BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan bank dan industri keuangan non bank (asuransi, dana pensiun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Solvabilitas terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agent (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang. Hal ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang go public,

BAB I PENDAHULUAN. satunya berdampak pada peningkatan permintaan akan Audit Delay laporan

BAB I PENDAHULUAN. investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi principal, dan principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh kontinjensi, jenis industri, ukuran perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. switching dalam memprediksi audit delay. Teknik analisis data yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan penerbitan pengumuman laba (earnings pronouncement). menyelesaikan auditnya. Menurut Halim (2000) Audit delay atau dikenal

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi audit delay diantaranya adalah hasil yang penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien. Pasar modal di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya yang bermanfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja perusahaan dalam mengelola sumber daya yang terdapat di perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono ketepatwaktuan informasi. relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan

BAB II 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal

BAB II. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian. Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan terjadi ketika adanya

BAB I PENDAHULUAN. mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Menurut IAI dalam. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. berpendapat bahwa harus dibutuhkannya aturan-aturan dalam akuntansi yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan. perusahaan (Widosari dan Rahardja, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. 1. Ni Wayan Rustiarini dan Ni Wayan Sugiarti (2013)

BAB I PENDAHULUAN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1). Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi permintaan audit terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan

DAFTAR PUSTAKA. Agoes, Sukrisno Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi-informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Agency theory menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (manajemen) dengan principal (pemegang saham). Principal merupakan pihak

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, laporan. Pengertian laporan keuangan ada berbagai macam, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Sehingga banyaknya perusahaan yang go public membuat

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan manajemen perusahaan dan juga digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan bermanfaat bagi pengguna bila disajikan secara akurat

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. internal yang mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Setiap perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit. yang go public selanjutnya ternyata tidak mudah, hal ini dikarenakan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB I PENDAHULUAN. (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Namun demikian, informasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Belkaui dalam Wicaksono,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang profesional. Saat ini banyak perusahaan yang sudah go public maka

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

BAB I PENDAHULUAH. pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaporan keuangan adalah laporan keuangan itu sendiri. Menurut Belkaui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hingga tanggal diselesaikan laporan auditor independen. Apabila audit report

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: terhadap Audit Delay tidak terdukung. Dengan demikian profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pihak (Halim, 2001). Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan (Yendrawati dan Rokhman 2008, dalam Dewi, 2013). laporan dalam membuat keputusan-keputusan pertanggungjawaban

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian di tahun 2011 yaitu sebesar 6,5 %, lebih baik bila

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam setiap pembuatan keputusan yang dilakukan perusahaan Go Public di. operasi perusahaan Husnan, (dalam Kusumo, 2011).

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara manajemen (agent) dengan pemilik (principical). Agen diberi wewenang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti manajemen, pemegang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. badan regulasi pasar modal (Bapepam). Tujuan laporan keuangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan setiap perusahaan yang going-public. Laporan keuangan ini juga

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agency Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen dengan principal. Dalam teori keagenan, agen memilki peran sebagai pengambil keputusan menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi principal, dan principal menutup kontrak untuk memberikan imbalan kepada agen. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam teori keagenan mendefinisikan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Inti dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi (Sebayang, 2014). Principal dalam penelitian ini adalah perusahaan, sedangkan yang berperan sebagai agen adalah auditor (Aditya, 2014). Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan sedangkan auditor menjalin kontrak kerjasama untuk mengaudit laporan keuangan dengan perusahaan. Penyajian laporan 12

13 keuangan auditan memberikan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan pengguna laporan keuangan lainnya untuk pembuatan keputusan. Oleh karena itu, peningkatan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. 2.2 Laporan Keuangan Semua perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib mempublikasikan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah di audit oleh Kantor Akuntan Publik. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis dan investasi yang dilakukan oleh sebuah entitas dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan menurut Baridwan (2004) adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Menurut Mulyadi (2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menerimanya, bila ada yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan laporan keuangan menurut IAI adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan (Baridwan, 2004). Terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut IAI (2009), yaitu:

14 a) Dapat Dipahami Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya. b) Relevan Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. c) Keandalan Informasi akan bermanfaat jika informasi tersebut andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. d) Dapat Dibandingkan Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan.

15 Laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan yang tidak hanya berguna bagi internal perusahaan tetapi juga dibutuhkan oleh para eksternal pemakai laporan keuangan yang digunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. 2.2.1 Manfaat Laporan Keuangan Manfaat laporan keuangan biasa digunakan oleh para pengguna informasi keuangan. Berikut adalah para pengguna laporan keuangan dan manfaatnya (Kartika, 2011): 1. Investor Untuk membantu menentukan tindakan apakah yang harus dilakukan di dalam melakukan penilaian investasi perusahaan. 2. Pemegang saham Untuk memperoleh informasi mengenai harga saham dan transaksitransaksi lainnya sangat dibutuhkan para pemegang saham dalam menentukan keputusan yang dapat mempengaruhi kestabilan harga saham. 3. Manager Harus memegang kendali tentang hak dan kewajiban mereka. Hak dan kewajiban tersebut akan dilaksanakan oleh manajemen berdasarkan laporan keuangan. 4. Karyawan Merupakan salah satu faktor untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Mereka tertarik kepada informasi mengenai stabilitas,

16 profitabilitas serta informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuannya dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiuin dan kesempatan kerja. 5. Pemerintah Berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan, seperti halnya dalam menetapkan kebijaksanaan pajak serta sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional. 6. Masyarakat Laporan keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan dan rangkaian aktivitasnya. 2.2.2 Peraturan Laporan Keuangan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor X.K.2 lampiran keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-346/BL/2011 mengenai penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik. Untuk memberikan informasi yang cepat dan relevan bagi pengguna laporan keuangan suatu emiten, BAPEPAM mewajibkan bagi seluruh perusahaan yang terdaftar di pasar modal untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tepat waktu dan disertai dengan laporan auditor independen dan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat

17 dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu (Asthon dkk dalam Lucyanda dan Nura ni 2013). 2.3 Audit dan Standar Audit 2.3.1 Definisi Audit Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara tingkat pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2009). Auditing dapat diartikan sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut (Agoes, 2012) Berdasarkan pengertian audit di atas dapat disimpulkan, bahwa pengauditan adalah proses pemeriksaan dan pengumpulan bukti-bukti mengenai informasi tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

18 2.3.2 Tujuan Audit Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (Mulyadi, 2009). 2.3.3 Standar Audit Standar audit adalah suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit. Standar Audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntansi Publik Indonesia, sebagai berikut (IAI, 2011) : a) Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b) Standar Pekerjaan Lapangan. 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

19 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c) Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

20 Dengan adanya standar tersebut, auditor membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam melaksanakan proses audit laporan keuangan, karena auditor harus melakukan beberapa standar untuk memastikan bahwa alat bukti yang diperoleh benar-benar relevan dan dapat mendukung pemberian opini atas laporan keuangan perusahaan. 2.4 Audit delay Audit delay yaitu jarak waktu antara keluarkannya laporan keuangan perusahaan dengan laporan keuangan yang telah diaudit, Audit delay merupakan lamanya/rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit (Kartika, 2011). Audit delay diukur dengan menghitung jumlah hari dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan ditandatanganinya laporan keuangan auditan (Anisma dkk, 2014). Hal ini sesuai dengan definisi Rachmawati (2008) audit delay merupakan rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. 2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay 2.5.1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya aset atau

21 kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan Prabowo dan Marsono (2013). Sedangkan menurut Togasima dan Christiawan (2014) memaparkan bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Namun menurut Damiari dan Ulupui (2014), ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dapat dilihat dari beberapa segi seperti total aset, total penjualan, total kapitalisasi pasar dan sebagainya. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu skala yang dapat dilihat dari berbagai segi total aset, total aktiva dan lain-lain yang berkorelasi tinggi. Berdasarkan peraturan ketua bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyatakan bahwa perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva 100 Milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya > 100 Milyar 2.5.2 Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan (Indriyani dan Supriyati, 2012).

22 Profitabilitas menggambarkan tingkat efektivitas kegiatan operasional yang dapat dicapai perusahaan. Tingkat keuntungan merupakan salah satu cara menilai keberhasilan efektivitas perusahaan yang berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan dalam periode berjalan (Kartika, 2011). Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat. Menurut Rachmawati (2008), apabila profitabilitas perusahaan rendah maka auditor akan melakukan tugas auditnya dengan lebih hati-hati karena adanya resiko bisnis yang lebih tinggi sehingga akan memperlambat proses audit dan menyebabkan penyelesaian laporan auditan yang lebih panjang. Menurut Togasima dan Christiawan (2014) profitabilitas pada umunya dapat diukur dengan rasio Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE). Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) rasio NPM diukur dengan cara membagi laba bersih dengan penjualan, NPM diukur dengan rumus : Net Profit Margin = Net Profit Sales Revenue Menurut Prihadi (2008: 68) Return On Asset yaitu mengukur tingkat laba terhadap asset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut, dimana persentase rasio ini dinyatakan oleh rumus sebagai berikut: Return on asset = Laba bersih setelah pajak Total Aset x 100%

23 Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan, Return on equity dapat dihitung dengan rumus (Sawir 2009:20): Return on equity = Net Profit Equity 2.5.3 Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Menurut Andika (2015), likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki risiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya gagal bayar atas utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan (Listiana dan Susilo, 2012). Riyanto (2008) dalam Romanika (2013) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya penyediaan dana bagi penarikan pinjaman yang disetujui atau penarikan atas kelonggaran tarik pinjaman, sedangkan kewajiban yang timbul dari sisi pasiva atau liabilitas misalya penyediaan dana bagi penarikan tabungan dan simpanan lainnya oleh nasabah (Natsir, 2012). Rasio likuiditas dapat

24 memberikan informasi tentang kondisi keuangan bank tersebut, apabila rasio yang ditunjukkan kecil maka kondisi keuangan bank dapat mengkhawatirkan karena dengan minimnya likuiditas yang dimiliki bank maka akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran apabila nasabah melakukan penarikan uang, namun sebaliknya apabila kondisi likuiditas terlalu besar maka dapat dikatakan perusahaan mengalami over likuid karena dana yang seharusnya dapat diberdayakan belum atau mungkin tidak digunakan secara maksimal sehingga tidak ada penghasilan yang diperoleh (Kasmir, 2004). Menurut Dendawijaya (2003) adapun beberapa rumus untuk menghitung tingkat likuiditas perbankan yaitu : 1. Cash Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah atau deposan pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Cash Ratio = Alat likuid Pinjaman yang harus segera dibayar x 100% 2. Loan to Deposit (LDR) Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

25 sumber likuiditasnya. Loan to Deposit Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut: LDR = Jumlah kredit yang diberikan Total dana pihak ketiga x 100% 3. Loan to Assets Ratio (LAR) Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. LAR merupakan perbandingan antar besarnya kredit yang diberikan bank dengan besarnya total asset yang dimiliki bank. Loan to Assets Ratio dihitung dengan rumus dengan: LAR = Jumlah kredit yang diberikan Jumlah asset x 100% 2.5.4 Opini Audit Opini audit merupakan pendapat yang diberikan auditor atas laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses audit (Kusumawardani, 2013). Opini audit adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum (Mulyadi, 2009). Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih jenis pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan.

26 Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi, 2009) yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini: a. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan. b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan. c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language) Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas.

27 Berbagai penyebab paling penting adanya tambahan bahasa penjelas : a. Adanya ketidakpastian yang material. b. Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan. c. Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut: a. Lingkup audit dibatasi oleh klien. b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. d. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan

28 secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion). Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan auditor atas laporan keuangan yang digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode tertentu sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

29 2.6 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Variabel yang mempengaruhi audit delay 1 Anisma dkk (2014) 1. Ukuran Perusahaan 2. Profitabilitas 3. Solvabilitas 4. Opini audit 5. Ukuran KAP 2 Arizal Latif Fiatmoko dan Indah Anisykurlillah (2015) 1. Ukuran Perusahaan 2. Laba Rugi Operasi 3. Ukuran KAP 4. Opini auditor Hasil Penelitian Profitibalitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Ukuran KAP, dan Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan ukuran kantor akuntan publik, laba/rugi operasi dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. 3 Andi Kartika (2009) 4 I Gusti Ayu Puspita Sari Ningsih dan Ni Luh Sari Widhiyani (2015) 1. Ukuran Perusahaan 2. Profitabilitas 3. Laba rugi operasi 4. Opini auditor 5. Reputasi Auditor 1. Ukuran Perusahaan 2. Laba Rugi Operasi 3. Solvabilitas 4. Komite audit Ukuran perusahaan, laba rugi operasi, berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sedangkan Opini audit berpengaruh positif terhadap audit delay. Profitabilitas dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay Ukuran Perusahaan dan Laba Rugi Operasi berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sedangkan Solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay. Dan komite audit tidak berpengaruh terhadap audit delay

30 5 Listiana dan Susilo (2012) 1. Tipe Laporan Keuangan 2. Profitabilitas 3. Likuiditas 4. Rasio Utang 5. Pergantian auditor 6 Romanika (2013) 1. Solvabilitas 2. Likuiditas 3. Rasio hutang Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay. Dan rasio utang memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Sedangkan tipe laporan keuangan, likuiditas, pergantian auditor tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Solvabilitas dan rasio hutang berpengaruh positif terhadap audit delay. Dan likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit delay, 2.7 Kerangka Pemikiran Audit delay adalah lamanya waktu yang dibutuhkan auditor untuk menghasilkan laporan audit atas kinerja keuangan suatu perusahaan. Semakin lama auditor menyelesaikan laporan auditnya maka akan menyebabkan semakin lama penyampaian laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit, sehingga dapat mengurangi manfaat dari laporan keuangan tersebut. Beberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap audit delay dalam penelitian ini antara lain adalah Ukuran perusahaan, profitabilitas, Likuiditas dan Opini Audit. Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu diatas maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

31 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Ukuran Perusahaan (X1) Profitabilitas (X2) Likuiditas (X3) Opini Audit (X4) H2 (-) H3 (-) H1 (+) H4 (-) Audit Delay (Y) 2.8 Hipotesis Penelitian 2.8.1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Puspitasari dan Sari (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai total aset yang lebih besar akan menyelesaikan audit lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai total asset yang lebih kecil, hal ini dikarenakan jumlah transaksi dan sampel yang harus diambil semakin besar serta semakin banyak prosedur audit yang harus ditempuh. Menurut Aditya (2014) auditor dalam mengaudit perusahaan dengan aset yang lebih besar akan memerlukan waktu audit yang lebih panjang, hal ini dikarenakan dalam menafsirkan segala aset perusahaan yang lebih besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan menghitung aset perusahaan dengan aset yag kecil.

32 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dan Sari (2012), Purnamasari (2012), Prabowo dan Marsono (2013), Damiari dan Ulupui (2014) dan Rachmawati (2008) menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Arah hubungan yang timbul antara ukuran perusahaan terhadap audit delay adalah positif, karena apabila perusahaan yang diaudit memiliki aset yang lebih besar maka audit delay semakin lama. Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah: H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.8.2 Profitabilitas Tingkat profitabilitas yang lebih rendah akan memacu kemunduran publikasi laporan keuangan auditan. Perusahaan publik yang mengumumkan tingkat profitabilitas yang rendah cenderung mengalami penerbitan laporan keuangan auditan dari auditor yang lebih panjang daripada perusahaan non publik (Kartika 2009). Ini berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan pasar terhadap pengumuman tersebut. Jadi, semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin pendek audit delaynya. Suatu laba yang dapat dikatakan merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berupa berita baik (Arifatun 2013). Dengan demikian, perusahaan yang memperoleh laba cenderung akan lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Penelitian Listiana dan Susilo (2012), Arifatun (2013), Anisma (2014),

33 Ariyani dan Budhiarta (2014) juga menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay. Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah: H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay 2.8.3 Likuiditas Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) emiten untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh rasio lancar yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan kinerja yang baik sehingga pihak manajemen cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangannya (Romanika 2013). Hasil penelitian, Kurniawati (2015) dan Romanika (2013) membuktikan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay. Arah hubungan yang timbul antara likuiditas terhadap audit delay adalah negatif, karena apabila perusahaan memiliki likuiditas tinggi audit delay-nya akan lebih singkat. Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah: H3 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit delay 2.8.4 Pengaruh opini audit terhadap audit delay Opini audit merupakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Perusahaan yang mendapat unqualified opinion menunjukkan laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan buktibukti pendukung sehingga audit delay menjadi lebih singkat. Sedangkan

34 perusahaan yang mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian auditor membutuhkan waktu lebih lama dalam melaksanakan proses audit karena harus memberikan perhatian lebih terhadap akun-akun tertentu (Lucyanda dan Nura ni, 2013). Hasil penelitian Aditya (2014), Arifatun (2013), Purnamasari (2012) dan Sumartini dan Widhiyani (2014) membuktikan bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Arah hubungan yang timbul antara opini audit terhadap audit delay adalah negatif, karena apabila perusahaan mendapat opini unqualified maka audit delay akan berkurang dibandingkan perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified. Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah: H4 : Opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay.