BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB 1 PENDAHULUAN. alam (natural disaster) maupun bencana karena ulah manusia (manmade disaster).

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bencana banjir termasuk bencana terbesar di dunia. Data Guidelines for Reducing Flood

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

MITIGASI BENCANA BENCANA :

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

ARTIKEL. Analisis Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai. di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah.

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

RINGKASAN REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TANGERANG PERIODE

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

Powered by TCPDF (

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KUPANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22TAHUN 2008 TENTANG PENDANAANDANPENGELOLAAN BANTUANBENCANA

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan tingginya risiko kejadian bencana alam, bencana akibat ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun di sisi lain juga kaya akan sumberdaya alam. Berdasarkan sejarah kebencanaan, terhimpun hampir semua bencana alam di dunia telah terjadi di Indonesia dan setiap terjadi bencana, setiap kali pula kejadian tersebut menimbulkan korban jiwa (Hendrianto, 2012). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terjadi peningkatan jumlah kejadian bencana di Indonesia. Kejadian itu dalam kurun waktu lima tahun terakhir sejak 2009 hingga 2014, jumlah kejadian bencana di tahun 2009 sebanyak 1.246 kejadian. Jumlah ini mengalami peningkatan di tahun 2010 mencapai 1.941 kejadian. Pada tahun 2011, jumlah kejadian bencana mengalami penurunan menjadi 1.633 kejadian. Dan jumlah ini kembali meningkat menjadi 1.841 kejadian di tahun 2012 lalu turun lagi menjadi 1.674 kejadian di tahun 2013 dan 1.475 kejadian di tahun 2014. Dan "99 Persen kejadian bencana tahun 2014 adalah bencana hidrometeorologi," seperti banjir, puting beliung, dan tanah longsor Sementara Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (PPKK) dalam Statistik kejadian bencana Tahun 2014, Selama kurun waktu 5 tahun antara tahun 2010 2014 jumlah kejadian bencana di Indonesia mencapai 1.907 kejadian bencana, terdiri dari 1.124 bencana alam, 626

2 bencana non alam dan 157 bencana sosial. Sedangkan tahun 2014 jumlah kejadian bencana sebanyak 456 kejadian, terdiri dari 227 bencana alam (49%), 197 bencana non alam (44%) dan 32 bencana sosial (7%). Kejadian bencana tersebut menimbulkan jumlah korban sebanyak 1.699.247 orang, terdiri dari 957 orang korban meninggal, 1.932 orang luka berat/dirawat inap, 694.305 orang luka ringan/rawat jalan, 391 orang hilang dan 1.001.662 pengungsi. Kejadian bencana dengan frekuensi tertinggi (PPKK - 2014) dapat diurut sebagai berikut: banjir (88 kejadian ; 19%), kecelakaan transportasi (74 kejadian; 16%), tanah longsor (57 kejadian; 13%); kebakaran pemukiman (55 kejadian; 12%) dan keracunan (39 kejadian; 9%).Seperti tahun-tahun sebelumnya bencana alam masih didominasi oleh bencana hidrolometorologi yaitu banjir yang merupakan kejadian bencana dengan frekuensi terbanyak, sementara untuk bencana non alam kecelakaan transportasi. Kejadian bencana juga menyebabkan terjadinya kerusakan fasilitas kesehatan dengan tingkat gangguan fungsi yang beragam. Tercatat selama tahun 2014 sebanyak 106 unit fasilitas kesehatan mengalami kerusakan akibat bencana, terdiri dari puskesmas 34 unit (32%), puskesmas pembantu 30 unit (28%), polindes 23 unit (22%), rumah sakit 6 unit (5%), poskesdes 6 unit (5%), posyandu 3 unit (3%), gudang farmasi 2 unit (2%) dan puskesmas keliling 2 unit (2%) (PPKK - 2014) Terkait dengan bencana, Provinsi Jambi dari Tahun 2001-2010 terdapat 165 kejadian bencan, bencana tersebut menyebabkan 41 orang meninggal dunia dan hilang, 153.742 orang mengungsi dan menderita, 8.162 rumah rusak dan hancur, serta 348.752 ha lahan rusak. Bencana banjir umumnya melanda wilayah

3 bagian timur yang merupakan dataran rendah dan banyak dilalui sungai. Banjir terbesar terjadi pada bulan Desember 2003, tepatnya pada tanggal 9 dan 14. Bajir pada tanggal 9 Desember 2003 menyebabkan 5 orang meninggal dunia, 11.496 orang mengungsi, serta 43 ha lahan rusak sedangkan banjir pada tanggal 14 Desember 2003 mengakibatkan 5 orang meninggal dunia, 38.882 orang mengungsi, dan 8.390 ha lahan mengalami kerusakan (BNPB 2011), statistik kejadian bencana Provinsi Jambi dapat dilih pada Gambar 1.1 Sumber : BNPB 2011, Data Bencanan Indonesia. Statistik dampak bencana yang terjadi dari tahun 2001 s/d 2011 dapat dilihat pada Gambar 1.2 Sumber : BNPB 2011, Data Bencanan Indonesia.

4 Kota Jambi merupakan ibu Kota dari Provinsi Jambi yang hampir setiap tahunnya dilanda banjir. Sebagai salah satu kota yang termasuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari, dimana daerahnya terletak di dataran rendah, Potensi bencana banjir tersebut dapat dilihat dari peta potensi bencana banjir pada Gambar peta 1.3 berikut ini ; Gambar 1.1 Peta Rawan Bencana Banjir di Kota Jambi Sumber BPBD Provinsi Jambi

5 Bencana banjir menimbulkan dampak terhadap penduduk Kota Jambi, seperti dari 540.258 jiwa penduduk Kota Jambi terdapat 26,047 jiwa yang terancam, 507 jiwa luka, 13 jiwa hilang, 670 rumah rusak, dan sebanyak 13.507 jiwa mengungsi atau pindah, selain mengancam jiwa juga menyebabkan kerusakan rumah pada wilayah terdampak, dimana tercatat ada 670 rumah yang rusak dengan tingkat kerusakan 450 (67%) rumah rusak ringan, 111 (17%) rumah rusak sedang dan 109 (16 %) rumah rusak berat, (BPBD, 2013). Dampak kejadian banjir menyentuh seluruh bidang, baik ekonomi, sosial-budaya, politik, namun yang paling utama dirasakan adalah bidang kesehatan. Disadari bahwa dengan adanya kejadian bencana, maka selalu timbul wabah penyakit yang merupakan dampak dari kondisi lingkungan yang rusak, sanitasi yang jelek, daya tahan tubuh manusia menurun drastis dan kurangnya sarana dan obat-obatan. Pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit. Karena bencana banjir merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak serta disertai jatuhnya korban. Keadaan ini bila tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menghambat, mengganggu, serta menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat. Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya krisis kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan dalam menghadapi krisis kesehatan akibat bencana. Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya krisis kesehatan berupa kegiatan tanggap

6 darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya krisis kesehatan berupa kegiatan pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk itu penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana harus mempunyai suatu pemahaman permasalahan dan penyelesaian secara komprehensif, serta terkoordinasi secara lintas program dan lintas sektor. Pada saat bencana terjadi biasanya diikuti dengan timbulnya korban manusia maupun kerugian harta benda. Terdapatnya korban manusia akan menyebabkan kerawanan status kesehatan pada masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat yang berada disekitar daerah bencana. Oleh karena itu, percepatan penangana korban tidak saja perlu dilakukan pada masa tanggap darurat, tetapi perlu ditekankan upaya kesiapsiagaan yang sedini mungkin juga dilakukan sehingga jumlah kordan dapat diminimalkan. Kesiapsiagaan merupakan tanggugungjawab bersama para stakeholder, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat serta dunia usaha. Peran pelaku tersebut diatur dalam UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Salah satu stakeholder yang bertanggungjawab melaksanakan upaya kesiapsiagaan adalah Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas adalah bagian dari pemerintah daerah wajib melaksanakan fungsinya dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana. Menurut Dirjen Binakesmas Depkes (2005). Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab diwilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

7 keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang bermutu dan terjangkau. Dampak kejadian bencana banjir sangat luas terutama dibidang kesehatan, pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit. Berdasarkan pentingnya pelayanan kesehatan, maka Puskesmas sebagai lini terdepan dalam pengendalian risiko bencan bidang kesehatan dituntut untuk mempunyai kesiapsiagaan yang kuat yang harus disiapkan sebelum terjadinya bencana baik dari segi pelayanan kesehatan, sumber daya manusia yang tanggap, sarana prasarana yang memadai, obat dan perbekalan yang cukup, dukungan dana dalam kesiapsiagaan maupun saat kedaruratan, dukungan informasi, dan adanya protap/pedoman yang dijadikan acuan dalam kegiatan di Puskesmas, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat kesiapsiagaan dari Puskesmas dalam penanggulanngan banjir di Kota Jambi. 1.2. Rumusan Masalah Kesiapsiagaan Puskesmas Bencana banjir dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat, seperti dampak dari kondisi lingkungan yang rusak, sanitasi yang jelek, daya tahan tubuh manusia menurun drastis dan kurangnya sarana dan obat-obatan. Keadaan ini bila tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menghambat, mengganggu, serta menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat. Puskesmas sebagai lini terdepan dalam pengendalian risiko bencan bidang kesehatan dituntut untuk mempunyai kesiapsiagaan yang kuat yang harus disiapkan sebelum terjadinya bencana baik dari segi pelayanan kesehatan, maupun sumber daya kesehatannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah

8 upaya Pelayanan Kesehatan dilihat dari kelengkapan operasional Puskesmas, sumber daya Puskesmas dan upaya kesehatan, dan kesiapsiagaan Puskesmas dilihat dari Penyiapan sumber daya Puskesmas, Penyiapan sistem informasi dan komunikasi, ketersedian protap/juklak/sop/pedomman, dokumen rencana kontinjensi dan simulasi/gladi/pelatihan siaga dalam penanggulangan bencana banjir. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis upaya pelayanan kesehatan Puskesmas di Kota Jambi 2. Menganalisis Kesiapsiagaan Puskesmas dalam penanggulangan bencana banjir dan Rencana Kontinjensi di Kota Jambi 3. Menganalisis upaya pelayanan kesehatan dengan kesiapsiagaan Puskesmas dalam penanggulangan bencana banjir di Kota Jambi 1.4. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan literatur terkait dengan kesiapsiagaan bencana, khususnya di bidang kesehatan. 2. Sebagai masukan bagi dinas kesehatan untuk mengetahui status kesiapsiagaan Puskesmas, untuk selanjutnya dapat meninjau ulang kapasitas yang dimiliki Puskesmas, dan dapat melakukan perbaikan terhadap rencana kesiapsiagaan Puskesmas dalam mengantisipasi ancaman bencana 3. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kota Jambi untuk pengambilan kebijakan terkait peningkatan kesiapsiagaan sektor kesehatan dalam penanggulangan bencana, terutama Puskesmas.

9 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kesiapsiagaan telah banyak dilakukan, tetapi penelitian yang membahas secara khusus tentang kesiapsiagaan Puskesmas dalam penanggulangan bencana terutama dari segi upaya pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana, obat dan perbekalan, dukungan informasi komunikasi, dan protap/juklak/sop/pedoman, dokumen rencana kontinjensi dan simulasi/gladi/ pelatihan siaga masih jarang. Table 1.1 Daftar penelitan sebelumnya Nama peneliti (tahun) Dewi,R.N.W, (2010) Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian Kesiapsiagaan sumberdaya Manusia Kesehatan dalam Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat Bencana Banjir Mengetahui gambaran dan hubungan beberapa faktor (umur, jenis kelamin, lama pengalaman kerja, frekuensi mengikuti pelatihan manajemen bencana, pelatihan teknik lapangan, pelatihan gladi/simulasi, kecukupan sarana, ketersediaan biaya operasional, dukungan informasi, ketersediaan protap/pedoman, pelaksanaan evaluasi dan pemberian kompensasi) dengan kesiapan sumber daya manusia kesehatan dalam penanggulangan bencana banjir Kuantitatif Cross sectional Hasil penelitian menunjukkan gambaran kesiapsediaan SDM kesehatan 68,1% respon menyatakan siap siaga bekerja dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan hasil analisis kesiapsiagaan SDM meningkat 2,5 kali pada respon yang pernah mendapatkan pelatiahan manajemen bencan. Fuad, dkk. (2011) Puskesmas kesiapsiagaan bencana setelah gempa di Padang Pariaman Untuk menilai kesiapan Puskesmas dalam menanggapi bencana Studi kasus observasi Jumlah dan kualitas tenaga kesehatan jauh di bawah ideal. Kurang dari setengah Puskesmas memiliki fasilitas darurat. SOP dan kebijakan untuk menghadapi bencana tidak tersedia Gultom, A.B, (2012) Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas survey eksplanatori Pengetahuan memiliki hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas dengan nilai < 0,05. Sedangkan sikap tidak memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas dengan nilai > 0,05.

10 Kudiyana, (2013) Analisis Sistem Kesiapsiagaan Rumah sakit Umum dalam menghadapi Bencana di Kabupaten Sleman Untuk mengkaji seberapa kesiapsiagaan rumah sakit umum dalam menghadapi bencana dan menganalisa faktor yang menghambat kesiapsiagaan rumah sakit umum dalam menghadapi bencana, serta mengkaji perencanaan kesiapsiagaan antar rumah sakit dalam menghadapi bencana di kabupaten Sleman. Kuantitatif dengan pendekatan statistik Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 21% rumah sakit umum yang telah memiliki system kesiapsiagaan menghadapi bencana di Kabupaten Sleman. Anggaran belum ada, kebijakan pimpinan rumah sakit merupakan faktor paling banyak yang menghambat kesiapsiagaan rumah sakit. Belum ada perencanaan kesiapsiagaan antar rumah sakit di Kabupaten Sleman. Kesiapsiagaan rumah sakit umum dalam menghadapai bencana di Kabupaten Sleman masih rendah. Mahdalena, (2016) Analisis Kesiapsiagaan Puskesmas dalam Penanggulangan Bencan Banjir di Kota Jambi Untuk menganalisis progaram upaya pelayanan kesehatan dengan kesiapsiagaan Puskesmas dalam penanggulangan bencana banjir di Kota Jambi Kuantitatif Hasil penelitian ini didapat bahwa upaya pelayanan kesehatan masuk dalam kategori baik, hal ini dilihat dari kelengkapan organisasi, sumber daya Puskesmas dan upaya kesehatan berjalan dengan baik sesuai dengan standar pelayanan. Sedang kesiapsiagaan Puskesmas masuk dalam kategori sedang 10% dan rendah 90% dalam penanggulangan banjir, hal ini masih banyak ketidak siapan Puskesmas seperti : sumber daya Puskesmas, peralatan lapangan, biaya operasional penanggulanngan bencana, rendahnya sistem informasi dan komunikasi, ketersediaan protap/juklak/sop/pedoman dalam penanggulanngan bencana, serta rendahnya petugas yang pernah mengikuti simulasi/gladi dalam penanggulangan bencana