Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STABILITAS LERENG DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI DENGAN METODE SIMPLIFIED BISHOP AKIBAT HUJAN PERIODE ULANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

STABILITAS LERENG BERDASARKAN HUJAN 3 HARIAN MAKSIMUM BULANAN (KASUS DI DUSUN PAGAH DESA HARGANTORO KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI)

ANALISIS STABILITAS LERENG DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI AKIBAT HUJAN PERIODE ULANG

Analisa Stabilitas Lereng akibat Curah Hujan Bulanan dengan Metode Fellenius di Desa Sumbersari DAS Tirtomoyo Wonogiri SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

HAWIN WIDYO HUTOMO NIM I

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN BRONJONG MENGGUNAKAN SOFTWARE GEOSLOPE DI DESA TAMBAKMERANG, GIRIMARTO, WONOGIRI

PENGGUNAAN SHEET PILE UNTUK PERKUATAN LERENG DI DESA TAMBAKMERANG KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS STABILITAS LERENG YANG DIPERKUAT DENGAN CERUCUK KAYU DI DESA SENDANGMULYO, TIRTOMOYO, WONOGIRI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN TERASERING DI DESA SENDANGMULYO, TIRTOMOYO, WONOGIRI

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN SOFWARE GEO STUDIO 2007 DENGAN VARIASI KEMIRINGAN (STUDI KASUS: BUKIT GANOMAN KAB KARANGANYAR)

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA TERHADAP STABILITAS LERENG DI DESA SENDANGMULYO, TIRTOMOYO, WONOGIRI

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE

ANALISIS DINDING PENAHAN TANAH TIPE GRAVITASI PADA LERENG DI DESA SUMBERSARI, TIRTOMOYO, WONOGIRI

ANALISIS STABILITAS LERENG BERDASARKAN HUJAN 3 HARI BERURUTAN DI DAS TIRTOMOYO (Studi kasus Desa Damon, Hargorejo, Wonogiri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

Keaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DESAIN TERASERING PADA LERENG SUNGAI GAJAH PUTIH SURAKARTA

ANALISIS STABILITAS LERENG BERTINGKAT DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Dosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST.

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN TERASERING DAN PERKUATAN BRONJONG DI DESA SENDANGMULYO, TIRTOMOYO, WONOGIRI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

Keywords: soil nailing, safety factor, Fellenius, benching. Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

4 BAB VIII STABILITAS LERENG

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN SOIL NAILING MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER

ANALISIS STABILITAS LERENG AKIBAT BEBAN HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN DAN BEBAN LALU LINTAS (Studi Kasus : Desa Tambakmerang, Girimarto, Wonogiri)

ANALISIS STABILITAS LERENG DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI AKIBAT HUJAN PERIODE ULANG (Studi Kasus Dusun Damon, Hargorejo, Wonogiri)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG STUDI KASUS DESA MANGUNHARJO KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

GRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

Analisis Stabilitas Lereng Tanah Berbutir Kasar dengan Uji Model Fisik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

I Dewa Gede Jaya Negara*, Anid Supriyadi*, Salehudin*

C I N I A. Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai

Pemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga

PENGARUH METODE ELEKTROOSMOSIS TERHADAP TEKANAN AIR PORI PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR DENGAN ABU AMPAS TEBU

ANALISIS DINDING PENAHAN TANAH TIPE GRAVITASI PADA LERENG DI DESA SUMBERSARI, TIRTOMOYO, WONOGIRI

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

ANALISIS STABILITAS LERENG AKIBAT BEBAN HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN DAN BEBAN LALU LINTAS (Studi Kasus : Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri)`

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Jenuh Sebagian

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus UMY

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU/2016

BAB IV KRITERIA DESAIN

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

ABSTRAK Faris Afif.O,

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

LAMPIRAN A PETA KEMIRINGAN LERENG WADUK MANIKIN, NTT

BAB 3 METODE PENELITIAN

DISUSUN OLEH : CHRYSTI ADI WICAKSONO ARENDRA HARYO P

PENGGUNAAN GEOTEKSTIL PADA LERENG SUNGAI GAJAH PUTIH SURAKARTA

Transkripsi:

ANALISIS STABILITAS LERENG BERDASARKAN PENGARUH HUJAN BULANAN MAKSIMUM DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI MENGGUNAKAN METODE BISHOP DISEDERHANAKAN (Studi Kasus di Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo, Wonogiri) M. Muh. Fachrudin Arrozi 1), Niken Silmi Surjandari 2), Noegroho Djarwanti 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret 2), 3) Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp. 0271-634524. Email: civiluns@uns.ac.id Abstract Wonogiri is one of the regencies in the south of Central Java. It has a quite steep topography, which some of the areas have wavy, hilly, and mountainous morphology. The conditions cause Wonogiri as area with a highpotential land-slide in rainy seasons. This is strengthen by the landslide occurred in December, 2007 which destroyed some areas in Wonogiri, one of them was Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo. There were fourteen people killed in the landslide. The research is aimed to find out the influence of maximum monthly-rain toward the slopes stability in Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo, Wonogiri, in some oblique angle variations (30 o, 45 o, and 60 o ) with existing land use (woods, fields, and blank field). A maximum monthly-rain is a daily rain which happens during a certain month. The sample of soil obtained from the research location was tested to determine the type and the parameter of the soil which is needed in slopes-stability analysis (γ, c, and φ). Slopes-stability analysis using a simplified Bishop method. The analysis of rain-water infiltration in this research used SCS-CN method. The data of the rain which was analyzed was the rain occurred in rainy seasons (from November until April) in the period of 2007 to 2011. The rain-water infiltration increased the soil weight-volume which caused the slopes load increase. The analysis results showed that the infiltration influenced the decrease of safety factor grades. At the oblique angle of 30 o from 2,7233 to 2,1885, at 45 o from 1,5485 to 1,2329, and at 60 o from 1,2877 to 0,8655. Keywords: monthly-rain, infiltration, SCS-CN, slopes stability, SF Abstrak Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di bagian Selatan Jawa Tengah dengan kondisi topografi cenderung curam, dimana sebagian wilayahnya merupakan wilayah dengan morfologi yang bergelombang, perbukitan hingga pegunungan. Kondisi ini yang menyebabkan Wonogiri termasuk daerah dengan potensi longsor cukup tinggi ketika memasuki musim penghujan. Hal ini diperkuat dengan adanya peristiwa longsor yang terjadi pada Desember 2007 silam pada beberapa daerah di Wonogiri salah satunya di Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo 14 jiwa melayang akibat peristiwa ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hujan bulanan maksimum terhadap stabilitas lereng di Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo, Wonogiri dengan beberapa variasi kemiringan (30 o, 45 o, dan 60 o ) dengan tutupan lahan eksisting berupa hutan, ladang, dan lahan kosong. Sampel tanah dari lokasi penelitian diuji untuk mengetahui parameter tanah yang dibutuhkan dalam analisis stabilitas lereng (γ, c, dan φ). Analisis stabilitas lereng menggunakan metode Bishop disederhanakan. Analisis infiltrasi air hujan menggunakan metode SCS-CN. Data hujan digunakan merupakan hujan yang terjadi pada bulan musim hujan (November-April) pada kurun waktu 2007-2011. Infiltrasi air hujan akan menyebabkan berat volume tanah menjadi bertambah sehingga beban lereng menjadi bertambah. Hasil analisis menunjukkan bahwa infiltrasi berpengaruh terhadap penurunan nilai SF. Kemiringan 30 o dari 2,7233 menjadi 2,1885, kemiringan 45 o dari 1,5485 menjadi 1,2329, dan kemiringan 60 o dari 1,2877 menjadi 0,8655. Kata Kunci : hujan bulanan, infiltrasi, SCS-CN, stabilitas lereng, SF PENDAHULUAN Longsor seringkali terjadi akibat adanya pergerakan tanah pada kondisi daerah lereng yang curam, serta tingkat kelembaban (moisture) tinggi, tumbuhan jarang (lahan terbuka) dan material kurang kompak. Faktor lain untuk timbulnya longsor adalah rembesan dan aktifitas geologi seperti patahan, rekahan dan liniasi. Kondisi lingkungan setempat merupakan suatu komponen yang saling terkait. Bentuk dan kemiringan lereng, kekuatan material, ke- e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/JUNI 2015/542

dudukan muka air tanah dan kondisi drainase setempat sangat berkaitan pula dengan kondisi kestabilan lereng (Verhoef, 1985). Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di bagian Selatan Jawa Tengah, yang memiliki kondisi topografi cenderung curam, dimana sebagian wilayahnya merupakan wilayah dengan morfologi yang bergelombang, perbukitan hingga pegunungan. Adapun luasannya hampir mencakupi 12 kecamatan dari 25 Kecamatan di Wonogiri, yaitu sekitar + 48% dari luas keseluruhan (Widiansyah, 2007). Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam wonogirikab.go.id mencatat bahwa pernah terjadi longsor dan banjir pada penghujung tahun 2007 tepatnya pada tanggal 25 dan 26 Desember 2007 di daerah Kecamatan Tirtomoyo akibat musim hujan di penghujung tahun tersebut. Tercatat 14 warga tewas akibat bencana alam tersebut. Adapaun lokasi tanah longsor menurut camat Tirtomoyo ada empat titik yang masing-masing terletak di Dusun Semangin, Desa Sendangmulyo, dan dua titik yaitu Dusun Pagah dan Dusun Sanggrahan yang keduanyan berada di Desa Hargantoro. Longsor dapat disebabkan oleh beberapa faktor dimana salah satunya adalah curah hujan. Hujan dengan intensitas tertentu yang terjadi secara terus menerus pada waktu tertentu pula akan menyebabkan penambahan massa tanah pada lereng akibat terbentuknya storage oleh infiltrasi air hujan tersebut. Melihat besarnya pengaruh curah hujan terhadap stabilitas lereng maka penelitian ini dilakukan mengingat semakin sering bencana tanah longsor yang terjadi setiap memasuki bulan-bulan basah pada musim hujan. Penelitian ini meninjau stabilitas lereng di Dusun Pagah, Desa Hargantoro, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan metode analisis stabilitas lereng Bishop yang disederhanakan (Simplified Bishop). METODE PENELITIAN Gambar 1. Lokasi Penelitian Analisis stabilitas lereng berdasarkan pengaruh hujan bulanan maksimum melalaui beberapa tahapan analisis yang meliputi : pertama, menghitung hujan wilayah DAS Tirtomoyo Wonogiri dengan menggunakan metode Thiessen, kedua menghitung nilai infiltrasi yang terjadi pada lereng berdasarkan variasi tutupan lahan (eksisting, hutan, dan ladang berteras-teras) menggunakan metode CN yang dikembangkan oleh Soil Conservation Service. Metode CN merupakan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah infiltrasi air hujan berdasarkan jenis tutupan lahan yang ada. Ketiga, menghitung kedalaman tanah jenuh akibat infiltrasi berdasarkan jenis tanah di lokasi penelitian. Keempat, menghitung nilai stabilitas lereng akibat penambahan beban air infiltrasi pada kemiringan 30, 45, dan 60 pada setiap variasi tutupan lahan ( eksisting, hutan, dan ladang berteras-teras) dengan menggunakan metode Bishop disederhanakan. Gambaran lebih lanjut mengenai tahapan analisis adalah sebagai berikut : Perhitungan hujan wilayah Penelitian ini menggunakan data curah hujan dari tahun 2007 2011 yang berasal dari stasiun Balong, Ngancar, dan Watugede. Poligon Thiessen digunakan untuk mengubah hujan titik menjadi hujan wilayah. Poligon Thiessen dibuat dengan menentukan batas DAS Tirtomoyo kemudian setelah menentukan batas DAS, menghubungkan ketiga stasiun hujan hingga membentuk segitiga, mencari garis berat dari kedua garis yang membagi dua bagian sama persis, menghubungkan ketiga garis berat sehingga membentuk polygon seperti pada Gambar 2. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/JUNI 2015/543

Gambar 2. Poligon Thiessen DAS Tirtomoyo di titik stasiun debit Sulingi Setelah menentukan poligon Thiessen, selanjutnya menentukan koefisien Thiessen untuk masing-masing stasiun hujan seperti yang ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 1. Koefisien Thiessen untuk stasiun Balong, Ngancar, dan Watugede Polygon Thiessen Factor No Stasiun Hujan Luas (km2) Presentase (%) 1 Stasiun Balong 56,43 34 2 Stasiun Ngancar 12.74 8 3 Stasiun Watugede 98,21 58 Jumlah 167,38 100 Metode SCS CN Metode SCS CN memperhitungkan nilai infiltrasi yang terjadi pada setiap jenis tanah dengan jumlah hujan yang jatuh pada setiap kali terjadi hujan sehingga dapat diketahui berapa mm air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah yang akan digunakan untuk menghitung tebal lapisan tanah yang menjadi jenuh pada lereng. Secara umum curah hujan total (P) yang jatuh ke tanah dengan potensi maksimal tanah untuk menahan air (S) akan terbagi menjadi tiga komponen ; Air larian (Q), Infiltrasi (F) dan Abstraksi awal (Ia), dengan hubungan sebagai berikut : Q = (P Ia) 2 / (P- Ia) + S (1) Dengan : Ia = 0,2 S (2) Dari persamaan (1) dan (2) bisa diperoleh nilai Q dengan memasukkan nilai P kedalam persamaan berikut: Q = (P 0,2S) 2 /(P + 0,8S) (3) Nilai S dapat diperoleh dari nilai runoff Curve Number (CN) dengan rumus berikut : S = (25400/CN) 254 untuk nlai S dalam mm. Apabila nilai P dan Q diketahui maka kita dapat menghitung besar infiltrasi yang terjadi memalui persamaan berikut: F = (P Ia) Q (4) Dengan A sebagai luas lereng, maka volume infiltrasi (V f) bisa dihitung dengan: (5) Menghitung Ketebalan Tanah Jenuh Infiltrasi yang terjadi setiap kali terjadi hujan akan menyebabkan lapisan topsoil pada lereng menjadi jenuh. Ketebalan lapisan tanah jenuh akan berbeda untuk hujan yang terjadi pada intensitas yang berbeda pula. Dengan menggunakan data indeks properties tanah akan dapat diperhitungkan seberapa dalam lapisan tanah yang akan menjadi jenuh oleh volume air tertentu. langkah awal adalah menghitung angka pori tanah. e = (6) e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/JUNI 2015/544

Nilai angka pori dianggap konstan meskipun terjadi penambahan air sehingga kita dapat menghitung berat volume tanah pada kondisi jenuh menggunakan rumusan: γ sat = (7) Dengan mengetahui volume infiltrasi yang terjadi dapat dihitung ketebalan tanah jenuh menggunakan rumusan : h sat = (F/((γ sat γ b)/ γ w)x 1 m 3 )/A (8) dengan, G s = Specific Gravity γ b = Berat volume basah (kn/m 3 ) γ sat = Berat volume pada kondisi jenuh (kn/m 3 ) γ w = Berat Volume Air (kn/m 3 ) Analisis Stabilitas Lereng Sebelum dan Sesudah Hujan (a) (b) Gambar 3. Permodelan Lereng Sudut 30 o (a) Sebelum Hujan (b) Sesudah Hujan Permodelan lereng yang digunakan untuk analisis seperti terlihat pada gambar 2. Variabel yang berubah pada permodelan lereng adalah sudut kemiringan lereng dan kedalaman lapisan tanah jenuh. Garis longsor didapat dari analisis menggunakan Slope/w dan dipilih garis longsor dengan nilai safety factor (SF) paling kritis. Selanjutnya dengan menggunakan metode irisan manual Bishop disederhanakan dihitung stabilitas lereng sebelum dan setelah terjadi hujan dengan menggunakan garis longsor hasil analisis menggunakan slope/w tersebut. Berikut persamaan metode Bishop disederhanakan : (9) Dengan, SF = Safety Factor c = Kohesi tanah efektif (kn/m 2 ) = Sudut gesek dalam tanah efektif (derajat) bi = Lebar irisan ke-i (m) W i = Berat irisan tanah ke-i (kn) i = Sudut yang didefinisikan (derajat) u i = Tekanan air pori pada irisan ke-i (kn/m 2 ) e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/JUNI 2015/545

Analisis stabilitas lereng dilakukan setelah terjadi hujan/infiltrasi pada setiap variasi tutupan lahan yang tentunya akan memiliki kedalaman tanah jenuh yang berbeda-beda dan pada variasi kemiringan lereng. Tujuannya adalah untuk mengetahui tutupan lahan apa yang paling tepat digunakan pada lokasi penelitian serta akan diketahui pula pengaruh infiltrasi air hujan dan kemiringan lereng terhadap stabilitas lereng. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah untuk memperoleh parameter tanah berupa indeks properties dan parameter geser tanah diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Pengujian Laboratorium Parameter Tanah Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 w n % 46,60 47,29 41,97 γ b kn/m 3 16,81 16,60 16,56 Gs - 2,48 2,59 2,61 Gravel % 1,82 0,33 0,18 Sand % 45,82 40,58 40,72 Silt % 35,41 39,88 30,31 Clay % 16,96 19,21 28,79 LL % 55,24 60,94 57,50 PL % 32,69 32,12 21,23 IP % 22,55 28,82 36,28 Klasifikasi Tanah - MH MH MH c (direct shear) kg/cm 2 0,034 0,2138 0 φ (direct shear)... 20,30 15,35 26,87 Hasil pengujian laboratorium pada ketiga sampel menunjukkan bahwa tanah termasuk lanau tak organik dengan plastisitas tinggi (MH). Pada tanah berbutir halus, lanau (silt) lebih dominan daripada lempung (clay) disertai dengan kandungan pasir yang cukup tinggi sehingga kemungkinan tanah untuk meloloskan air cukup besar. Hal ini menambah kemungkinan lapisan tanah jenuh atau storage akibat infiltrasi semakin besar pula. Sampel 2 digunakan sebagai data tanah untuk perhitungan analisis stabilitas lereng karena dianggap mewakili kondisi lereng yang dimodelkan dalam bentuk 2D berdasarkan letak pengambilannya (pengambilan sampel 2 berada pada badan lereng). Pada kondisi sebelum terjadi hujan diperoleh nilai safety factor (SF) berturut-turut untuk kemiringan 30, 45 dan 60 adalah 2,7233, 1,6485 dan 1,2877. Setelah terjadi hujan nilai safety factor (SF) berturut-turut untuk kemiringan 30, 45 dan 60 menjadi 2,1885, 1,2329, dan 0,8655. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai safety factor (SF) berbanding terbalik dengan kemiringan pada lereng nilai safety factor (SF) semakin menurun ketika sudut kemiringan lereng naik dan nilai safety factor (SF) mengalami penurunan setelah terjadi hujan. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas lereng dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kemiringan dari lereng itu sendiri. Gambar 4. Grafik Hubungan Safety factor (SF) dengan Kemiringan Lereng Sebelum dan Sesudah Hujan e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/JUNI 2015/546

Gambar 5. Grafik Hubungan antara SF dan Intensitas Hujan untuk Tutupan Lahan Eksisting Intensitas hujan yang meningkat akan berpengaruh terhadap penurunan nilai safety factor (SF) lereng. Safety factor (SF) lereng pada saat terjadi hujan dengan intensitas lebih dari 80 mm/bulan mengalami penurunan untuk masing-masing kemiringan. Menurut Bowles (1989) lereng stabil jika SF>1,25, kritis jika 1,25 <SF< 1,07, dan longsor jika SF<1,07. Pada kemiringan 30 o dan 45 o lereng masih dalam kondisi stabil dimana SF lebih besar dari 1,25 dan pada kemiringan 60 o lereng mulai terjadi longsor pada intensitas hujan lebih dari 80 mm/bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi tutupan lahan eksisting lereng tidak aman pada kemirngan 60 o ketika terjadi hujan sehingga diasarankan untuk tidak melakukan aktifitas apapun pada lereng dengan kemirngan 60 o. Selanjutnya dicoba dengan variasi tutupan lahan hutan dan ladang berteras untuk mengetahui tutupan lahan apa yang tepat digunakan untuk kondisi lereng pada kemiringan 45 o dan 60 o. KESIMPULAN Lereng di sub DAS Tirtomoyo yaitu di Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo Wonogiri merupakan lereng dengan kemiringan cukup besar dan lapisan tanah lereng ini adalah lanau dengan plastisitas tinggi dengan kandungan pasir yang cukup tinggi sehingga kemungkinan untuk meloloskan air hujan lebih besar. Tutupan lahan eksisting berupa hutan, ladang, dan lahan kosong. Kemiringan lereng memliki pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan nilai safety factor (SF) lereng. Semakin curam lereng maka akan semakin besar pula potensi terjadinya longsor terlepas dari pengaruh infiltrasi air hujan. Penggunaan tutupan lahan juga berpengaruh terhadap nilai safety factor (SF) lereng terutama dalam kemungkinan meloloskan air hujan yang jatuh ke tanah yang menyebabkan lapisan topsoil menjadi jenuh. Infiltrasi air hujan yang semakin besar akan menyebabkan semakin tebal lapisan tanah jenuh yang terbentuk dan berakibat pada bertambahnya beban pada lereng. DAFTAR PUSTAKA Cristadi, Harry. 2010. Mekanika Tanah II. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Cristadi, Harry. 2010. Mekanika Tanah I. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Zulfiadi Zakaria. 2009. Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran. Bandung Egar Adistira. 2014. Analisis Debit Berdasarkan Hujan Kumulatif 15-Harian Menggunakan HydroCAD Pada Sub DAS Tirtomoyo. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Ernha Nindyantika. 2012. Analisis Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Plaxis 2D V8.2. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset Hasrullah, 2011. Studi Pengaruh Infiltrasi Air Hujan Terhadap Kestabilan Lereng. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Borneo. Tarakan www.wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&submode=detail&id=790 www.ksdasulsel.org/artikel/karhut/248-faktor-penyebab-tanah-longsor e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/JUNI 2015/547