrobiologi Pangan (PAU) Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta Sumiarso, L, 211, Kebijakan Energi Baru, Energi Terbarukan, dan Konservasi Energi, Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Bandung, 7 Januari 211.