BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara, karena pembangunan suatu negara sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan perputaran keuangan yang dihimpun dari dana masyarakat. Dana masyarakat yang telah diperoleh kemudian dikelola dan disalurkannya kembali dalam bentuk kredit atau pinjaman kepada masyarakat (Bank Tabungan Negara, 2010). Penyaluran kredit inilah yang kemudian menjadi sumber pendapatan terbesar bagi pihak perbankan. Keuntungan diperoleh dari bunga kredit yang telah ditetapkan oleh masing-masing bank. Penyaluran kredit ini merupakan usaha dominan yang proporsinya dapat mencapai sekitar 75% (tujuh puluh lima persen) dari dana yang dikelolanya (Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, 2010). Untuk dapat menjamin bahwa pengelolaan kredit tersebut tidak bermasalah dan bekerja dengan baik, maka perlu diperhatikan indikator terpenting dalam proses kredit tersebut. Indikator tersebut adalah tingkat Non Performing Loan (NPL). Sehingga NPL adalah rasio bermasalahnya pengembalian kredit dari pihak debitur kepada bank (Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, 2013). Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional, mengungkapkan bahwa bank akan masuk dalam pengawasan intensif apabila 1
rasio kredit bermasalah secara netto lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit dan secara gross melebihi dari 10% (sepuluh persen). Bank X merupakan salah satu bank BUMN yang selama ini memiliki bisnis inti pada pembiayaan kredit khususnya kredit konsumer terutama kredit perumahan rakyat. Sehingga faktor NPL merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan dan yang akan paling dilihat oleh banyak pihak termasuk para pemangku kepentingan. Hal ini menjadi lebih krusial pada saat Bank X berupaya untuk menerapkan praktek Good Corporate Governance (GCG). Permasalahan NPL pada Bank X muncul pada tahun 2012, dimana pada saat itu posisi besaran NPL mencapai 4,09% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,75%. Kejadian ini sempat dianggap sebagai kejadian luar biasa oleh pemerintah. Meskipun belum mencapai angka lima persen dalam perolehan NPL, namun Bank Indonesia sempat melakukan pengawasan intensif kepada Bank yang memiliki kompetensi pada pembiayaan perumahan tersebut selama durasi waktu 2012 sampai 2014 yang masih berkutat pada angka 4,01%. Grafik 1.1 Tingkat NPL Bank X tahun 2011-2014 Sumber: PT. Bank X (Persero), Tbk Tahun 2011-2014 Bukan hanya masalah aset perusahaan yang berkurang akibat harus menanggung kerugian, dampak lain yang dirasakan adalah menurunnya harga saham PT. Bank 2
X yang pada medio 2012 turun dari Rp 1,500,- per lembar sahamnya menjadi Rp 700,- per lembar saham. Grafik 1.2 Tingkat Harga Saham per lembar Tahun 2012-2013 Sumber: PT Bank X, Tbk Tahun 2012-2013 Permasalahan ini tentunya menjadi sebuah ketakutan bagi pihak top manajemen yang apabila tidak segera ditindaklanjuti akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Dampak yang dihadapi oleh Bank X apabila NPL tidak kunjung menurun adalah tingkat kepercayaan publik yang salah satunya lewat pemilikan saham perusahaan akan menjadi berkurang. Publik akan terus mempertanyakan kinerja Bank X sebagai salah satu Bank BUMN di Indonesia, yang dimana mereka berharap agar Bank X dapat membuktikan eksistensi nya sebagai sebuah bank besar dan memiliki kredibilitas yang tinggi. Selain itu dampak lain adalah seluruh kegiatan operasional Bank X dibatasi oleh pihak Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan atau OJK. Selain itu apabila melihat tingkat NPL Bank pesaing, tingkat NPL Bank X tercatat lebih tinggi. Bank Mandiri mencatatkan tingkat NPL pada tahun 2012 sebesar 1,9 %. Bank Negara Indonesia dengan 2,8% dari 3
sebelumnya 3,6%. Bank Rakyat Indonesia dengan tingkat NPL 1,78% dan Bank Central Asia sebesar 0,4%. Menghadapi kenyataan terpuruknya NPL tersebut, maka top manajemen Bank X mengambil strategi untuk menurunkan NPL. Adapun strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penagihan, merupakan aktivitas yang biasa dilakukan kepada seluruh debitur kredit yang memiliki kemampuan dan kemauan dalam mengangsur. Penagihan angsuran kredit dilakukan rutin pada setiap bulannya dengan cara mendatangi rumah atau tempat tinggal debitur atau dengan cara mengingatkan pembayaran kredit melalui bantuan telepon. Yang bertanggung jawab dalam proses penagihan adalah Divisi CCRD(menangani kredit konsumer). 2. Restrukturisasi, merupakan sebuah langkah penawaran perpanjangan masa kredit yang didasarkan pada sisa nilai pokok kredit terakhir oleh pihak perusahaan, selama debitur tersebut masih memiliki niat baik untuk melunasi sisa kreditnya. Artinya langkah ini akan diambil apabila debitur masih memiliki kemauan, namun tidak memiliki kemampuan dalam membayar angsuran kredit. Yang bertanggung jawab dalam proses ini adalah Divisi CCRD (menangani kredit konsumer). 3. Litigasi dan nonlitigasi, merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak bank ke pihak debitur yang sudah tidak memiliki kemampuan dan kemauan dalam membayar angsuran kredit. Litigasi akan dilakukan dengan cara melakukan pelelangan oleh bank dengan bantuan badan lelang, dan nonlitigasi dilakukan 4
dengan cara penjualan agunan kredit oleh pihak debitur yang kemudian hasil penjualan rumah tersebut akan dibayarkan untuk melunasi seluruh sisa hutang kredit. Yang bertanggung jawab dalam proses ini adalah Divisi AMD (menangani kredit komersial). Perumusan strategi ini diharapkan dapat membantu mempercepat penurunan jumlah NPL. Hal ini dinilai sangat penting mengingat 75% (tujuh puluh lima persen) bisnis inti Bank X adalah berupa pencairan kredit. Namun yang menjadi tantangan bagi top manajemen Bank X saat ini adalah kurangnya kepercayaan dari seluruh pemegang saham terhadap kelima strategi tersebut. Pemegang saham merasa ketiga strategi tersebut tidak dapat berjalan dengan baik mengingat tingkat NPL yang tetap berada di angka 4% (empat persen) sejak tahun 2012 sampai 2014. Melihat beberapa hal tersebut, Bank X melalui top manajemen di divisi CCRD dan divisi AMD perlu mengevaluasi implemetasi strategi penurunan NPL apakah masih sesuai yang diharapkan atau tidak. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu melakukan penelitian apakah strategi yang telah dilakukan oleh top manajemen di dua divisi tersebut masih perlu untuk dilakukan atau harus diubah, dalam proses penurunan NPL pada PT Bank X. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada, bahwa sebenarnya Bank X telah mengimplementasikan tiga strategi untuk menurunkan tingkat NPL kembali menjadi dua persen Namun permasalahan muncul, dimana selama tiga tahun berturut-turut NPL Bank X masih berada di angka 4% (empat persen). 5
Sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk membuktikan apakah implementasi strategi yang diterapkan oleh Bank X melalui Divisi CCRDdan Divisi AMD selama ini masih sesuai dengan kondisi perusahaan, atau tidak sesuai. Apabila nantinya ditemukan tidak sesuai oleh perusahaan maka diharapkan dapat memperoleh solusi lain yang kemudian dapat digunakan oleh Bank X dalam proses menurunkan tingkat NPL. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang muncul dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses pelaksanaan ketiga strategi yaitu penagihan, restrukturisasi, dan litigasi atau nonlitigasi yang telah diterapkan oleh Bank X tersebut? 2. Kendala apa saja yang dapat muncul dalam proses pelaksanaan strategi tersebut? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengevalusi apakah strategi yang telah diimplementasikan oleh Bank X telah berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan oleh seluruh pemangku kepentingan yang ada. Apabila ternyata belum berjalan dengan baik, maka diharapkan dapat memperoleh solusi lain yang kemudian dapat digunakan oleh Bank X dalam proses menurunkan tingkat NPL. 1.4.1 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah: 6
1. Manfaat bagi Bank X. Dengan mengevaluasi implementasi strategi penurunan tingkat NPL, maka Bank X sebagai penyedia layanan produk perbankan yang dimana penyedia layanan kredit sebagai salah satu contohnya dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dari pengelolaan strategi sehingga akan memungkinkan untuk mengambil tindakan yang lebih baik dari sebelumnya. 2. Manfaat dibidang akademik. Dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan pemahaman tentang konsep implementasi strategi dan proses evaluasi strategi, khususnya mengenai evaluasi implementasi strategi penurunan NPL yang merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam kinerja keuangan perbankan. 1.5 Batasan Penelitian Mengingat keterbatasan waktu, penelitian ini hanya dilakukan pada lingkup aktifitas implementasi strategi penurunan NPL yang melibatkan dua divisi penanganan kredit yaitu Divisi CCRDdan Divisi AMD Bank X serta melibatkan karyawan manajemen bawah dan menengah yang nantinya akan ditunjuk perwakilan pada masing-masing unit bisnis terkait dengan klasifikasi kerja diatas tiga tahun. 1.6 Sistematika Penulisan berlaku, yaitu: Penulisan terbagi menjadi lima bagian dan sesuai dengan kaidah yang 7
Bab I: Pendahuluan, menguraikan latar belakang masaah yang berintikan pada kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan dengan realita yang sedang dihadapi oleh PT. Bank X, Tbk. dalam hal tingginya tingkat NPL, Rumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan laporan penelitian yang diajukan menjadi sebuah tesis. Bab II: Tinjauan Pustaka, memuat empat kajian utama yaitu Konsep Non- Performing Loan, Strategi Penurunan NPL, Implementasi Strategi Penurunan NPL, dan Evaluasi Implementasi Strategi. Bab III: Metode Penelitian, memaparkan tentang: Desain Penelitian, Definisi Istilah, Alat Analisis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data, serta Metode Analisis Data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang: Hasil Penelitian berupa data kualitatif dan Pembahasan Hasil Penelitian. Bab V: Penutup, memuat: Kesimpulan, Hambatan, dan Implikasi dari hasil-hasil penelitian ini terhadap penyelenggaraan operasional perbankan di Bank X. 8