BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDIDIKAN NILAI ISLAM PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN DI MTs NEGERI MLINJON KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. diketahui dengan indeks sumber daya manusia (SDM). SDM disisni adalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya (Suprijono 2011: 3). Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan kepribadian berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Pada proses pembelajaran guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus dan menciptakan suasana yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar dan efisien (Darsono dalam Hamdani 2011: 23). Proses pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Guru diharapkan mempersiapkan instrumeninstrumen pembelajaran termasuk sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan harus selektif dan efektif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Pengembangan bahan ajar diharapkan dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 pasal 20 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional mengisyaratkan agar guru melakukan perencanaan proses pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengembangkan materi atau bahan ajar. Hal ini dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajaran dengan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar yang merupakan elemen dalam RPP. Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan adanya bahan ajar guru akan lebih mudah dalam 1

2 melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Menurut Rohati (2011) bahan ajar merupakan segala bahan yang disiapkan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar merupakan suatu komponen yang akan/harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk mempelajarinya. Tanpa bahan ajar maka pembelajaran tidak akan menghasilkan apa-apa. Hal senada dengan Rohati, Prastowo (2013) mengatakan bahwa bahan ajar adalah segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan bahan ajar guru dapat menghemat waktu dalam mengajar, meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif dan sebagai pedoman guru yang mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan ada kecenderungan selama ini guru mengemas pengalaman belajar siswa terkotak-kotak antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain. Pembelajaran yang memisahkan penyajian mata pelajaran akan membuat kesulitan belajar bagi siswa karena pemisahan seperti itu memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifisial (Sa ud 2010: 112). Oleh karena itu, beragam pandangan dan pendapat menekankan pada cara penyampaian pelajaran yang bermakna dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu diharapkan siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran lain. Menurut Den & Harden (dalam Anitah 2008: 2.22) pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk mencapai ketrampilanketrampilan sepanjang hayat. Keterpaduan merupakan strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pebelajar. Pembelajaran terpadu memberikan

3 gambaran hubungan antar pengalaman. Penyajian materi yang terpadu akan meningkatkan pemikiran yang terpadu dan pengalaman-pengalaman belajar akan membantu pengembangan struktur pengetahuan bagi pebelajar. Disamping itu, pembelajaran terpadu memungkinkan kesatuan penyajian suatu masalah, meminimalkan kontradiksi konsep-konsep, menghindari pengulangan dalam kurikulum, mempermudah kerja sama antar disiplin dan memotivasi pebelajar (Anitah 2008: 2.23). Disamping itu, Trianto (2007: 7) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami. Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dari tahap berpikir nyata. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiiki sebelumnya. Pembelajaran akan lebih bermakna jika pelajaran yang telah dipelajari dapat bermanfaat untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah pendidikan secara bersamaan yaitu sikap, ketrampilan dan kognitif. Penerapan pembelajaran terpadu dapat membantu guru menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar (Trianto: 2007). Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

4 Namun kenyataannya bangsa Indonesia masih mengalami krisis multidimensi dan keterpurukan pada bidang pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pihak yang dominan dalam pembentukan watak siswa belum dapat memberikan efek yang signifikan. Kasus kriminal yang dilakukan pelajar mencerminkan gagalnya fungsi pendidikan nasional. Siswa yang suka menyontek, melakukan pemalakan sampai tawuran pelajar terus meningkat dari waktu ke waktu. Liputan6.com, Jakarta: Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat jumlah tawuran pelajar meningkat dari tahun 2010 sampai 2011 dari 128 kasus menjadi 339 kasus dengan korban tewas mencapai 82 korban. Selain itu, TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antar pelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia. Menurut Arist Merdeka Sirait (Ketua Umum Komnas Anak), meningkatnya jumlah kasus tawuran merupakan indikasi gagalnya sistem perlindungan terhadap anak. Negara ikut bertanggung jawab atas kegagalan ini. Sistem pendidikan pemerintah kita cenderung mengejar intelektualitas semata, tanpa mementingkan pendidikan karakter. Di lain pihak, pelajaran matematika hanya mempelajari tentang teoriteori dan materi yang berhubungan dengan ilmu matematika saja tanpa memperhatikan nilai sosial dan spiritual. Dengan demikian, fungsi dan tujuan pendidikan nasional tidak dapat dicapai. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang wajib diajarkan di sekolah harus mampu menerapkan pendidikan nilai melalui pembelajarannya di kelas. Pembelajaran matematika harus lebih diberdayakan dan diubah menyentuh semua aspek, yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan ketrampilan sehingga berkontribusi lebih besar dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Islam adalah agama Rahmatan lil alamiin yang ilmunya bersumber langsung dari Allah Azza wa jalla yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Pendidikan islam mengajarkan nilai-nilai yang

5 dapat membentukan kepribadian berkarakter, berakhlak mulia dan beradab. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai islam akan membentuk kepribadian yang baik. Nilai-nilai islam dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran matematika sehingga dapat mengantarkan siswa untuk mencapai pengetahuan (kognitif), pemahaman dan penerapan nilai-nilai islam. Oleh sebab itu diperlukan suatu rumusan pembelajaran matematika yang mengintegrasikan nilai islam pada topik-topik matematika sekolah (Kohar: 2012). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan pengembangan bahan ajar matematika berbasis pendidikan nilai islam pada pokok bahasan Himpunan yaitu Standar Kompetenti empat, menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan masalah. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapat diambil identifikasi masalah sebagai berikut. 1. Bahan ajar yang tersedia belum mengimplementasikan pendidikan nilai islam dalam pembelajaran. 2. Pelajaran matematika masih dianggap sulit oleh siswa karena siswa belum dapat mengambil makna dari proses pembelajaran. 3. Pendidikan yang ada hanya mengedepankan aspek kognitif saja tanpa memperhatikan nilai spiritual. C. Pembatasan Masalah Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah, peneliti membatasi masalah sebagai berikut. 1. Pengembangan bahan ajar berbasis pendidikan nilai islam ini difokuskan untuk mengimplementasikan nilai-nilai islam dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan Himpunan kelas VII MTs. 2. Kualitas bahan ajar berbasis pendidikan nilai islam dilihat dari validasi dan penilaian yang dilakukan oleh dua dosen dan satu guru matematika SMP/MTs untuk selanjutnya dilakukan uji keterpakaian terhadap siswa. 3. Uji coba yang dilakukan hanya untuk melihat kelayakan produk dan respon siswa, tidak diuji pengaruhnya terhadap prestasi belajar.

6 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar matematika berbasis pendidikan nilai islam untuk MTs? 2. Bagaimana kualitas bahan ajar matematika berbasis pendidikan nilai islam yang dikembangkan? 3. Bagaimana respon siswa terhadap bahan ajar dan pembelajaran matematika berbasis pendidikan nilai islam? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ini dicapai dari penelitian dan pengembangan ini adalah: 1. Mengembangkan bahan ajar matematika berbasis pendidikan nilai islam untuk MTs. 2. Mengkaji kualitas bahan ajar matematika berbasis pendidikan nilai islam yang dikembangkan. 3. Mengkaji respon siswa terhadap bahan ajar dan pembelajaran matematika berbasis pendidikan nilai islam. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber pengetahuan baru dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika serta dapat memberikan kontribusi berupa bahan ajar matematika berbasis pendidikan nilai islam. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Siswa Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan nilai spiritual dan rasa cinta terhadap Al-Qur an sebagai sumber dari segala ilmu untuk diterapkan dalam pembelajaran dan kehidupan.

7 b. Manfaat bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik pada nilai spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan serta dapat menjadi motivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bahan ajar matematika yang lain. c. Manfaat bagi Sekolah Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara memperbaiki akhlak para siswa sehingga dapat menjadi lembaga pendidikan yang berasaskan nilainilai islam. G. Definisi Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsirkan maksud yang terkandung dalam judul penelitian ini, penulis menegaskan istilah sebagai berikut: 1. Penelitian Pengembangan Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. 2. Bahan Ajar Matematika Bahan ajar matematika merupakan seperangkat materi matematika yang disusun secara sistematis berupa materi yang akan dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. 3. Pendidikan Nilai Islam Pendidikan nilai islam merupakan proses pentransferan ilmu pengetahuan umum dan agama yang dilandasi dengan nilai-nilai akhlak dalam rangka menumbuh-kembangkan potensi dasar manusia yang terdapat dalam dirinya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.