BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN. Kriteria utama untuk mengajar dengan efektif ialah apakah mengajar itu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keberanian, siswa akan senantiasa untuk mau mencoba hal-hal yang baru,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

Juli Mania Sembiring 1, Edy Surya 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB 1 PENDAHULUAN. Prestasi Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang menukung opini ini, seperti:

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah dalam kehiupan sehari-hari. Misalnya dapat berhitung,

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas belajar merupakan hal penting yang wajib dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Permendiknas tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu materi mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah adalah

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VIIIC

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah adalah masih adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi. Kegiatan pembelajaran di kelas sering textbook oriented dan kurang dikaitkan dengan likungan dan situasi dimana siswa berada. Seringkali kegiatan kelas melalui metode ceramah dan diikuti dengan latihan mengerjakan soal-soal atau pemberian tugas rumah. Hal ini dapat membuat siswa sering merasa bosan dan motivasi belajarnya juga menurun. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu ada kegiatan pelatihan atau penyelenggaraan bagi guru-guru agar lebih mendalami berbagai metode dan teknik yang nantinya dapat mereka terapkan di kelas masingmasing. Melalui pelatihan yang bersifat learning by doing, yaitu antara lain lebih banyak berupa kegiatan praktek diharapkan guru akan lebih kreatif, dan mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna. Pola pembelajaran dengan teknik yang baervariasi diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dibutuhkan proses pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika diajarkan pada dasarnya untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat. Di samping itu juga agar kepribadian siswa terbentuk serta terampil menggunakan metematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Mayasari (http://www.depdiknas.go.id) bahwa pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan untuk melatih penalaran dan logika berpikir para siswa, sehingga siswa memiliki pola pikir yang sistematis, rasional, logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam menerapkan matematika di kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan, matematika memegang peranan yang cukup penting. Tanpa bantuan matematika, maka semua ilmu pengetahuan tidak akan sempurna. Banyak yang telah disumbangkan matematika untuk kemajuan 1

2 peradaban manusia. Erlangga (http://www.erlangga.co.id/artikel/pendidikan.html, 2006) menyatakan : Matematika sebagai ilmu dasar, memegang peranan yang cukup penting dalam banyak bidang ilmu terapan. Setelah sukses diterapkan dalam bidang astronomi dan mekanika, matematika telah berkembang menjadi alat analisis yang penting dalam bidang fisika dan juga engineering. Dengan demikian matematika telah menjadi komponen esensial dalam kegiatan hidup. Menurut Sudradjat (http://pustaka.unpad.ac.id/archives, 2007) juga dikemukakan bahwa penggunaan matematika dalam bidang industri berkembang pesat, dan matematikawan telah memberikan konstribusi pada keunggulan teknis dan penghematan biaya melalui pemodelan, analisis, dan komputasi yang cerdik. Soeriatmaja (http://www.agmi.or.id, 2006) mengungkapkan : Matematika itu penting. Tanpa matematika, dunia akan hancur. Matematika bisa digunakan untuk kemakmuran negeri ini dan bisa membantu Indonesia keluar dari kondisi krisis, termasuk dalam persoalan linkungan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Cockroft (dalam Abdurrahman, 2002:253) mengatakan bahwa: Matematika perlu diajarkan pada siswa karena: (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Namun pembelajaran matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat anggapan bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Berdasarkan observasi awal (wawancara) yang dilakukan peneliti kepada salah satu guru matematika di SMP SWASTA PAB 10 MEDAN ESTATE

3 diperoleh keterangan bahwa hasil belajar matematika siswa di sekolah tersebut masih rendah serta proses belajar-mengajar yang berlangsung hanya satu arah yaitu hanya guru yang berperan aktif memberikan informasi sedangkan siswa hanya menerima dan pasif, hal tersebut juga dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian, membuat siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap pencapaian kemampuan dan hasil belajar tidak optimal. Seperti yang diungkapkan oleh Marpaung (dalam Kurniawati, 2008: 3) bahwa: Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dapat disebabkan oleh faktor kemampuan guru dalam menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat, misalnya proses pembelajaran yang berpusat pada guru sementara siswa lebih cenderung pasif. Nilai rata-rata dalam mata pelajaran matematika siswa kelas VIII di SMP SWASTA PAB 10 MEDAN ESTATE yakni hanya mencapai 55. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 65. Kriteria Ketuntasan Minimal merupakan target kompetensi yang harus dicapai siswa dan acuan yang menentukan kompeten atau tidaknya siswa. Agar pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga lebih aktif dalam proses pembelajaran maka guru perlu memilih suatu metode pembelajaranyang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat menumbuhkan respon positif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal. Oleh karena itu kretifitas seorang guru dalam mengajar matematika menjadi faktor yang sangat berpengaruh agar matematikam menjadimata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Kreatifitas bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus silatih. Hal yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan metode yang sesuai dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi matematika itu sendiri. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa serta prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Para

4 guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar matematika. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa, salah satunya dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL), seperti yang dikemukakan oleh Nurhadi,dkk (2004 : 13) mengatakan bahwa : Pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinyadengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Hal senada juga diungkapkan oleh University of Washington, 2001 (dalam Trianto, 2009: 105) pembelajaran kontekstual adalah Pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalahmasalah dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata berhubungan dengan peran dan tangung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja. Pendekatan CTL memiliki ada tujuh komponen utama CTL yaitu: (1) kontruktivisme (contructivism), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Salah satu materi pelajaran dalam matematika adalah sistem persamaan linear dua variabel, materi tersebut merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika yang dianggap sulit oleh siswa karena kurangnya pemahaman siswa tentang konsep persamaan linear dua variabel. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu guru bidang studi matematika di SMP SWASTA PAB 10 Medan Estate, Pangondian, S. Pd mengatakan bahwa: Materi tersebut memang pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa di SMP SWASTA PAB 10

5 Medan Estate karena kurang pahamnya siswa tentang konsep dasar persamaan linear dua variabel. Rata-rata yang diperoleh dalam mengerjakan soal adalah 55. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk diteliti yaitu materi sistem persamaan linear dua variabel. Dengan demikian peneliti ingin mencari tahu bagaimana pengaruh pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar siswa sehingga peneliti mengambil judul Pengaruh Pendekatan Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Swasta PAB 10 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Metode mengajar guru yang tidak variatif, sehingga siswa merasakan situasi belajar yang menjemukan. 2. Belum ada pengaruh pendekatan kontekstual (CTL) pada proses belajarmengajar. 3. Rendahnya hasil belajar matematika siswa. 4. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). 5. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). 1.4 Rumusan Masalah

6 Berdasarkan latar belakang dan identifikasi malasah yang telah diuraikan diatas maka, rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar matematika siswa SMP SwastaPAB 10 Medan Estate pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Swasta PAB 10 Medan Estate pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama: 1. Bagi siswa, sebagai pengalaman belajar dalam mengekspresikan agar termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya. 2. Bagu guru, dapat menambah pengetahuan mengenai strategi-strategi pembelajaran baru dalam berbagai materi pembelajaran matematika. 3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memecahkan permasalahan belajar dan mengajar nantinya sebagai guru. 4. Bagi pembaca dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis. 1.7 Defenisi Operasional Adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar matematika siswa adalah nilai matematika yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan.

7 2. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran dimana membantu guru SMP Swasta PAB 10 Medan Estatemengaitkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa SMP Swasta PAB 10 Medan Estatemembuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada materi Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Beberapa komponen utama dari model pembelajaran CTL yang akan diterapkan di SMP Swasta PAB 10 Medan Estate, yaitu: a. Kontruktivisme (Contructivism) Kontruktivisme adalah pengetahuan yang dibangun oleh siswa SMP Swasta PAB 10 Medan Estatesedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. b. Inkuiri (Inquiry) Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa SMP Swasta PAB 10 Medan Estatediharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. c. Bertanya (Questioning) Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dimana siswa SMP Swasta PAB 10 Medan Estatemenggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Masyarakat belajar merupakan proses komunikasi dua arah, dimana jika setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.