BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan juga memiliki peranan penting untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan di dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang memiliki fokus terutama pada pengembangan intelektual dan moral bagi peserta didiknya. Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk moral peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat (Hidayatullah, 2010:23). Melalui lembaga pendidikan sekolah diharapkan mampu 1

2 menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan moral yang baik sehingga siswa mempunyai akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Salah satu nilai positif yang perlu ditanamkan kepada peserta didik di sekolah adalah cinta tanah air. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan komponen yang sangat penting dalam menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air. Karena disekolah siswa belajar menghargai, taat terhadap tata tertib dan disiplin diri. Secara sederhana cinta tanah air merupakan rasa kasih dan sayang terhadap sesuatu. Kemudian, dalam diri akan tumbuh suatu kemauan untuk merawat, memelihara dan melindunginya dari segala bahaya yang mengancam. Cinta tanah air berarti rela berkorban untuk tanah air dan membela dari segala macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun. Rasa cinta tanah air seharusnya kita terapkan di lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal, bahkan di manapun kita berada. Misalnya : kita amalkan sikap dan tingkah laku hemat, disiplin dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keutuhan dan kebersamaan agar tercapai kebahagiaan lahir batin, kemudian di lingkungan sekolah mewujudkan rasa persatuan dan cinta tanah air dapat kita wujudkan melalui kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan-kegiatan kesiswaan yang bersifat positif. Kegiatan kegiatan tersebut dapat berupa gerakan penghijauan, kebersihan, karya wisata, ikut dalam organisasi sekolah, dan jadi siswa yang rajin. Sebagai seorang pelajar sikap yang ditunjukan sebagai perwujudan terhadap cinta tanah air juga dapat dutujukan melalui, belajar dengan tekun hingga kita juga dapat ikut mengabdi dan membangun negera kita agar tidak ketinggalan dari bangsa lain, menjaga kelestarian lingkungan, tidak memilih-memilih teman, berbakti pada nusa dan bangsa, berbakti pada orangtua (Ibu, Bapak, Guru).

3 Kemudian komponen yang penting selain sekolah dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa di lingkungan sekolah ialah guru, sebab guru mempunyai peranan besar dalam membentuk karakter siswa. Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 2 (1) guru mempunyai fungsi dan tujuan guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundangundangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 2 (2) guru mempunyai fungsi dan tujuan pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 4 kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk mengingkatkan martabat dan peran guru sebagaimana guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningtkatkan mutu pendidikan nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 4 yang dimaksudkan dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agen) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik

4 Peran guru PKn sangat penting selain mengajarkan ilmu pengetahuan, guru PKn juga berperan besar dalam membentuk karakter siswa, supaya siswa dan siswinya mendapat pemahaman dan penghayatan yang dalam terhadap tata nilai. Hal ini ditegaskan oleh Slamet Iman Santoso, yang menyatakan bahwa pembinaan watak adalah tugas utama pendidikan. Menurut Gede Raka (2011, hlm.47) tujuan pendidikan karakter di sekolah mencakup: 1. Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka masing-masing secara maksimal dan mewujudkannya dalam kebiasaan baik, baik dalam pikiran, baik dalam sikap, baik dalam hati, baik dalam perkataan, dan baik dalam perbuatan. 2. Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga Negara (Indonesia) yang baik. 3. Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat mengembangkan kebajikan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat membangun kehidupan yang baik, berguna, dan bermakna. 4. Dengan modal karakter yan kuat dan baik, para siswa diharapkan mampu menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan pada saat yang sama mampu menjadikannya sebagai peluang unuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat luas dan kemanusiaan. Jika pendidikan karakter sudah terealisasi maka siswa akan mempunyai sikap baik dalam segala hal dan dapat dipastikan akan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air. Budimansyah (2010, hlm. 68) berpendapat bahwa program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prnsip sebagai berikut : 1. Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nlai karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu satuan pendidikan.

5 2. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran, melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilainilai karakter tersebut. Pengembangan nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan melalui pengembangan diri, baik melalui kegiatan konseling maupun kegiatan ektra kurikuler. 3. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran. Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang didalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit). 4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan cara aktif dan menyenangkan. Proses ini menunjukan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang ditunjukan oleh agama. Pengembangan karakter dalam dunia pendidikan akan terwujud jika antar komponen saling mendukung melalui tindakan yang bertahap dan berkesinambungan. Dengan pendidikan karakter siswa akan memiliki karakter yang kuat sehingga memiliki rasa cinta tanah air yang kuat dan mampu melindungi bangsa dan Negara. Keikutsertaan guru terutama guru PKn dalam pengembangan pendidikan karakter disekolah yang menjadi fasilitator dalam pembentukan nilai-nilai karakter yang baik sehingga dapat terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses maupun setelah proses sekolah. Pembelajaran pendidikan karakter secara formal diterapkan melaluiprogram pengajaran PKn, sebab dalam mata pelajaran PKn ditanamkan pendidikan karakter yang dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dalam diri siswa. Sebagai teladan, soerang guru dituntut agar

6 dapat mengarahkan siswa berbuat baik, sabar dan penuh pengertian dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air dalam diri siswa. Sebab saat ini contoh keteladanan dari generasi tua khususnya dilingkungan masyarakat kurang maka disini peran guru sangat penting dalam membentuk karakter cinta tanah air siswa dilingkungan sekolah sehiggga siswa dapat mewujudkan bentuk cinta tanah airnya dengan caranya masing-masing. Oleh karena itu guru PKn sangat berperan dalam memberikan pendidikan karakter disekolah supaya siswanya menjadi generasi yang berkarakter cinta terhadap tanah air. Kurangnya nilai cinta tanah air pada diri siswa juga dapat dilihat dari sikap siswa dilingkungan sekolah SMAN 16 Bandung. Kurangnya rasa cinta tanah air tersebut ditunjukkan dengan masih adannya siswa yang belum menaati peraturan yang telah ditetapkan sekolah dengan baik dan benar. Mereka masih belum memiliki kesadaran di dalam dirinya akan kecintaannya terhadap tanah air dilingkungan sekolah disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu masih kurangnya tanggung jawab yang dimiliki siswa akan keharusannya dalam memiliki rasa cinta tanah air di lingkungan sekolah, selain itu faktor yang mempengaruhi adalah faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri, seperti dari keluarga, lingkungan, serta fasilitas yang menunjang. Dalam hal ini pada siswa SMAN 16 Bandung salah satu faktor penyebabnya adalah masih kurangnya fasilitas yang disediakan pihak sekolah dalam mengembangkan rasa cinta tanah air siswa di lngkungan sekolah. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Di Lingkungan Sekolah

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang muncul adalah: 1. Kurangnya motivasi siswa dalam pengaplikasian bentuk cinta tanah air di lingkungan sekolah 2. Kurangnya rasa saling menghargai ke guru dan sesama siswa 3. Kurang menjaga lingkungan sekolah dengan baik 4. Kurangnya prasarana sekolah yang menunjang dalam pembentukan karakter cinta tanah air pada diri siswa C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat dua rumusan masalah yaitu secara umum rumusan masalah peneliti ini adalah Bagaimana peranan guru PKn sebagai pendidik karakter dalam membentuk (menumbuhkan) karakter cinta tanah air bagi siswa? 1. Bagaimana proses dalam menumbuhkan karakter rasa cinta tanah air yang diterapkan guru PKn disekolah? 2. Bagaimana bentuk-bentuk prilaku siswa dalam mencerminkan sikap cinta tanah air dilingkungan sekolah? 3. Kendala-kendala yang dihadapi guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi siswa? 4. Bagaimana upaya guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menanggulangi kendala yang dihadapi dalam menumbuhkan rasa cinta?

8 D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan proses dalam menumbuhkan karakter rasa cinta tanah air yang diterapkan guru PKn disekolah? 2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk prilaku siswa dalam mencerminkan sikap cinta tanah air dilingkungan sekolah? 3. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi siswa? 4. Mendeskripsikan upaya guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menanggulangi kendala yang dihadapi dalam menumbuhkan rasa cinta? E. Manfaat penelitian 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan memperkaya wawasan keilmuan yang akan menjadi pijakan teoritis tentang bagaimana perana guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi siswa dilingkungan sekolah kemudian dapa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menjadi warga Negara yang baik. 2. Praktis a. Memberikan gambaran secara factual dan akurat mengenai bagaimana peranan guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menumbukhan rasa cinta tanah air siswa b. Memberikan masukan kepada pendidik dalam membina sikap dan perilaku pelajar supaya siswa dapat mengembangkan sikap cinta tanah air.

9 c. Memberikan masukan bagi dunia pendidikan akan arti penting lingkungan sekolah sebagai salah satu sarana dalam membina karakter yang baik bagi siswa F. Definisi Operasional 1. sehubungan dengan tugasnya selaku pengajar menurut Zen (2010, hlm. 69-70) sebagai berikut. a. Sebagai Informator. Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. dalam pada itu berlaku teori komunikasi: teori stimulus respon, teori dissonance reduction dan teori pendekatan fungsional. b. Sebagai Organisator. Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, work shop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. c. Sebagai Motivator. Peranan guru sebagai motivator, penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcemen untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya, sehingga akan terjadi dinamika di dalam pembelajaran. d. Sebagai Pengarah/Direktor. Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Sebagai Inisiator. Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya. f. Sebagai Transmiter. Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. g. Sebagai Fasilitator. Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam pembelajaran, misalnya saja dengan menciptakan suasan kegiatan yang sedemikian rupa, serasi dengan

10 perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. h. Sebagai Mediator. Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa, misalnya menengahi atau memberikan jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedian media, bagaimana cara memakai dan mengorganisasi penggunaan media. i. Sebagai Evaluator. Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Tetapi kalau diamati secara agak mendalam evaluasi-evaluai yang dilakukan guru itu sering hanya merupakan evaluasi ekstrinsik dan sama sekali belum menyentuh evaluasi instrinsik. Evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi yang mencakup pula evaluasi intrinsik. Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kreteria keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang sangat kompleks, terutama menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran. 2. Cinta tanah air Menurut Suyadi (2013, hlm. 9), menyatakan bahwa, Cinta tanah air merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak akan tergiur dengan tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri. Penyebab utama luntur rasa cinta tanah air bangsa Indonesia adalah nilai-nilai pancasila hanya dijadikan sebagai sejarah. 3. lingkungan sekolah Menurut Sukmadinata (2009, hlm. 164), lingkungan sekolah memegang perananan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Sedangkan menurut Sabdulloh (2010, hlm. 196) bahwa: Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturanaturan yang ketat seperti harus berjenjang dan berkesinambungan, sehingga disebut pendidikan formal dan sekolah adalah lembaga khusus, suatu wahana,

11 G. Sistematika Skripsi suatu tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 1. BAGIAN PEMBUKA SKRIPSI Di bagian ini disusun urutan; 1) halaman sampul, 2) halaman pengesahan, 3) halaman moto dan persembahan, 4) halaman pernyataan keaslian skripsi, 5) kata pengantar, 6) ucapan terimakasih, 7) abstrak, 8) daftar isi, 9) daftar table, 10) daftar gambar, 11) daftar lampiran 2. BAGIAN ISI SKRIPSI Pada bagian ini skripsi terdapat 5 bagian bab yang disusun secara sistematis yaitu sebagai berikut: Bab 1 pendahuluan dengan urutan; a. Latar belakang, b. Identifikasi masalah, c. Rumusan masalah, d. Batasan masalah, e. Tujuan penelitian, f. Manfaat penelitian, g. Definisi operasional dan i. Sistematika skripsi Bab II Kajian teoritis dengan urutan; a. Kajian teori, b. Kerangka pemikiran, c. Hasil penelitian terdahulu, d. Asumsi dan hipotesis Bab III dengan urutan; a. Metode penelitian, b. Desain penelitian, c. Subjek dan Objek penelitian, d. Pengumpulan data dan instrumen penelitian, e. Teknik analisis data, f. Prosedur penelitian Bab IV hasil penelitian dan pembahasan dengan urutan; a. Deskripsi hasil dan temuan penelitian dan b. Pembahasan penelitian Saran Bab V kesimpulan dan saran dengan urutan; a. Kesimpulan, b. 3. BAGIAN AKHIR SKRIPSI Pada bagian akhir skripsi dengan urutan; a. Daftar pustaka, b. Lampiran-lampiran dan, c. Daftar riwayat hidup