Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

DAFTAR PUSTAKA. Agung. Tiga Langkah Membangun Remaja Bebas Narkoba, Laporan penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

Efektivitas Penyuluhan NAPZA Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Di SMK DD Kabupaten Tanah Laut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(3); Sept 2013 ABSTRAK. Okta Mustikallah 1 Dulakhir 2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

kesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ;

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

PERAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN STROKE

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN KELUARGA DENGAN PERILAKU RELAPSE (KEKAMBUHAN) NARKOBA PADA RESIDEN

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

3 Badan Narkotika Provinsi Sulut, Op Cit, h.43 4 Pasal 1 angka 16 UU No 35 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

Kata kunci : Remaja dan Minuman Berakohol

Transkripsi:

E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGGUNA DAN POLA PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MANINJAU Ratna Indah Sari Dewi 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK Penyalahgunaan Narkoba adalah pemakaian Narkoba diluar indikasi medik, tidak dengan resep dokter dan pemakaiannya bersifat patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas dirumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial. Fenomena penyalahgunaan Napza merupakan fenomena gunung es, dimana yang tampak dipermungkaan lebih kecil di bandingkan dengan yang tidak tampak. Bila ditemukan satu pemakai Napza ada 10 orang lainnya yang tidak diketahui. Jumlah pemakai Napza di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Penyalahgunaan Napza dapat terjadi pada semua golongan umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Populasi penelitian ini adalah seluruh narapidana kasus Napza di Rumah Tahanan sebanyak 96 orang. Sampel di ambil dengan cara total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel pada saat pengumpulan data penelitian. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden pengguna napza terbanyak berada pada usia dewasa (87,5%) hal ini disebabkan karena pada usia dewasa telah memiliki pekerjaan sendiri dan berpenghasilan tetap, selain itu sering kali orang dewasa menjadikan napza sebagai pelarian dari masalah dan responden penggunaan napza pada usia remaja (12,5%) hal ini disebabkan karna sifat remaja yang labil hingga mudah terpengaruh ajakan teman-teman sebaya. pemakai napza terbanyak berada pada tingkat pendidikan SD dan SMP. Pengguna napza yang memiliki pekerjaan dan berpenghasilan sendiri sehingga peluang untuk memperoleh napza lebih besar. Kata kunci : karakteristik, penyalahgunaan napza 77

LATAR BELAKANG Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera tersebut perlu peningkatan secara terus-menerus usaha-usaha di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan. Meskipun Narkoba sangat diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan, akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan ataupun masyarakat, khususnya generasi muda. (Mardani, 2008). Penyalahgunaan Narkoba adalah pemakaian Narkoba diluar indikasi medik, tidak dengan resep dokter dan pemakaiannya bersifat patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas dirumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial. Ketergantungan Narkoba adalah kondisi yang kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala putus zat. Fenomena penyalahgunaan Napza merupakan fenomena gunung es, dimana yang tampak dipermungkaan lebih kecil di bandingkan dengan yang tidak tampak. Bila ditemukan satu pemakai Napza ada 10 orang lainnya yang tidak diketahui (Hawari, 1998). Jumlah pemakai Napza di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 1980-an hanya terdapat 80.000 sampai 130.000 kasus penyalahgunaan Napza, namun pada saat ini telah meningkat menjadi sekitar 5 juta kasus penyalahgunaan Napza. Menurut Direktorat pelayanan rehabilitasi sosial korban narkoba, dalam kurun tiga tahun terjadi peningkatan 400%. Pihak kepolisian Republik Indonesia, dilaporkan pula adanya peningkatan jumlah penyalahgunaan narkoba. Kasus penyalahgunaan narkoba pada tahun 1997 baru tercatat sebanyak 662 kasus. Tahun 1998 mengalami kenaikan sebesar 54,01%, menjadi 958 kasus. Tahun 1999 meningkat lagi menjadi 1.883 kasus atau 78

mengalami kenaikan sebesar 91,33% (Mardani, 2008). Akhir tahun 2000 terdata sekitar 3,5 juta orang penyalahguna Napza di Indonesia. Survey nasional tahun 2004 pelaku penyalahgunaan Napza di Indonesia terdata sebanyak 6% dari total jumlah populasi atau sekitar 13 juta orang telah menggunakan Napza (BNN, 2005). Penyalahgunaan Napza dapat terjadi pada semua golongan umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Remaja merupakan kelompok rawan yang berisiko terhadap penyalahgunaan Napza karna sifatnya yang energik, dinamis, ingin mencoba hal-hal yang baru, menyukai petualang, mudah tergoda oleh tekanan atau pengaruh dari kelompoknya, cepat putus asa dan didukung belum adanya kematangan mental untuk lebih memperhatikan dampak buruk dari perbuatannya (Martopo, 2001). Pelaku penyalahgunaan Napza umumnya mulai memakai Napza pada usia 13-17 tahun. Ketergantungan pada usia 13-25 tahun, pelaku penyalahgunaan Napza berada pada usia lebih dari 30 tahun. Lebih dari 55% yang tertangkap pihak kepolisian terhadap penyalahgunaan Napza berpendidikan SMA. Lebih dari 35% adalah pengangguran (BNN, 2005). Rumah sakit ketergantungan obat Jakarta melaporkan bahwa dari penderita yang umumnya berusia 15-24 tahun, kebanyakan dari mereka masih aktif disekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau perguruan tinggi. Bahkan ada yang masih duduk disekolah dasar (Joewana, 2006). Efek atau dampak yang timbul akibat penyalahgunaan Napza tergantung pada pola penyalahgunaan Napza itu sendiri. Pola penyalahgunaan Napza berdasarkan banyak jenis Napza yang digunakan adalah mono drug abuser dengan tingkat kecanduan tinggi terhadap satu jenis zat dan multiple drug abuser dengan jenis zat yang digunakan selalu berubah sesuai mode. Sadangkan pola penyalahgunaan Napza berdasarkan tahap penggunaan adalah tahap eksplorasi atau eksperimental, tahap sosial, tahap rekreasional, tahap emosional atau instrumental, tahap 79

situasional, tahap habitual, tahap penyalahgunaan (abuse), tahap kecanduan (Partodiharjo, 2008). Pemakai dan pengedar Napza dijerat dengan pasal-pasal hukum dari hukuman yang ringan berupa tahanan penjara sampai yang terberat berupa hukuman mati. Mereka di temukan di berbagai Lembaga Permasyarakatan (LP) dan Rumah Tahanan (Rutan). Lembaga permasyarakatan merupakan suatu lembaga dimana para pelaku tindakan kriminal diberi pembinaan dan bimbingan agar tidak mengulangi lagi perbuatannya, termasuk pemakai dan pengedar Napza. Narapidana yang kasus Napza di antaranya melakukan penyalahgunaan Napza yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor diantaranya rasa ingin tahu yang kuat, coba-coba, karna pergaulan agar diakui atau diterima dalam satu kelompok, faktor ketergantungan, penyalahgunaan napza pada situasi tertentu misalnya kesepian, stress, dan lain-lain. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran karakteristik individu pengguna dan pola penyalahggunaan Napza. Populasi penelitian ini adalah seluruh narapidana kasus Napza di Rumah Tahanan Maninjau sebanyak 96 orang. Sampel di ambil dengan cara total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel pada saat pengumpulan data penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara bertahap. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan dicek kelengkapannya. Data sekunder diperoleh dari Lembaga Permasyarakatan sebagai tempat penelitian. Analisis data menggunakan analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang menggunakan distribusi frekuensi. 80

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 16 orang responden didapatkan bahwa responden pengguna napza terbanyak berada pada usia dewasa (87,5%) hal ini disebabkan karena pada usia dewasa telah memiliki pekerjaan sendiri dan berpenghasilan tetap, selain itu sering kali orang dewasa menjadikan napza sebagai pelarian dari masalah dan responden penggunaan napza pada usia remaja (12,5%) hal ini disebabkan karna sifat remaja yang labil hingga mudah terpengaruh ajakan teman-teman sebaya. Sedangkan untuk pemakaian napza pada usia anak-anak dan lanjut usia tidak terdapat pada Lembaga Permasyarakatan ini. Hasil penelitian dari 16 orang responden di dapatkan bahwa masing-masingnya responden pemakai napza terbanyak berada pada tingkat pendidikan SD dan SMP, hal ini disebabkan karena pada usia ini mereka memiliki rasa ingin tau yang besar dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Sebagian kecil lagi berada pada pendidikan SMU, hal ini disebabkan karena mereka berada pada masa pencarian jati diri. Tentang pekerjaan responden, dapat dilihat bahwa kesemua responden bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, hal ini disebabkan karena mereka mampu memiliki dan mendapatkan napza dengan penghasilannya sendiri. Dari hasil penelitian didapatkan responden yang berpenghasilan sendiri lebih mudah dan leluasa untuk mendapatkan napza dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja serta tidak mempunyai cukup penghasilan untuk memiliki napza. Narapidana yang bekerja cenderung pemakaian Napza lebih banyak dan tingkat penyalahgunaannya lebih tinggi. Untuk mendapatkan Napza lebih mudah dengan penghasilan sendiri, dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja, tingkat penyalahgunaan Napza dan mendapatkan Napza lebih sulit karena keterbatasan ekonomi dan penghasil. Mereka yang bekerja sebagai wiraswasta, dengan tingkat pekerjaan rendah yang tergolong menengah kebawah sehingga peluang untuk mendapatkan 81

Napzapun lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang ekonominya menengah keatas. Jenis napza yang digunakan di dapatkan responden pengguna jenis napza golongan Narkotika dan Zat adiktif masing-masingnya lebih banyak, hal ini disebabkan karena jenis napza ini mudah didapatkan dan peredarannyapun banyak dikalangan masyarakat, selain itu harganya juga mudah didapatkan oleh masyarakat ekonomi rendah. Selain mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah penggunaan napza golongan ini juga lebih mudah dibandingkan dengan napza golongan lainnya. Sedangkan responden pengguna jenis napza golongan Psikotropika sedikit, ini disebabkan karena jenis napza ini sulit didapatkan, selain itu jenis napza inipun tergolong mahal apalagi untuk mereka yang berada pada ekonomi rendah. Banyak jenis napza yang digunakan dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada pada pemakaian multiple drug yaitu pemakaian banyak jenis napza dan tidak berhenti pada pemakaian satu jenis napza saja, hal ini disebabkan karena kebanyakan responden merasa tidak puas dengan memakai satu jenis zat saja sehingga mereka ingin mencoba memakai jenis napza lainnya. Sedangkan responden hanya sebagian kecil responden berada pada pemakaian mono drug yaitu pemakaian satu jenis napza saja, hal ini disebabkan karena sebagian responden biasanya mengalami tingkat kecanduan tinggi terhadap satu jenis zat saja. Pada tahap Kecanduan terdapat terdapat pemakaian yang lebih besar (31,25%), Pada tahap ini penggunaannya lebih banyak jika dibandingkan dengan tahap penggunaan lainnya, hal ini disebabkan karena pada tahap ini individu pengguna napza sering teringat kenangan yang berkaitan dengan penggunaan zat pada masa lalu yang mencetuskan keinginan tidak terkendali untuk menggunakan napza kembali. Pada tahap Rekreasional terdapat (12,5%), hal ini disebabkan pada tahap ini penggunaan napza untuk bersenangsenang dengan menikmati rasa maupun efek zat yang digunakan. 82

Pada tahap Situasional terdapat (18,75%), hal ini disebabakan karena penggunaan dilakukan pada saat mengalami keadaan tertentu, misalnya dalam keadaan stress, kecewa, sedih dan situasi lain dengan maksud untuk menghilangkan perasaan tersebut. Pada tahap Habitual terdapat (12,5%), hal ini desebabkan karena pada tahap ini penggunaan zat menjadi suatu kebiasaan dan pada tahap ini terjadi gangguan tidur dan prilaku serta kemampuan kosentrasi dan prestasi menurun. Pada tahap ketergantungan terdapat (25%), hal ini disebabkan pada tahap ini pengguna napza tidak dapat melepaskan diri dari napza dan terpaksa harus memakai napza karena tidak dapat menanggulangi gejala putus obat sehingga akan memakai napza dalam jangka waktu panjang meskipun sudah mengalami dampak negatif dari penggunaannya. KESIMPULAN 1. Penggunaan napza pada usia dewasa lebih banyak jika dibandingkan dengan usia remaja, hal ini disebabkan karena orang dewasa banyak beranggapan menggunakan napza sebagai pelarian dari masalah. Sedangkan untuk usia remaja lebih sedikit, hal ini disebabkan karna pada masa ini pengguna napza belum memiliki pekerjaan sendiri sehingga untuk mendapatkan napza sebih sulit. 2. Pengguna napza berdasarkan pendidikan responden banyak berada pada tingkat pendidikan SD dan SMP, hal ini disebabkan karena pada saat ini mereka berada pada masa pencarian jati diri dan sifat mereka yang energik serta rasa ingin tahu yang besar menjadikan mereka mudah terpengaruh ajakan teman sebaya serta lingkungan yang tidak baik dan kurang mendukung. 3. Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian bahwa semua responden pengguna napza memiliki pekerjaan dan berpenghasilan sendiri sehingga peluang untuk memperoleh napza lebih besar. 4. Pemakaian jenis napza terbanyak berada pada golongan narkotika dan zat adiktif, ini disebabkan karna napza jenis ini lebih mudah 83

didapat dan luas peredarannya dimasyarakat. 5. Penggunaan napza terbanyak berada pada pemakaian multiple drug, hal ini disebabkan karena pengguna napza tidak puas dengan satu jenis zat saja dan rasa ingin tahu yang besar hingga pengguna ingin mencoba napza jenis lainnya. 6. Pola penyalahgunan napza berdasarkan Tahap penggunaan lebih banyak pada tahap Kecanduaan, hal ini disebabkan karena pada tahap ini kemungkinan untuk sembuh atau tidak akan kembali ke penyalahgunaan sangat diragukan. DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Ahmat, W. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Badan Narkotika Nasional. 2006. Situasi Permasalahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Diakses dari www. BNN. Go. Id. 13 april 2007. Budiarto. Eko. Dr. SKM. (2002). Biostatistik untuk Kedokteran dan kesehatan. Jakarta : EGC Calvani, S. 2001. Indonesia, Pasar Narkoba yang Menggiurkan. Diakses dari www. Liputan 6. com Departemen kesehatan. 2005. Generasi muda, Rentan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba. Diakses dari www. Depkes. Go. Id. Hakim, A. 2004. Bahaya narkoba alcohol. Jakarta: Balai Pustaka. Hawari, D. 1998. Terapi (Detoksifikasi) dan rehabilitasi (pesantren) mutakhir (sistim terpadu) pasien Napza. Jakarta: Rineka cipta. Joewana, 2006. Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta: Balai Pustaka. Martono, 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka. Martopo. Dj. 2001. Penyalahgunaan Napza dikalangan remaja, bahaya dan pencegahannya. Jakarta: Rineka Cipta. Mardani, 2008. Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif hokum islam dan Hukum 84

Pidana Nasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Agung Seto. Partodiharjo, 2008. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Erlangga. Ramdhani, S 2007. Sukses tanpa Narkoba. Bandung: ARMIKO. Sarwono, 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001. NAPZA. Diakses dari hopweb 01. BKKBN. Go. Id. 29 maret 2007. 85

Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volume7, Nomor 1, Juni 2016 86