BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifatabstrak (Effendi,

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan berperan untuk mencetak sumber daya manusia yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

I. PENDAHULUAN. Bahasa tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. dipahami orang lain, seseorang perlu memiliki kosakata ( vocabulary ) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan sifat sosial yang dimilikinya tentu mereka akan saling berinteraksi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekayaan yang tidak mungkin dicapai jika tidak ada kebiasaan dan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang terdiri dari mendengarkan, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan. untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1..1Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi bertujuan untuk memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekspresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai (Stewig,: 1983). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa terdiri dari lima aspek, yaitu pengucapan, kosakata, tatabahasa, kefasihan, dan pemahaman. Siswa harus menguasai kelima aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran kemampuan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi. Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab kemampuan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan

2 yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer dalam (Haryadi, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai kemampuan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya, karena berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Karena, menyimak dan memahami bacaan adalah dua hal yang sangat berkaitan dalam menunjang kemampuan berbicara siswa. Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan kemampuan berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya kemampuan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu, sedangkan keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Kemampuan

3 berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Pentingnya penguasaan kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris (dalam Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran kemampuan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan. Pada dasarnya, dalam kehidupan sehari-hari siswa selalu melakukan dan dihadapkan pada kegiatan berbicara. Kenyataan yang ada di lapangan, pembelajaran berbicara di sekolah belum dapat dikatakan maksimal. Penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa, diduga disebabkan oleh faktor :(1) sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran rendah. (2) Menurut guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Al Washliyah 8 Medan, kegiatan berbicara saat ini masih kurang mendapat perhatian. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya waktu pembelajaran Bahasa Indonesia jika digunakan untuk melakukan praktik berbicara siswa yang pada umumnya dipraktikkan secara individu.(3) Pembelajaran berbicara yang dilakukan guru dapat dikatakan masih sederhana atau konvensional, karena masih bertumpu pada buku pelajaran. Buku pelajaran yang digunakan guru saat ini ketika mengajar di SMP Al Washliyah 8 Medan adalah buku paket yang diberikan dari pihak sekolah. Kebergantungan pada buku pelajaran inilah yang menyebabkan guru enggan untuk mengubah metode pembelajaran. Metode pembelajaran berbicara yang sering

4 digunakan guru adalah metode penugasan secara individu sehingga banyak menyita waktu pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama kemampuan berbicara, diperlukan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar aktif dan kreativitas para siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jika guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat, maka dapat berdampak dengan nilai yang diperoleh siswa pada saat ujian akhir. Ujian Nasional merupakan hasil kompetensi kurikulum. Kompetensi Ujian Nasional SMP menunjukkan bahwa masih rendahnya nilai pelajaran Bahasa Indonesia siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari media massa, (WASPADA online.co.id ) menunjukkan bahwa tingkat kelulusan Ujian Nasional SMP yang diikuti sebanyak 242.491 siswa dan sebanyak 242.182 diantaranya lulus dikarenakan memenuhi nilai yang telah disyaratkan. Dengan kata lain, bahwa tingkat kelulusan pada tahun 2012 mencapai 99,87 % atau hanya 309 siswa yang tidak lulus. Namun demikian, disebutkan oleh Menteri Pendidikan M. Nuh, bahwa hasil Ujian Nasional SMP/MTS untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, rata-rata nilainya adalah 7,49 dengan nilai maksimum 9,90 dan minimum 0,80. Untuk nilai Bahasa Inggris, rata-rata nilainya adalah 7,65 dengan maksimum 10,00 dan minimum 0,90. Adapun untuk matematika, rata-ratanya 7,50, maksimum 10.00 dan minimum 0,80. Sedangkan mata pelajaran IPA, rata-ratanya 7,60 dengan maksimum 10,00 dan minimum 1,00. kalau dibuat (perbandingan ), rata-rata nilai Bahasa Indonesia termasuk paling rendah, ungkap Nuh dalam

5 konferensi pers evaluasi hasil Ujian Nasional SMP/MTS di Gedung Kemdiknas, Jakarta. Rabu (1/6). Demikian juga halnya dengan nilai pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP Al Washliyah 8 Medan. Menurut guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Al Washliyah 8 Medan, yang menjadi penghalang utama adalah faktor membaca dan kurangnya kemampuan berbicara siswa. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan setiap akhir pembelajaran dengan nilai KKM, hanya 30 % (15 siswa ) dari 40 siswa yang dinilai sudah terampil kemampuan berbahasanya. Sehingga, belum tercapailah nilai yang diinginkan sesuai dengan KKM. Adapun tabel wawancara nilai yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Nilai KKM Bidang Studi Bahasa Indonesia Kriteria ketuntasan Nilai % KKM -75 76-80 80-85 85-90 90-100 4 3 2 1 1 J u m l a h 11 Sumber : Dokumen Daftar Kumpulan Nilai Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Model pembelajaran

6 Snowball Throwing dapat melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok, melatih siswa untuk berani berbicara di depan kelas, dan dapat merangsang keaktifan berkomunikasi siswa. Dalam kegiatan pembelajaran berbicara dengan menggunakan model Snowball Throwing ini, guru mengajak siswa bermain dengan cara membuat bola pertanyaan dari kertas, kemudian kertas tersebut dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, guru meminta mereka untuk membaca pertanyaan di depan kelas dan memberikan jawabannya. Guru dan siswa lain dapat mengomentari bila perlu. Model Snowball Throwing yang menggabungkan antara diskusi dan permain\an diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk aktif berperan serta dalam pembelajaran dan tidak merasa jenuh. Diharuskannya siswa untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan ketika berdiskusi, diharapkan dapat melatih siswa untuk terbiasa berbicara di depan umum, mengurangi rasa canggung siswa dan dapat lebih meningkatkan keaktifan berbicara siswa dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan strategi pembelajaran Snowball Throwing dalam tujuan meningkatkan keaktifan berkomunikasi, siswa akan mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial lebih matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif. Serta yang tidak kalah penting, siswa juga akan mampu berbicara secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku dan mampu menghargai pendapat orang lain.

7 Kegiatan permainan lempar bola yang terdapat dalam pembelajaran model Snowball Throwing, akan menciptakan suasana baru yang menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Suasana seperti ini akan membuat siswa merasa lebih senang dalam belajar, tidak jenuh dan tidak bosan selama pembelajaran berlangsung. Siswa juga akan lebih bergairah dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas. Pada akhirnya penggunaan model Snowball Throwing diharapkan dapat memotivasi siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia. 1..2Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : (1) kurangnya metode guru dalam menyampaikan pembelajaran Bahasa Indonesia. (2) kurangnya waktu yang digunakan untuk pelajaran bahasa Indonesia jika digunakan untuk praktik berbicara (3) pembelajaran Bahasa Indonesia yang masih terbilang sederhana karena masih menggunakan metode konvensional yaitu masih bertumpu pada buku pelajaran. (4) guru masih memandang pelajaran Bahasa Indonesia sebagai belajar dengan struktur bukan keterampilan berbahasa. (5) rendahnya nilai Bahasa Indonesia siswa. 1..3Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka perlu dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VII SMP AW 8 Medan saat mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia?

8 2. Apakah dengan Model Snowball Throwing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa? 3. Bagaimana peningkatan proses pembelajaran kemampuan berbicara siswa setelah menggunakan Model Snowball throwing. 3.4 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : (1) Mengetahui aktivitas siswa kelas VII SMP Al Washliyah 8 Medan saat mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia denngan menggunakan model Snowball Throwing. (2) Mengetahui hasil belajar siswa pada saat menggunakan model Snowball Throwing. (3) Memperoleh gambaran tentang hasil Kemampuan Berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia setelah tindakan (treatment) dilakukan. (3).5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan keilmuan dan pengajaran kemampuan berbahasa. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teknik pembelajaran menjadi variatif. 2. Manfaat Praktis.

9 a. Siswa diharapkan dapat terpacu untuk meningkatkan prestasi akademiknya dengan belajar melalui model Snowball Throwing dan menjadikan siswa kritis terhadap hasil karya belajarnya. b. Mahasiswa sebagai peneliti, memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam menerapakan model pembelajaran Snowball Throwing. c. Guru Bahasa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran khususnya pembelajaran kemampuan berbicara. d. Bagi sekolah, diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa dengan adanya model yang bervariasi sehingga minat belajar siswa meningkat.