BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri indutri yang beroperasi di Indonesia. Salah satu perusahaan industri di Indonesia yang berperan serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia adalah perusahaan industri tekstil dan garmen. Kondisi industri tekstil dan garmen di Indonesia memberikan peranan besar dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia baik dalam pembukaan lapangan kerja maupun kontribusi dalam PDB dan ekspor. Namun pada saat krisis moneter terjadi tahun 1997, tercatat bahwa 121 perusahaan tekstil dan garmen yang bangkrut diakibatkan oleh kurang kondusifnya iklim usaha industri tekstil di dalam negeri. Selain itu, perusahaan industri tekstil di Indonesia masih kalah bersaing dengan perusahaan perusahaan serupa yang ada di negara lain. Pada periode 1985 1992, perkembangan kinerja industri tekstil dan garmen mengalami peningkatan yang lebih baik. Industri ini menyumbangkan sekitar 35 persen terhadap ekspor total manufaktur dan penciptaan lapangan kerja terbesar di sektor manufaktur (Karseno & Adjie, 2001). Tingkat kinerja yang dihasilkan oleh industri tekstil dan garmen tidak konstan, tercatat pada tahun 2012 ini, kinerja ekspor perusahaan industri tekstil dan garmen mengalami kemerosotan sekitar 5% setelah tahun 2010 mencapai US$11,2 miliar dan tahun 2011 US$13,3 miliar. Penurunan ekspor ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang mengatur tentang kenaikan upah buruh dan masalah BBM. Namun yang menjadi perhatian khusus adalah karena perusahaan industri tekstil dan garmen di Indonesia tidak
mampu mempertahankan eksistensinya sehingga kalah bersaing dengan perusahaan pesaingnya. Untuk mendukung kemajuan dari perusahaan tersebut, manajemen harus memperhatikan modal kerja yang dimiliki dan tingkat likuiditas perusahaan dalam rangka peningkatan profitabilitas perusahaan, sehingga perusahaan mempunyai modal untuk dapat bersaing dengan perusahaan perusahaan sejenis baik di dalam negeri maupun luar negeri. (TEMPO.CO, JAKARTA) Sebagai perusahaan yang berorientasi pada laba, maka laba mempunyai peranan yang sangat dominan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut akan pailit atau dapat terus bertahan di dunia perindustrian. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa perusahaan harus terus berupaya untuk terus mengembangkan keunggulan kompetitifnya agar dapat mempertahankan dan mengembangkan serta memajukan perusahaannya. Salah satu cara agar perusahaan dapat mempertahankan serta memajukan perusahaannya yaitu dengan terus memantau tingkat likuiditas perusahaannya. Perusahaan harus dapat menjaga likuiditasnya dengan cara mengatur kewajiban jangka pendeknya. Untuk menyeimbangkan antara laba yang akan dicapai dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan sangat sulit. Perusahaan pasti sangat menginginkan keuntungan yang maksimal sehingga perusahaan dapat bertahan dan bersaing di dunia perindustrian, namun di sisi lain perusahaan tidak boleh hanya fokus kepada laba yang maksimal dan mengabaikan faktor faktor kinerja lainnya, seperti likuiditas perusahaannya. Apabila perusahaan mengabaikan
likuiditas dalam perusahaan maka kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Selain likuiditas, faktor lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah faktor modal kerja. Setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan baik dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehari hari maupun untuk melunasi hutang hutangnya dan membiayai investasi jangka panjangnya akan membutuhkan dana. Dana yang digunakan untuk hal hal yang demikianlah yang disebut sebagai modal kerja. Modal Kerja menurut Keown (2005 : 646) adalah the firm s total investment in current assets or assets that it expect to be converted into cash within a year or less. Dimana seluruh investasi perusahaan diharapkan kembali ke perusahaan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran aset (asset turnover) dan perputaran piutang (receivable turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat. Modal kerja dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik, modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.
Pengelolaan modal kerja di perusahaan menjadi sangat penting mengingat penetapan kebijakan modal kerja dan pelaksanaan dari modal kerja tersebut. Oleh karena itu, diharapkan adanya penerapan manajemen yang baik terhadap modal kerja sehingga dapat mendukung kelangsungan hidup perusahaan. Secara langsung, manajemen modal kerja yang baik akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Manajemen modal kerja akan berusaha untuk menekan bahkan berusaha menghilangkan resiko yang bersifat jangka panjang seperti melakukan investasi secara berlebihan. Mengingat bahwa manajemen modal kerja mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas dalam perusahaan, maka manajemen modal kerja akan menjadi sesuatu yang sensitif dalam suatu perusahaan. Manajemen modal kerja melibatkan komposisi dan berapa jumlah aktiva lancar yang harus dimiliki oleh perusahaan dan juga memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan aktiva lancar tersebut yang kemudian dari aktiva lancar ini akan mendukung kegiatan operasional hingga pada saat yang dibutuhkan aktiva lancar ini dapat di konversi menjadi uang tunai. Manajemen juga harus memperhatikan perputaran persediaan dalam kegiatan operasionalnya. Persediaan merupakan unsur dalam aktiva lancar yang paling aktif dalam operasi yang secara terus menerus diperoleh, diolah dan kemudian dijual kepada konsumen. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan barang, maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan. Sebaliknya, jika semakin lambat perputaran persediaan barang, maka semakin kecil pula perolehan labanya (Kasmir 2008 : 205). Maka daripada itu, pengelolaan manajemen yang baik terhadap persediaan
akan memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahan. Jika persediaan yang tersedia dapat dengan cepat dikelola, maka persediaan yang tersimpan akan menjadi keuntungan melalui penjualan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa manajemen modal kerja yang baik akan mendukung tingkat profitabilitas yang baik pula. Profitabilitas merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencapai keuntungan bagi perusahaan dan juga memberikan penilaian terhadap tingkat keefektifan manajemen suatu perusahaan yaitu melalui laba yang dihasilkan baik dari penjualan maupun pendapatan yang bersumber dari investasi yang dimiliki perusahaan. Laba bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba bersih menunjukkan berapa tingkat pengembalian yang akan diberikan kepada pemegang ekuitas dalam suatu periode waktu. Laba perusahaan yang tinggi belum tentu menunjukkan profitabilitas yang tinggi tetapi profitabilitas yang tinggi sudah pasti akan menunjukkan bahwa laba yang diperoleh perusahaan tinggi. Bagi perusahaan pada umumnya, profitabilitas merupakan masalah yang lebih penting dibandingkan laba, karena tingkat efisiensi perusahaan akan dapat diketahui setelah melakukan pembandingan antara laba yang diperoleh dengan menggunakan modal sendiri dengan laba yang diperoleh melalui modal asing. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu perusahaan antara lain tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi dan pemanfaatan aset, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah satu indikator penilaian profitabilitas yaitu melalui pendekatan pemanfaatan aset dengan menggunakan tingkat pengembalian aktiva (return on asset) atau yang
disingkat dengan ROA sebagai alat ukur profitabilitas perusahaan, alasannya karena tingkat pengembalian aktiva berkaitan erat dalam menilai efektivitas dan intensitas aktivitas dalam menghasilkan penjualan yang merupakan salah satu faktor penilaian modal kerja dan profitabilitas dan selain itu aktiva (persediaan) diangggap sebagai faktor yang paling likuid dibandingkan indikator yang mempengaruhi profitabilitas lainnya. ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Seprina Ruleta Sitanggang (2008), Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan. Marselina Sinaga (2008), Pengaruh perputaran modal kerja, perputaran persediaan dan perputaran aktiva terhadap tingkat profitabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, perputaran aktiva operasi dan perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan. Secara simultan, perputaran modal kerja, perputaran persediaan dan perputaran aktiva operasi berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Menurut teori yang ada, dimana secara teori dikatakan apabila perusahaan yang memiliki tingkat modal kerja (working capital turnover dan inventory
turnover) yang tinggi, maka tingkat profitabilitasnya juga tinggi. Peneliti juga merasa bahwa sangat perlu untuk memperhatikan tingkat likuiditas dari suatu perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut layak untuk para investor dapat berinvestasi. Selain itu untuk melihat peluang investasi dapat juga dengan memperhatikan kinerja dari manajemen modal kerja perusahaan karena manajemen modal kerja yang baik kemungkinan berdampak besar terhadap profitabilitas perusahaan. Sebenarnya modal kerja memiliki beberapa indikator penilaian, namun peneliti hanya menggunakan indikator perputaran modal kerja dan perputaran persediaan karena penulis merasa bahwa perputaran modal kerja dan perputaran persediaan merupakan indikator yang paling efektif untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan. Di samping itu, peneliti sebelumnya sudah melakukan penelitian dengan menggunakan semua indikator penilaian modal kerja. Hal ini yang membuat peneliti ingin menerapkan praktek dari teori ini terhadap perusahaan industri tekstil dan garmen yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2009 2012. Oleh karena itu, skripsi ini berjudul : Pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada Perusahaan industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini apakah likuiditas dan manajemen modal kerja berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas
perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 2012. 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 2012. 1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012. b. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis dengan menggunakan atau menambah variabel agar hasil penelitian menjadi lebih lengkap dan baik. c. Bagi para praktisi dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan mengenai pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabiltas pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 2012.