JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA TEKNIS PENGGUNAAN SERAT DAUN NANAS SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN KOMPOSIT PEMBUATAN KULIT KAPAL DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK, BENDING DAN IMPACT

ANALISA TEKNIS KEKUATAN MEKANIS MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK DAN IMPAK

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA TEKNIS REKAYASA SERAT ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KOMPOSIT DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN MATERIAL KOMPOSIT SANDWICH DENGAN METODE VACUUM INFUSION SEBAGAI MATERIAL KAPAL

Imam Pujo Mulyatno, Sarjito Jokosisworo Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA TEKNIS KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT DAUN NANAS DENGAN CORE SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT DITINJAU DARI KEKUATAN TEKUK DAN IMPAK

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT KULIT ROTAN SEBAGAI PENGUAT PADA KOMPOSIT POLIMER DENGAN MATRIKS POLYESTER YUKALAC 157 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN DAN TEKUK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

ANALISA KEKUATAN LENTUR STRUKTUR KOMPOSIT BERPENGUAT MENDONG/ EPOKSI BAKALITE EPR 174

JUDUL TUGAS AKHIR STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT POLIESTER SERAT RAMI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-101

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, seiring dengan meningkatnya penggunaan bahan tersebut yang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Djati Hery Setyawan D

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

KAJIAN OPTIMASI PENGARUH ORIENTASI SERAT DAN TEBAL CORE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN BENDING DAN IMPAK KOMPOSIT SANDWICH GFRP DENGAN CORE PVC

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN COREMAT UNTUK KONSTRUKSI FRP (FIBERGLASS REINFORCED PLASTIC) SANDWICH PADA BADAN KAPAL

BAB III METODOLOGI. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMBENTUKAN DAN MATERIAL

Analisa Sifat-Sifat Serat Alam Sebagai Penguat Komposit Ditinjau Dari Kekuatan Mekanik

PEMBUATAN POLIMER KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN UNTUK APLIKASI INDUSTRI OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Uji Karakteristik Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Serat Acak Cieba Pentandra (Kapuk Randu) Dengan Fraksi Berat Serat 10%, 20% dan 30%

PENGARUH KOMPOSIT SERAT PANDAN SAMAK TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING PADA MATERIAL BODI KENDARAAN

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIESTER TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK KOMPOSIT PAPAN PARTIKEL ONGGOK LIMBAH SINGKONG

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

Pengaruh Sudut Laminasi Dan Perlakuan Permukaaan Stainless Steel Mesh Terhadap Karakteristik Tarik Dan Bending Pada Komposit Hibrida

BAB III METODE PENELITIAN. alur penelitian seper yang terdapat pada gambar flow chart seperti pada gambar

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI KARAKTERISTIK SIFAT FISIS DAN MEKANIS SERAT AGAVE CANTULA ROXB (NANAS) ANYAMAN 2D PADA FRAKSI BERAT (40%, 50%, 60%)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

Uji Karakteristik Komposit Serat Rami (Boehmeria nivea) Reinforced Anyaman 3D Pada Fraksi Berat Serat (40%, 50%, 60%, 70%)

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menjadikan beras sebagai makanan pokoknya, serta. produksi berasnya merata di seluruh tanah air.

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATANBENDING KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA DENGAN MATRIK POLYESTER. Suryanto, Yuyun Estriyanto, Budi Harjanto

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

Kekuatan Tarik Komposit Matrik Polimer Berpenguat Serat Alam Bambu Gigantochloa Apus Jenis Anyaman Diamond Braid dan Plain Weave

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEAUSAN, KEKUATAN TARIK DAN IMPACT KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU BERMATRIK POLYESTER

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

Transkripsi:

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Teknis Kekuatan Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Asiwung Raja (Typha Angustipholia) Sebagai Alternatif Bahan Komposit Untuk Komponen Kapal Ditinjau dari Kekuatan Tekuk dan Impak Khaeru Roziqin 1), Hartono Yudo 1), Ariwibawa Budi Santosa 1) 1) Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email: Oziqfile@gmail.com Abstrak Asiwung raja (Typha Angustipholia) tanaman sejenis rumput besar yang hidup di rawa-rawa, daun asiwung raja banyak di gunakan sebagai bahan pembuat tikar akan tetapi seiring berkembang nya teknologi penggunaan tikar berbahan daun asiwung raja semakin di tinggalkan dan beralih menggunakan tikar berbahan sintetis. Dari pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa teknis berupa kekuatan tekuk dan kekuatan Impak dari komposit berpenguat serat Asiwung raja dengan variasi pola sudut 0, 22,5 dan 45 Sebagai penguat menggunakan matrik resin polyester.dari hasil pengujian spesimen dilakukan analisa kekuatan mekanis kemudian dibandingkan dengan nilai kekuatan mekanis yang disyaratkan/diijinkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sebagai tolak ukur standar ujinya. Pengujian komposit berpenguat serat Asiwung raja arah serat sudut 0º, 22,5º dan 45º, dengan fraksi volume 60% matrik polyester dan 40% serat asiwung raja, menggunakan metode hand lay up, hasil pengujian didapat nilai kekuatan uji tekuk tertinggi pada sudut 0 dengan nilai 28.01 dan modulus elastisitas dengan nilai 2112.94 dan nilai uji impak tertinggi pada sudut 0 dengan nilai 0.024 joule/mm 2. Hasil pengujian menunjukan bahwa kuat tekuk dan modulus elastisitas dari komposit berpenguat serat Asiwung Raja belum dapat memenuhi ketentuan peraturan kuat tekuk dan modulus elastisitas dari BKI yang mempunyai nilai standar kuat tekuk 150 dan modulus elastisitas 6860 Kata kunci: Asiwung Raja, Embet, Wawalingan, modulus elastisitas, tekuk, impak. 1. PENDAHULUAN Dewasa ini teknologi pembuatan kapal di dunia semakin berkembang, salah satu teknologi pembuatan kapal di dunia adalah penggunaan material komposit sebagai bahan utama pembuatan kapal. Penggunaan material komposit dapat meningkatkan nilai ekonomis, karena pada dasarnya serat dengan spesifikasi standar dapat dibuat komposit. Jadi serat tanaman bahkan limbah pun dapat dimanfaatkan sebagai komposit dan tentunya dengan kekuatan mekanik yang tak kalah pula. Salah satu komponen material komposit adalah serat sebagai bahan penguat (Reinforcement). Indonesia memiliki potensi serat alam yang melimpah, potensi serat alam dapat dikelompokan menurut asal-usul nya yakni tumbuhan, hewan dan tambang, khusus untuk tumbuhan serat alam dapat di temukan pada tanaman pertanian, perkebunan dan hutan alami. Salah satu potensi serat alam di Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 387

Indonesia adalah Asiwung raja (Typha Angustipholia). Daun asiwung raja banyak di gunakan sebagai bahan pembuat tikar akan tetapi seiring berkembang nya teknologi penggunaan tikar berbahan daun asiwung raja semakin di tinggalkan dan beralih menggunakan tikar berbahan sintetis, pemanfaatan yang kurang dan pertumbuhan yang cepat membuat asiwung raja di pandang sebagai gulma oleh sebagian besar masyarakat. Dari data tersebut penulis tertarik untuk memanfaatkan asiwung raja sebagai serat penguat komposit karena selain bahan yang mudah di peroleh juga dapat mengurangi populasi asiwung raja yang di anggap sebagai gulma air. Dari masalah tersebut maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan pengaruh arah sudut dan nilai kuat material komposit berpenguat serat asiwung raja dari pengujian impak. 2. Menentukan pengaruh arah sudut dan nilai kuat material komposit berpenguat serat asiwung raja dari pengujian tekuk. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposit Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing masing material pembentuknya berbeda beda. Dari pencampuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Pada umumnya komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda yaitu: 1. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah. 2. Penguat (reinforcement), umumnya berbentuk serat yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih rigid dan lebih kuat. 2.2. Matriks Material komposit terdiri dari matrik dan filler (pengisi). Matrik diartikan sebagai material pengikat antara serat atau partikel namun tidak terjadi reaksi kimia dengan bahan pengisi. Secara umum matrik berfungsi sebagai pengikat bahan pengisi, sebagai penahan dan pelindung serat dari efek lingkungan dari kerusakanbaik kerusakan secara mekanik maupun kerusakan akibat reaksi kimia, serta untuk mentransfer beban dari luar ke bahan pengisi. Dalam penelitian ini, matrik yang digunakan adalah poliester tak jenuh seri Yucalac 157 BQTN- EX. Tabel 1. ResinYucalac 157 BQTN-EX Item Satuan Nilai Tipikal Catatan Berat jenis - 1,215 25 o C Kekerasan - 40 Barcol/GYZJ 934-1 Suhu distorsi panas o C 70 Penyerapan air % 0,188 24 jam Suhu ruang % 0,466 7 hari Kekuatan Fleksural 9,4 - Modulus Fleksural 300 - Daya rentang 5,5 - Modulus rentang 300 - Elongasi % 2,1 - (Sumber : Justus, 2001 dalam nurmalita, 2010) 2.3. Penguat (Reinforcement) Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat) yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit. Dalam penelitian ini peneleti menggunakan serat asiwung raja sebagai penguat, Gambar 1. Tanaman asiwung raja (Typha angustipholia) serat asiwung raja terdiri atas selulosa dan non selulosa yang diperoleh melalui penghilangan lapisan luar daun secara mekanik. Lapisan luar daun berupa pelepah yang terdiri atas sel kambium, zat pewarna yaitu klorofil, xanthophyl dan carotene yang merupakan komponen kompleks dari jenis tanin, serta lignin yang terdapat di bagian tengah daun. Serat yang diperoleh dari daun asiwung raja muda kekuatannya relatif rendah dan seratnya lebih pendek dibanding serat dari daun yang sudah tua. Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 388

2.4. Uji Tekuk (Bending) Pada material yang homogen pengujian batang sederhana dengan dua titik dudukan dan pembebanan pada tengah-tengah batang uji (three point bending), maka tegangan maksimum dapat dihitung dengan persamaan berikut : σ = 3.P.L 2.b.d 2 σ = Kekuatan bending, MPa P = Beban, N L = Panjang span, mm b = lebar batang uji, mm d = tebal batang uji, mm 2.5. Uji Impak Ketangguhan komposit dapat diketahui dengan menggunakan uji impak. Uji ini bertujuan untuk mengukur ketangguhan atau kemampuan suatu bahan dalam menyerap energi sebelum patah (toughness). Kekuatan impak benda uji dihitung dengan menggunakan Persamaan: W bi x hi W = energi terserap benda uji (J) bi = lebar benda uji impak (mm) hi = tebal benda uji impak (mm) 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat percobaan ( eksperimental ) atau melakukan pengujian. Percobaan yang dilakukan adalah pembuatan komposit dengan menggunakan serat daun asiwung raja sebagai serat penguat, kemudian dilakukan pengujian kekuatan, tekuk dan impak yang kemudian hasil pengujian akan dibandingkan dengan kekuatan dari serat gelas (Fiberglass Reinforced Plastic) berdasrkan peraturan BKI. 3. Katalis 4. Cobalt 5. Mold Release 3.2. Peralatan pendukung 1. Cetakan kaca 2. Timbangan digital 3. Gergaji 4. Kuas cat 5. Gelas Ukur 6. Penjepit kayu 7. Spons 8. Sarung tangan 3.3. Langkah Pembuatan Beberapa langkah dasar dalam pembuatan material komposit dengan proses hand layup adalah sebagai berikut : A. Pengolahan Serat Asiwung Raja 1. Tanaman Asiwung raja yang dipilih adalah tanaman asiwung raja yang sudah berumur ± 5-6 bulan dengan tinggi tanaman ± 1-1,5 m 2. Pisahkan daun dengan tangkai bunga. 3. Pukul-pukul daun menggunakan balok kayu ini dimaksudkan untuk mempermudah proses memisahkan serat dengan daging/hati asiwung raja. 4. Rendam daun yang sudah di pukul kedalam ember air, bakteri-bakteri yang terdapat dalam air akan memisahkan serat dengan sendirinya 5. Setelah serat terpisah kemudian jemur di terik matahari ± 3-4 jam. 6. Setelah kering serat yang telah terkumpul kemudian di ikat dengan benang dengan jumlah antara 8-12 benang yang memiliki diameter 2,5-3 mm dengan tujuan untuk mimiliki diameter dan tingkat keuletan yang homogen. 3.1. Bahan-bahan yang dibutuhkan 1. Serat asiwung raja 2. Resin poliester Yukalac 157 BQNT-EX Kekuatan tarik : 12.07 Mpa Modulus elastisitas : 1.18 Mpa Massa jenis : 1.19 gram/cm 3 Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 389

Gambar 2. Pengolahan serat asiwung raja. B. Pembuatan Komposit Berpenguat Serat Asiwung Raja Proses pembuatan komposit dilakukan sebagai berikut : 1. Menyiapkan bahan-bahan yang akan di gunakan dalam pengerjaan pembuatan material komposit. 2. Peralatan yang digunakan yang menunjang dalam pengerjaan pembuatan material komposit. 3. Menghitung ketebalan lamina 4. Menghitung fraksi berat dan volume bahan. Setelah diketahui fraksi berat dan volume untuk serat untuk satu cetakan (250 x 300 x 15 mm dan 250 x 300 x 15 mm). Maka lembaran-lembaran serat dapat dibagi sesuai dengan dimensi panjang dan lebar cetakan. 5. Cetakan kaca dilapisi dengan wax secara merata agar lamina kulit mudah dilepas dari cetakan. 6. Kemudian resin yang telah diukur sesuai dengan tabel di atas dicampur dengan katalis dengan perbandingan 1 lt resin : 10 ml katalis, hal ini dilakukan supaya proses polimerisasi tidak terlalu cepat sehingga gelembung yang muncul dan terperangkap dalam matriks bisa dikeluarkan dengan cara ditekan-tekan dalam waktu yang cukup lama. 7. Resin yang telah diberi katalis dicampur/diaduk dengan menggunakan mixer pada putaran rendah selama 2 menit, tujuannya supaya proses pencampuran resin dan katalis merata dengan putaran adukan yang konstan. Kemudian diamkan selama ± 4 menit agar gelembung udara dapat terlepas keluar. 8. Metode pembuatan material komposit menggunakan metode woven roving, yaitu serat asiwung raja yang dia nyam saling tegak lurus membentuk seperti tikar. Pada proses pembuatan lamina, perbandingan volume antara serat asiwung raja dengan resin yang digunakan adalah sekitar 35 40 % serat asiwung raja dan 55 60 % resin polyester. 9. Menuangkan campuran resin, cobalt dan katalis ke dalam cetakan sebanyak 1/2 dari total campuran lamina, lalu diratakan dengan kuas. 10. Kemudian bingkai anyaman serat asiwung raja pada sisi-sisinya lalu diletakkan di atas cairan resin dalam cetakan. Untuk menghilangkan gelembung udara yang terperangkap maka lamina harus ditekan-tekan sehingga gelembung udara bisa keluar. 11. Menuangkan sisa campuran resin, cobalt dan katalis ke dalam cetakan sebanyak 1/2 dari total campuran lamina, lalu diratakan dengan kuas. 12. Selanjutnya tutup cetakan diletakan di atas lamina untuk meratakan permukaan lamina. 13. Setelah ± 9 jam atau lamina material komposit benar-benar kering, material boleh dikeluarkan dari cetakan. 14. langkah yang sama juga dilakukan untuk pembuatan spesimen kuat impak. 3.4. Parameter Penelitian Penelitian ini difokuskan untuk mencari nilai kekuatan dari perbedaan arah serat setelah proses uji impak dan uji tekuk. 1. Parameter tetap Parameter tetap dalam penelitian ini adalah ASTM D-790 untuk pengujian tekuk dan ASTM D-256 untuk pengujian impak. Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 390

Perbandingan hasil pengujian dengan Gambar 3. Spesimen uji tekuk a. Standard Pengujian : ASTM D-790 b. Ukuran Spesimen : Panjang : 300 mm Lebar : 30 mm Ketebalan : 15 mm Gambar 4. Spesimen uji impak a. Standar Pengujian : ASTM D-256 b. Ukuran Spesimen : Panjang : 135 mm Lebar : 15 mm Ketebalan : 15 mm 2. Parameter Perubah Menggunakan arah serat bersilangan 0, 22,5 dan 45 3.5. Flow Chart Pada penelitian ini, penulis membagi pekerjaan menjadi beberapa tahap seperti yang ditunjukan pada gambar diagram alir metodologi penelitian berikut. DATA PRIMER Pengambilan serat Asiwung Raja pada bantaran kali cimanuk Indramayu 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam hal ini akan dibahas masalah masalah yang berkaitan dengan proses pembuatan spesimen yang meliputi kebutuhan serat dan resin untuk membentuk sebuah lamina, sampai pada hasil dari pengujian spesimen pengujian, tekuk dan impak. 4.1. Konfigurasi Serat dan Resin Pembentuk Lamina Tabel 2. Tabel konfigurasi serat dan resin sudut 0º, 22.5 º dan 45º Ukuran Lamina ( 250 x 300 x 15 mm ) Konfigurasi Berat (gram) Berat Total (gram) Resin 143.50 Serat Asiwung Raja 78.37 Resin 143.50 Serat Asiwung Raja 78.37 Resin 143.50 Serat Asiwung Raja 78.37 Resin 143.50 Serat Asiwung Raja 78.37 Resin 143.50 Cobalt 12 (cc) 15.00 Katalis (cc) 15.00 Wax (gram) 15.00 Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 391 Uji Tekuk MULAI Studi literatur dan pengumpulan data Proses pembuatan specimen material komposit Pengujian material komposit DATA SEKUNDER Buku Jurnal Diskusi Internet Uji Impak 1030.98 Tabel 2. Menunjukan konfigurasi antara serat, resin, katalis, cobalt dan wax yang dibutuhkan dalam membentuk suatu lamina dengan ukuran ( 250 x 300 x 15 ) mm. Adapun ukuran satuan yang digunakan adalah dalam gram, dan jenis serat penguat adalah jenis serat Asiwung Raja. 4.2. Data Hasil Pengujian Spesimen Data Hasil Pengujian Spesimen diambil dari pengujian material di laboratorium. Pengujian kuat tekuk (bending) dan uji impak komposit lamina ini dilakukan pada Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dengan mengacu pada standar ASTM D-790 untuk uji tekuk pada komposit lamina dan ASTM D-256 untuk uji impak metode charpy pada material komposit mengenai metode pengujian kuat material komposit di Laboratorium. 4.2.1. Pengujian Tekuk Pada data hasil pengujian tekuk (bending test) diambil dari sample hasil yang menunjukan besarnya harga gaya beban max saat menekuk. Pengujian tekuk tersebut didapatkan nilai beban

Newton maksimal yang dapat diterima oleh material (ρ max) dan kuat tekan ( ). 1000 800 600 Nilai tertinggi beban maximum 940 730 660 400 200 0 0 22,5 45 variasi Sudut ( ) Gambar 5. Spesimen uji tekuk sebelum dan sesudah di lakukan pengujian Berikut ini merupakan hasil dari perhitungan data yang didapat pada saat pengujian tekuk sebagai berikut: Tabel 3. Tabel hasil pengujian bending No t (mm) b W (mm) (mm) Ls (mm) ρ beban (N) σfs Kuat Tekan Elastisitas (Mpa) MoE (Mpa) 0.00 15.71 30.04 450.60 250 940 47.55 2921.72 22.50 14.78 30.10 451.50 250 730 41.63 2343.63 45.00 14.22 30.08 451.20 250 660 40.69 2044.42 Keterangan : t = Tebal spesimen b = Lebar spesimen W = Luas penampang spesimen Ls = Jarak antara dua penumpu ρ = Tegangan lentur maksimal MoE = Modulus Elastisitas Dari Tabel 3, dapat diketahui nilai kekuatan beban maksimal (ρ max) yang dapat diterima oleh tiap-tiap varian material komposit sebagai berikut : Gambar 6. Nilai tertinggi beban maximum uji tekuk Dari Gambar 6, diketahui nilai kekuatan beban maksimal (ρ max) yang dapat diterima oleh tiap-tiap varian material komposit sebagai berikut : a. Komposit asiwung raja sudut 0.00 nilai ρmax sebesar 940. b. Komposit asiwung raja sudut 22.50 nilai ρmax sebesar 730. c. Komposit asiwung raja sudut 45.00 nilai ρmax sebesar 660. Sedangkan nilai tertinggi kuat tekan maksimal yang dapat diterima oleh tiap-tiap varian material komposit sebagai berikut : 50,00 48,00 46,00 44,00 42,00 40,00 38,00 36,00 Nilai Tertinggi kuat tekan 47,55 41,63 0 22,5 45 Variasi Sudut ( ) 40,69 Gambar 7. Nilai tertinggi kuat tekan tiap sudut uji tekuk Dari grafik yang ditunjukkan oleh gambar 7, dapat diketahui nilai tertinggi kuat tekan yang dapat diterima oleh tiap-tiap varian material komposit sebagai berikut : Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 392

a. Komposit asiwung raja sudut 0.00 nilai tertinggi kuat tekan sebesar 47.55 b. Komposit asiwung raja sudut 22.50 nilai tertinggi kuat tekan sebesar 41.63 c. Komposit asiwung raja sudut 45.00 nilai tertinggi kuat tekan sebesar 40.69 Selain nilai kuat tekan, hal yang dapat dicari setelah diketahui nilai beban maksimal (ρmax) adalah nilai modulus elastisitas (MoE). Nilai tertinggi modulus elastisitas dapat diketahui oleh tiap-tiap spesimen material komposit sebagai berikut : 3500,00 3000,00 2500,00 2000,00 1500,00 1000,00 500,00 0,00 Nilai tertinggi Modulus Elastisitas 2921,72 2343,63 0 22,5 45 Variasi Sudut ( ) 2044,42 Gambar 8. Nilai tertinggi modulus elastisitas tiap sudut Dari grafik yang ditunjukkan oleh gambar 8, dapat diketahui nilai tertinggi modulus elastisitas yang dapat diterima oleh tiap-tiap varian material komposit sebagai berikut : a. Komposit asiwung raja sudut 0.00 nilai tertinggi modulus elastisitas sebesar 2921.72 b. Komposit asiwung raja sudut 22.50 nilai tertinggi modulus elastisitas sebesar 2343.63 c. Komposit asiwung raja sudut 45.00 nilai tertinggi modulus elastisitas sebesar 2044.42 4.2.2. Pengujian Impak Pada data hasil pengujian impak diambil dari sampel hasil pengujian yang hasilnya berupa grafik yang menunjukan besar gaya patah pada saat beban pukul mematahkan spesimen. Berikut merupakan table hasil perhitungan data yang didapat saat pengujian impak. Gambar 9. Spesimen uji impak sebelum dan sesudah di lakukan pengujian Tabel 4. Tabel hasil uji impak charpy NO t b A Sudut (mm) (mm) (mm 2 ) (β) (Joule) (J/mm 2 ) 0.00 10.20 15.21 155.14 24.50 7.00 0.045 P Nilai Ulet 22.50 10.37 10.37 150.68 25.25 6.10 0.041 45.00 10.40 10.40 147.26 26.00 5.20 0.036 Keterangan : J/mm 2 t = Tebal spesimen b = Lebar spesimen A = Luas penampang specimen Sudut β = sudut setelah hammer mematahkan specimen 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 Nilai tertinggi Keuletan Tiap Sudut 0,045 0,041 0.00 22.50 45.00 variasi Sudut ( ) 0,036 Gambar 10. Nilai tertinggi keuletan tiap sudut uji impak Hasil yang didapat dari pengujian impak menunjukkan bahwa nilai tertinggi keuletan impak (J/mm 2 ) pada nilai tertinggi varian komposit lamina, seperti yang ditujukan pada gambar 10 diatas adalah: a. Komposit asiwung raja sudut 0.00 nilai tertinggi keuletan impak sebesar 0.045 J/mm 2 Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 393

b. Komposit asiwung raja sudut 22.50 nilai tertinggi keuletan impak sebesar 0.041 J/mm 2 c. Komposit asiwung raja sudut 45.00 nilai tertinggi keuletan impak sebesar 0.036 J/mm 2 4.2.3. Perbandingan Hasil Uji Terhadap Peraturan BKI Pada Rules And Regulation For The Classification And Construction For Ship Of Fiberglass Reinforced Plastic, Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), section 1.3.4.1 menyatakan bahwa untuk kapal kapal FRP dengan bahan penguat fiberglass yang diisi oleh serat penguat baik itu dengan proses hand lay up dan lain sebagainya harus memiliki standar kekuatan kuat tekan sebesar 150 dan modulus elastisitas minimal sebesar 6860. Dalam aturan BKI diatas, hanya ditentukan persyaratan material komposit berdasarkan hasil uji tekuk (bending test), sehingga hasil uji impak hanya memberikan info tentang kekuatan material terhadap energi impak. Berdasarkan persyaratan BKI seperti yang telah disebutkan diatas dan membandingkan nilai hasil uji tekuk dan masing-masing variasi komposit lamina, dapat dilihat pada gambar 11 dan gambar 12 dibawah 200 150 100 50 0 Perbandingan Kuat Tekan Dengan Standar BKI Kuat Tekan 47,55 41,63 Per Varian 40,69 0 22,5 45 variasi Sudut ( ) Gambar 11. Perbandingan kuat tekan tiap sudut dengan rules bki Mengacu pada persyaratan BKI dan membandingkan nilai hasil uji tekuk dari masing masing variasi komposit lamina dapat dilihat pada gambar bahwa seluruh variasi komposit BKI lamina tidak ada yang memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan BKI. Hasil pada varian komposit lamina pada nilai tertinggi specimen uji, seperti yang ditujukan pada gambar 11 diatas adalah : a. Untuk komposit asiwung raja sudut 0.00, selisih kuat tekannya 102.45 atau 68.30 % lebih kecil dari standar BKI b. Untuk komposit asiwung raja sudut 22.50, selisih kuat tekannya 108.37 atau 72.25 % lebih kecil standar dari BKI c. Untuk komposit asiwung raja sudut 45.00, selisih kuat tekannya 109.31 atau 72.87 % lebih kecil standar dari BKI Perbandingan MoE Dengan Standar BKI 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2921,72 2343,63 2044,42 0 22,5 45 Variasi Sudut ( ) MoE BKI MoE Per Varian Gambar 12. Perbandingan modulus elastisitas tiap sudut dengan rules BKI Mengacu pada persyaratan BKI dan membandingkan nilai modulus elastisitas hasil uji tekuk dari masing masing variasi komposit lamina dapat dilihat pada gambar bahwa seluruh variasi komposit lamina tidak ada yang memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan BKI. Hasil pada varian komposit lamina pada nilai tertinggi specimen uji, seperti yang ditujukan pada gambar 12 diatas adalah : a. Untuk komposit asiwung raja sudut 0.00, modulus elastisitasnya selisih 3938.28 atau 57.40 % lebih kecil dari standar BKI b. Untuk komposit asiwung raja sudut 22.50, modulus elastisitasnya selisih 4516.37 atau 65,84 % lebih kecil dari standar BKI Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 394

c. Untuk komposit asiwung raja sudut 45.00, modulus elastisitasnya selisih 4815.58 atau 70,20 % lebih kecil dari standar BKI 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan penulis maka dapat diambil beberapa kesimpulan pada akhir penulisan sebagai berikut : 1. Hasil dari uji tekuk dan impak pada seluruh varian material komposit sandwich yaitu, varian dengan sudut 0.00 menghasilkan kekuatan tertinggi dengan nilai kuat tekuk sebesar 47.55 modulus elastisitas sebesar 2921.72 dan keuletan impak sebesar 0.045 J/mm 2, kemudian dari hasil pengujian tersebut dibandingkan dengan syarat dari BKI, dari seluruh spesimen yang di uji tidak ada yang memenuhi persyaratan minimal BKI kuat tekan dan modulus elastisitas uji tekuk. 2. Dari hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa arah sudut serat daun asiwung raja mempengaruhi besar kecilnya kuat tekuk dan modulus elastisitas semakin kecil sudut variasi yang di uji semakin besar nilai kuat tekuk dan modulus elastisitas nya begitupun sebalik nya semakin besar sudut variasi yang di uji semakin kecil nilai kuat tekuk dan modulus elastisitas nya. Kesimpulan tersebut dapat dilihat pada gambar grafik 7 dan 8 dengan nilai kuat tekan sudut 0 sebesar 47.55 sudut 22.5 sebesar 41.63 dan sudut 45 sebesar 40.69 kemudian nilai modulus elastisitas sudut 0 sebesar 2921.72 sudut 22.5 sebesar 2343.63 dan sudut 45 sebesar 2044.42 5.2. Saran Dalam penelitian ini penulis merasa masih banyak kekurangan, untuk peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan hal hal berikut : 1. Untuk pembuatan serat penguatnya disarankan harus lebih teliti memilih serat daun asiwung raja karena sulitnya mengeluarkan serat dari dalam Asiwung Raja tersebut menyebabkan ukuran serat yang berbeda beda. 2. Untuk pembuatan spesimen uji ini masih dilakukan secara hand lay up sehingga perbedaan hasil uji nampak sangat drastis, ini disebabkan terjadi ketidak homogen nya campuran perbandingan antara serat dan resin sehingga untuk peneletian selanjut nya penulis menyarankan untuk melakukan pembuataan spesimen kepada pekerja yang sudah berpengalaman. 3. Pada penelitian ini hanya mengkaji orientasi arah serat saja, sehingga disarankan pada penelitian selanjutnya agar memperhitungkan mengenai presentase fraksi volume serat dan variasi serat (dianyam). 4. Dari kesimpulan di ketahui bahwa hasil dari pengujian cukup jauh dari standar klas BKI sehingga untuk penggunaan hasil jadi komposit ini di sarankan digunakan untuk pengganti komponen pada kapal misalnya kursi, meja, furniture dan panel-panel yang tidak begitu membutuhkan kekuatan yang besar. 5. Pada penelitian ini penulis hanya membandingkan hasil pengujian dengan klas BKI untuk penelitian selanjut nya penulis menyarankan untuk melakukan pengujian dengan menggunakan standar pengujian lain seperti JIZ, SNI serta klasifikasi lainnya seperti DNV, ABS, GL NK dan lain sebagainya. 6. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Annual Book ASTM Standart, USA. Biro Klasifikasi Indonesia,1996. Rules and Regulation for The Classification and Construction of Ships Ellyawan. 2008. Panduan Untuk Komposit. dipetik maret 2012 dari http:// www.ellyawan.dosen.akprind.ac.id Gibson, R. F. (1984). Pinsiple of Composite Material Mechanics. New York: Mc Graw Hill. Hartono Yudo, Sukanto Jatmiko, 2008 Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 395

Analisa Teknis Kekuatan Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Ampas Tebu (Baggase) Ditinjau dari Kekuatan Tarik dan Impak Jurnal Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Kristanto, 2007 Analisa Teknis dan Ekonomis Penggunaan Serat Ijuk Sebagai Alternatif Bahan Komposit Pembuatan Kulit Kapal Ditinjau Dari Kekuatan Tarik.Tugas Akhir Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro K. Van Rijswijk, W.D Brouwer and A. Beukers, 2001 Application of Natural Fibre Composites In The Development of Rural Societies, Structures and Materials Laboratory, Faculty of Aerospace Engineering, Delft University of Technology Sarjito Jokosisworo, 2009 Pengaruh Penggunaan Serat Kulit Rotan Sebagai Penguat Pada Komposit Polimer Dengan Matriks Polyester Yukalac 157 Terhadap Kekuatan Tarik dan Dan Tekuk Jurnal Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jurnal Teknik Perkapalan Vol. 5, No. 2 April 2017 396