BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Di Kota Tangerang Selatan

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem. wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan Tata Cara Perpajakan memberikan definisi pajak : kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Undang sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Rendezvous,2012). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai pajak itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. banyak penduduknya, dan sebagai negara yang sedang membangun masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 TEORI II.1.1. Definisi pajak UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN memberikan definisi pajak sebagai berikut : kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sementara itu, Mardiasmo (2006:1) memberikan definisi pajak sebagai berikut : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari 2 definisi diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Pajak dibayarkan oleh orang pribadi atau badan 2. Bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang 3. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung 4. Digunakan untuk kemakmuran rakyat Lembaga pemerintah yang membantu mengurusi kewajiban kewajiban wajib pajak di Indonesia adalah Direktorat Jendral Pajak ( DJP ) yang berada dibawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

II.1.2. Fungsi pajak pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu: A. Fungsi mengatur (regulerend) Dalam mengatur pertumbuhan ekonomi pemerintah bisa menggunakan kebijaksanaan pajak sebagai alat untuk mencapai pertumbuhan tersebut. Misalnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi negara yang dilakukan melalui perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia, pemerintah dapat meringankan pajak yang rendah bagi seseorang yang ingin berinvestasi. B. Fungsi anggaran ( budgetair ) Suatu negara pasti mempunyai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut pastinya memerlukan dana yang besar untuk menjalankan tugas rutin negara, membiayai pengeluaran negara, membiayai pembangunan. Dana ini diperoleh dari penerimaan pajak yang dibayarkan oleh warga negara dari negara tersebut. C. Fungsi redistribusi pendapatan Fungsi ini lebih menekankan pada unsur pemerataan pada masyarakat. Dana yang didapat negara digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum termasuk untuk membiayai pembangunan yang dapat membuka kesempatan kerja. Dengan terciptanya kesempatan kerja dapat meningkatkan pendapatan warga negara. D. Fungsi stabilitas Stabilitas dalam negeri dapat dikendalikan melalui pajak. Jika negara sedang mengalami inflasi, pemerintah dapat menaikkan pajak untuk mengurangi kelebihan permintaan dalam masyarakat dan mengurangi peredaran uang.

II.1.3. Tata Cara Pemungutan Pajak A. Stelsel Anggapan Dalam stelsel anggapan, Pajak yang dikenakan didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang. Penghasilan dalam satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya. Besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan sudah dapat ditentukan diawal tahun. B. Stelsel Campuran Dalam Stelsel campuran merupakan kombinasi antara stelsel anggapan dan stelsel nyata. Besarnya pajak pada awal tahun ditentukan berdasarkan suatu anggapan dan pada akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang sebenarnya. C. Stelsel Nyata Dalam stelsel nyata, pajak yang dikenakan didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata. Setalah penghasilan sesungguhnya diketahui pemungutan pajak baru dapat dilakukan. Pemungutan pajak ini dilakukan pada akhir tahun. II.1.4. Sistem Pemungutan Pajak A. Official Assessment System Dalam official assessment system, pemerintah ( fiskus ) mempunyai wewenang dan berperan aktif dalam penghitungan dan penetapan besarnya pajak terutang. B. Self Asessment System Dalam self assessment system besarnya pajak terutang dihitungan, disetor, dan dilapokan oleh wajib pajak. Pemerintah ( fiskus ) hanya sebagai pengawas apakah surat pemberitahuan ( SPT ) sudah diisi dengan lengkap dan benar.

C. Witholding Assessment System Dalam witholding assessment system yang melakukan penghitungan, penetapan, penyetoran, dan pelaporan dilakukan oleh pihak ke tiga selain pemerintah ( fiskus ) dan wajib pajak bersangkutan. II.1.5. Tarif Pajak Orang Pribadi Tabel 2.1 Tabel lapisan penghasilan kena pajak Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5% Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15% Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25% Diatas Rp. 500.000.000,- 30% Sumber : Undang-Undang No. 36 tahun 2008 II.1.6 Teori Kesadaran Kesadaran yang dimiliki manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri sesuai dengan yang diyakininya. Kesadaran menunjukkan bagaimana cara kita bertindak untuk menyikapi realita yang ada. Menurut Sigmund Freud Bahwa kehidupan individu terdiri dari 2 bagian, yaitu alam sadar dan alam tidak sadar. Alam sadar merupakan bagian terbesar dari individu sedangkan alam tidak sadar hanya bagian terkecil aja dari individu.

Teori kesadaran Carl Gustav Jung. Menurutnya Kesadaran terdiri dari 3 sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran atau biasa disebut ego, ketidasadaran pribadi (personal unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). - Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaanperasaan sadar. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya. - Personal Unconscious Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression. - Collective Unconscious Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. II.1.7 Fungsi kesadaran (Shallice) - Dapat digunakan dalam membuat keputusan. - Dapat digunakan dalam mengendalikan, merencanakan,memulai dan mengarahkan tindakan. - Dapat digunakan dalam pemantauan perilaku. - Memungkinkan terhadap penyesuaian perilaku.

II.1.8 Kepatuhan Pajak Dengan adanya kepatuhan maka secara tidak langsung penerimaan pajak akan berjalan dengan lancer karena kepatuahn wajib pajak telah menunjukan bahwa wajib pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik. Kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan perpajakan yang didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. II.1.9. Jenis Kepatuhan Wajib Pajak A. Kepatuhan Formal Kepatuhan formal adalah keadaan dimana wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakanya sesuai dengan ketentuan dalam undang undang perpajakan yang sedang berlaku.kepatuhan formal dapat dilihat apabila wajib pajak telah melaporkan SPT sebelum batas waktu berakhir. B. Kepatuhan Material Kepatuhan material adalah keadaan dimana waib pajak memenuhi ketentuan material perpajakan yang sesuai dengan isi undang undang perpajakan. Kepatuhan material dapat di lihat apabila wajib pajak telah mengisi SPT dengan jujur, benar, lengkap dan melaporkannya ke KPP setempat sebelum batas waktu berakhir.

II.1.10. Pengertian Wajib Pajak Patuh Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Setiap tahun pada akhir bulan Januari dilakukan penetapan Wajib Pajak Patuh. Fasilitas pelayanan sebagai Wajib Pajak Patuh baru dapat diberikan setelah Wajib Pajak ditetapkan sebagai Wajib Pajak Patuh. Penetapan WP Patuh berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun. II.1.11.Syarat Wajib Pajak Patuh 1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunnan dalam 2 (dua) tahun terakhir; 2. Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; 3. SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya; 4. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak : o Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; o Tidak termasuk tunggakan pajak Sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir; dan 5. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.

6. Dalam hal laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. o Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007; dan o Apabila dalam dua tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10 % (sepuluh persen). II.1.12 Keuntungan Wajib Pajak Patuh Wajib Pajak Patuh berhak mendapatkan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk jenis pajak : 1. Untuk PPh paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima 2. Untuk PPN paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima

II.1.13. Hambatan pemungutan pajak Hambatan pemungutan pajak di bedakan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. perlawanan pasif terhadap pajak perlawanan pasif adalah perlawanan karena adanya keadaan di sekitar wajib pajak itu sendiri. Perlawanan pasif berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat di suatu negara. a. Struktur ekonomi b. Perkembangan intelektual dan moral penduduk c. Cara hidup masyarakat di suatu negara d. Teknik pemungutan pajak itu sendiri 2. Perlawanan aktif terhadap pajak Perlawanan aktif adalah perlawanan yang berasal dari wajib pajak itu sendiri. Perlawanan aktif dapat dilakukan melalui cara berikut : a. Penghindaran Pajak ( Tax Avoidance ) Tax avoidance merupakan usaha yang dilakukan oleh wajib pajak dalam rangka upaya penghindaran pajak atau upaya efisiensi beban pajak yang dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan perundang undangan yang berlaku. Tax avoidance ini memanfaatkan suatu celah dari suatu peraturan perundang undangan dalam hal memenuhi kewajiban perpajakan. b. Pengelakan pajak ( Tax Evasion ) Tax evasion merupakan usaha penghindaran pajak yang dilakukan secara ilegal atau melanggar ketentuan perundang undangan dengan cara tidak

melaporkan penjualan atau penghasilan yang sebenarnya atau juga dengan memperbesar biaya yang terjadi. c. Melalaikan pajak Perlawanan pajak yang di lakukan oleh wajib pajak untuk menolak membayar pajak dan menolak untuk memenuhi kewajiban perpajakan yang lainnya. II.1.14 Kaitan Wajib Pajak Patuh terhadap Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak. Wajib Pajak akan patuh ( karena tekanan), mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak. Kepatuhan wajib pajak dihubungkan dengan pajak, maka kepatuhan pajak dapat digambarkan sebagai derajat tingkat yang mana wajib pajak mematuhi atau gagal untuk mematuhi ketentuan peraturan pajak dinegaranya. II.2. Hipotesis Penelitian penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini dicantumkan hasil penelitian terdahulu oleh yang pernah penulis baca. Berdasarkan penelitian Farisya Widya Agustina tahun 2010, dengan judul Pengaruh sikap, norma ubjektif, dan kewajiban moral terhadap tindakan wajib pajak pribadi di KPP Serpong. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap wajib pajak yang diukur dengan 3 indikator, yaitu keinginan membayar pajak lebih kecil dari yang seharusnya, perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan, dan perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan Norma

subjektif yang di ukur dengan 3 indikator, yaitu pengaruh teman, pengaruh petugas pajak, dan pengaruh keluarga. Kewajiban moral yang di ukur dengan 3 indikator yaitu melanggar etika, perasaan bersalah, dan prinsip hidup. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan wajib pajak yang di ukur dengan 3 indikator, yaitu kepatuhan menghitung pajak terutang, membayar pajak terutang, dan melaporkan surat pemberitahuan ( SPT ). Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah wajib pajak orang pribadi sebanyak 50 sampel. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sikap berpengaruh signifikan terhadap tindakan wajib pajak orang pribadi, norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap tindakan wajib pajak orang pribadi, kewajiban moral berpengaruh signifikan terhadap tindakan wajib pajak orang pribadi, dan sikap, norma subjektif, kewajiban moral bersama sama berpengaruh terhadap tindakan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Serpong. Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel independen dan 1 variabel dependen. variabel independent terdiri dari : 1. Tingkat pendidikan Menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, yang di maksud dengan pendidikan adalah : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

Pendidikan wajib pajak merupakan dasar pengetahuan wajib pajak dalam merespon segala informasi tentang hak dan kewajiban wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak bagi kepentingan pembangunan nasional. Tingkat pendidikan wajib pajak yang semakin tinggi akan lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hipotesis 1 : Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan? Ho : tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Ha : ada pengaruh antara tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. 2. Pemahaman peraturan perpajakan Pemahaman peraturan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak harus memadai agar dapat memenuhi kewajiban perpajakannya secara baik dan benar. Jika wajib pajak tidak mempunyai pengetahuan tentang pajak, maka akan sulit bagi wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Hipotesis 2 : Apakah ada pengaruh pemahaman pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan?

Ho : ada pengaruh pemahaman pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Ha : tidak ada pengaruh pemahaman pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. 3. Pelayanan kantor pelayanan pajak ( KPP ) Salah satu hal penting yang mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya adalah salah satunya pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan memberikan pelayanan yang memuaskan, pegawai yang memberikan tanggapan dengan cepat, kesopanan dalam melayani, dapat memahami kebutuhan wajib pajak. Hipotesis 3 : Apakah ada pengaruh pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakan? Ho : ada pengaruh pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Ha : tidak ada pengaruh pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

1 variabel dependen yaitu : 1. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi - Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT masa ataupun SPT Tahunannya. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari Wajib pajak tidak pernah melakukan kesalahan dalam pembayaran pajak penghasilan, wajib pajak tidak pernah melakukan kesalahan dalam pengisian SPT, wajib pajak melaporkan SPT masa paling lama setiap tanggal 20 bulan berikutnya, wajib pajak melaporkan SPT tahunan paling lama setiap tanggal 31 Maret tahun berikutnya, wajib pajak melakukan pembayaran pajak di KPP dan wajib pajak melakukan pembayaran pajak menggunakan SSP.