BAB I PENDAHULUAN. belajar yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari hal-hal sederhana sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis mengambil. 1. Konsepsi kecerdasan emosional dan spiritual didasari oleh konsep bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM

BAB V PENUTUP. penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. A.M, Sardiman. (2010). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Press

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh S.

BAB I PENDAHULUAN. supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)

BAB I PENDAHULUAN. menemukan program baru dalam meningkatkan mutu serta kualitas. pendidikan dilembaga mereka, agar tidak kalah dengan lembaga-lembaga

DAFTAR PUSTAKA. Rasulullah di Masa kini, Jogjakarta: IRCiSoD. 2006

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2008), Cet. III, hlm. 3.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang

BAB V PENUTUP. a. Membaca Al-Qur an mempunyai peranan dalam peningkatan kecerdasan intelektual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB V PENUTUP. 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data hubungan Lingkungan Keluarga,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

ANALISIS FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA D-IV BIDAN PENDIDIK

BAB III KONSEP DASAR KECERDASAN SPIRITUAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keberhasilan perlu diperhatikan dalam upaya mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang unggul dan berkepribadian yang baik, hal ini dilihat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013)

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

DAFTAR PUSTAKA. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Penerbit PT.BPK Gunung

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. yang beretika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya untuk memperkenalkan

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PAWYATAN DAHA 2 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupannnya, manusia sudah terlibat dengan kegiatan belajar yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari hal-hal sederhana sampai pada belajar menguasai hal- hal yang kompleks. Pendidikan di sekolah, merupakan salah satu dari proses belajar dan bahkan merupakan kegiatan yang paling pokok di sekolah. Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 1 Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2 Seseorang dikatakan berhasil atau berprestasi dalam belajar apabila usahanya mendekati apa yang diharapkan. Prestasi merupakan hasil yang 1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos, 1999), hlm. 64 2 Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2. 1

2 telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan, 3 atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan). 4 Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan. 5 Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi tersebut, bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Slameto menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi 2 yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri yang meliputi kesehatan, cacat tubuh, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar. 6 Dengan demikian, salah satu factor penting dalam menunjang prestasi belajar siswa adalah tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Pada awal abad kedua puluh, IQ pernah menjadi isu besar. Kecerdasan intelektual atau rasional adalah kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis. Para psikolog 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Edisi II, Cet. Ke-10, hlm. 787 4 W.J.S. Purdamimta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), Cet. Ke-10, hlm. 768 5 J.S. Badudu dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Cet. Ke-2, hlm. 1088 6 Slameto, op. cit, hlm. 45

3 menyusun berbagai tes untuk mengukurnya, dan tes tes ini menjadi manusia ke dalam berbagai tingkatan kecerdasan, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah IQ ( Intelligence Quotient), yang katanya dapat menunjukkan kemampuan mereka. Menurut teori ini semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya. 7 Akan tetapi, pada pertengahan 1990-an, Daniel Goleman mempopulerkan penelitian dari banyak neorolog dan psikolog yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ), sama pentingnya dengan IQ. EQ memberikan rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Sebagaimana yang dinyatakan Goleman, EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif. Jika bagian-bagian otak untuk merasa telah rusak, maka manusia tidak dapat berpikir efektif. Pada akhir abad kedua puluh, menunjukkan adanya Q jenis ketiga. Gambaran utuh kecerdasan manusia dapat dilengkapi dengan perbincangan mengenai kecerdasan spiritual (SQ). SQ yang dimaksud adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau 3 7 Danah Zohar & Ian Marshall. Kecerdasan Spiritual. (Bandung: Mizan. 2007). hlm;

4 jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. 8 Menurut Toto Tasmara bahwa kecerdasan intelektual (IQ) berada di wilayah otak yang karenanya terkait dengan kecerdasan otak, rasio, nalar intelektual, kecerdasan emotional (EQ) mengambil wilayah di sekitar emosi diri seseorang yang karenanya lebih mengembangkan emosi supaya cerdas, tidak cenderung marah, sedangkan kecerdasan spiritual (SQ) mengambil tempat seputar jiwa, hati yang merupakan wilayah spirit yang karenanya dikenal dengan The Souls Intelligence, kecerdasan hati yang menjadi hakikat sejati kecerdasan spiritual. 9 Sementara dalam pandangan Islam, konsepsi tentang manusia yang dirumuskan dalam Al-Quran terdiri dari materi (jasad) dan immateri (ru h, jiwa, akal dan qalb) dalam bentuk berbeda manusia dalam penciptaannya memiliki struktur nafsani yang terdiri dari tiga komponen yakni qalb, akal dan nafsu. 10 Kalbu menjadi penguasa di dalam kerajaan bathin manusia, untuk itu kalbu dituntut mampu mengendalikan syahwat dan ghadhab yang memiliki sifat negatif menjadi sifat yang positif. Kalbu mampu 8 Ibid. hlm 4 9 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah : Transendental Intelligence, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), hlm. 54. 10 Yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa & Psikologi Islami, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 325.

5 mengantarkan manusia pada tingkatan intuitif, moralitas, spiritualitas, keagamaan atau ke-tuhanan. Manusia dengan potensi kalbunya mampu menerima dan membenarkan wahyu ilham dan firasat dari Allah. Dengan demikian, kecerdasan spiritual (SQ) berada pada kecerdasan qalb, sebagaimana yang jelaskan dalam al-qur an sebagai berikut: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah pengelihatan itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46). Ayat tersebut menunjukkan kecerdasan qalb, juga menunjukkan adanya potensi qalbiyah yang mampu melihat yang tidak dapat dilihat oleh mata, sebab di dalamnya terdapat mata bathin. Mata bathin ini mampu menembus dunia moral, spiritual dan agama yang memuat rahasia dan kejadian alam semesta. Pada qalbu manusia, selain memilih fungsi indrawi, di dalamnya ada ruhani yaitu moral dan nilai-nilai etika, artinya dialah yang menentukan tentang rasa bersalah, baik buruk serta mengambil keputusan berdasarkan tanggung jawab moralnya tersebut. Itulah sebabnya penilaian akhir dari

6 sebuah perbuatan sangat ditentukan oleh fungsi qalbu. Kecerdasan ini, tidak hanya mampu mengetahui nilai-nilai, tata susila, dan adat istiadat saja, melainkan kesetiannya pada suatu hati yang paling sejati dari lubuk hatinya sendiri. 11 Sehingga kecerdasan spritual adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati dan beradaptasi. Untuk itu kecerdasan spiritual sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya nur yang bemuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi. 12 Proses kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai visi membentuk siswa yang seimbang dalam dzikr, fikir maupun ikhtiar. PAI diharapkan mampu melahirkan pribadi-pribadi yang unggul dalam ilmu dan juga iman. Namun demkian, fenomena yang muncul di lapangan selama ini menunjukan bahwa di Pendidikan agama Islam masih cenderung berorientasi pada materi. Dapat dikatakan 11 Toto Tasmara, op. cit, hlm. 49 12 Ibid, hlm. 47

7 pembelajaran PAI selama ini masih bertumpu pada pencapaian kecerdasan intelektual atau IQ saja. Padahal menurut berbagai penelitian, IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, bahkan menurut Steven J. Stein, Ph.D. dan Howard E. Book,M.D. menyebutkan bahwa peranan IQ hanya 6% dalam kehidupan manusia. 13 Kecerdasan spiritual sangat penting dalam kehidupan manusia, karena ia akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan yang baik dengan yang buruk, memberi manusia rasa moral dan memberi manusia kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan aturan-aturan yang baru. Kecerdasan spiritual siswa ini akan berdapak positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI, jika siswa semakin cerdas spiritualisasinya maka akan meningkat pula prestasi belajar PAI-nya. Karena dengan memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi siswa akan memiliki prestasi belajar PAI yang meningkat pula. Selain faktor kecerdasan, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non-kognitif seperti emosi, minat, motivasi, kepribadian, serta berbagai pengaruh lingkungan. 14 Lingkungan belajar ini dapat dilihat dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis, dan lingkungan keluarga di rumah. 13 Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spritual ESQ, (Jakarta : Agra, 2001), cet. Ke-1, hlm. 61 14 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Pra-Sekolah dan Sekolah Dasar, (tp: Indeks, 2008), hlm. 12.

8 Lingkungan fisik berkaitan dengan kenyamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban, dan rasa aman. 15 Lingkungan psikologis berkaitan dengan pujian, penghargaan, dan kemampuan guru dalam memberikan kebebasan siswa dalam beraktivitas dan mengaktualisasikan pengetahuan yang dimilikinya. 16 Sementara lingkungan keluarga berkaitan erat dengan sikap dan peran orang tua dalam memberikan arahan dan bimbingan. 17 Dari keterangan tersebut menunjukkan bahwa diantara faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah minat. Pilihan terhadap minat di sini, karena Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dan lingkungan yang baik, belum dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia tidak memiliki minat dalam belajar dengan baik. Hal ini juga berangkat dari pemahaman bahwa minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Anak-anak yang malas, tidak belajar, tidak menunjukkan 15 Dimyati Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 99 16 Sardiman AM., Interaksi dan MotivasiBelajar Mengajar, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2005), hlm. 93, Lihat juga Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 184 17 Slameto. op.cit, hlm. 176

9 kemauan yang kuat untuk berhasil, akan mengalami kegagalan, meskipun memiliki kemampuan intelektual yang baik. Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari, maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaiknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki minat dengan siswa yang memiliki minat dalam belajar akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus menerus. Siswa yang memiliki minat ia akan terus tekun ketika belajar. Sedangkan siswa yang tidak memiliki minat walaupun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar. Begitu pula dalam proses belajar mengajar terdapat tinggi rendahnya minat belajar siswa maka akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan

10 oleh S. Nasution bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak ada minat. 18 Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S. Praja bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat. 19 Bahkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa minat memiliki kontribusi yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Misalnya, hasil penelitian Sriana Wasti, bahwa minat belajar memiliki hubungan dengan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah menumbuhkan semangat minat belajar itu sendiri, karena dengan adanya minat belajar akan turut serta mengalami proses bagaimana memulai, merencanakan serta melakukan proses 1993) hlm. 122 18 S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung; Jemmars, 1998) hlm. 58 19 Usman Efendi dan Juhaya S Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa,

11 pembelajaran. 20 Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Wijayanti, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara minat belajar dan keaktifan dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. 21 Sedangkan Sumadi Suryaprata menyebutkan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. 22 Dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu perasaan senang, perhatian dalam belajar dan adanya ketertarikan siswa kepada pelajaran. Jika siswa memiliki minat yang kuat untuk mempelajari sesuatu, maka ia akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan tekun. Berdasarkan studi pendahuluan penulis, pada dasarnya peserta didik memiliki sikap saling menghormati sesamanya, 23 siswa selalu berpartisipisasi aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial-keagamaan di sekolah, misalnya mengunjungi panti asuhan, kegiatan spritual camp. Begitu juga ketika penulis melakukan observasi awal di kelas PAI, siswa aktif bertanya kepada guru, menjawab apa yang ditanya oleh guru maupun teman lainyya, 20 Sriana Wasti, Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Tata Busana Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang, Tesis, Universitas Negeri Padang, tahun 2013. 21 Wahyu Wijayanti, Hubungan Antara Minat Belajar Dan Keaktifan Siswa Dalam Organisasi Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006, digital Library Universitas Sebelas Maret, 2006. 22 Sumadi Suryaprata, Psikologi Pendidikan.(Jakarta : Rajawali, 1984), hlm. 40. 23 Selama kurun 2012 2013 tidak ada kasus perkelahian di SMA Negeri 5 Bengkalis. Dokumen SMA N 5 Bengkalis.

12 dan siswa tidak ada yang keluar masuk selama prses belajar PAI. 24 Namun demikian, nilai Pendidikan Agama Islam siswa belum menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Daftar Nilai Rata-Rata PAI Siswa No Tahun Nilai Rata 1 2010 2011 70.4 2 2011 2012 70.2 3 2012 2013 70.7 Dokumen SMA N 5 Bengkalis Dari data tersebut, nilai PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis berkisar pada rata-rata 70, meskipun terjadi peningkatan pada tahun 2012 2013, namun belum maksimal. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menguji kembali hubungan kecerdasaan spiritual dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar PAI siswa, selanjutnya penulis mencoba untuk melakukan penelitian di SMA N 05 Bengkalis dan menyusun laporannya dalam bentuk Tesis. Adapun secara operasional penulis mengambil judul Hubungan Kecerdasan Spiritual dan minat belajar terhadap Prestasi Belajar PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis 24 Observasi di SMA N 05 Bengkalis pada tanggal 23 Agustus 2013

13 B. Definisi Istilah 1. Kecerdasan Spritual Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif. 25 Jadi, yang dimaksud kecerdasan spritual dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam memahami kesadaran diri melalui hati ( qolb) dengan termotivasi untuk mencari kebenaran yang hakiki (ruh ilahiyah) dan mengamalkan apa yang diajarkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita dapat mencapai kebahagian baik di dunia maupun akhirat. 2. Minat Belajar Minat adalah.kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu. 26 25 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spritual ESQ, (Jakarta : Agra, 2001), cet. Ke-1, hlm. 57. 26 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-11, hlm. 84

14 Jadi yang dimaksud minat belajar dalam penelitian ini adalah kecenderungan siswa terhadap suatu obyek yang berkait yang disertai dengan perasaan senang serta adanya perhatian, kesungguhan, keaktifan, juga adanya motif atau tujuan untuk belajar. 3. Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar berarti hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. 27 Jadi, yang dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai oleh setiap siswa setelah mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar baik itu berupa angka maupun kata-kata dalam jangka waktu tertentu 4. Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam 27 Syaefuddin Azwar, Test Prestasi, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1992), hlm. 13

15 hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 28 Sedangkan yang dimaksud peneliti, pendidikan agama Islam disini adalah PAI sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama Islam. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah a. Bagaimanakah kecerdasan spritual siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? b. Bagaimanakah minat siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? c. Bagaimanakah prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? d. Apakah ada hubungan antara kecerdasan spritual siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? hlm.75. 28 Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung, Rosda Karya: 2004),

16 e. Apakah ada hubungan antara minat siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? f. Apakah ada hubungan secara bersama antara kecerdasan spritual siswa dan minat siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? g. Apakah terdapat faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan indentifikasi masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada tiga masalah, yaitu apakah ada hubungan antara kecerdasan spritual siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? Apakah ada hubungan antara minat siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? Dan apakah ada hubungan secara bersama antara kecerdasan spritual siswa dan minat siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis?

17 3. Rumusan Masalah a. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spritual dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? b. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara minat dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? c. Apakah terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecerdasan spritual dan minat dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. 1. Tujuan. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tesis ini adalah untuk mengetahui: 1) Hubungan antara kecerdasan spritual siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? 2) Hubungan antara minat siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis?

18 3) Hubungan secara bersama antara kecerdasan spritual siswa dan minat siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMA Negeri 05 Bengkalis? 2. Kegunaan penulisan Tesis. Nilai guna yang dapat diambil dari penulisan Tesis ini adalah; a. Secara teoritis, hasil penelitian di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu, terutama dalam bidang prestasi belajar siswa dan juga diharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk riset-riset mendatang. b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi praktis, yaitu bagi SMA Negeri 5 Bengkalis untuk merencanakan program peningkatan Sumber Daya Manusainya yang profesional untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga yang berkualitas dalam menciptakan tata kelola sekolah yang yang baik.