PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 1993 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG PADA PIHAK KETIGA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN LANDAK PADA PIHAK KETIGA

TENTANG. c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b diatas, maka perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PADA PIHAK KETIGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 1993 SERI D NO. 2

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2000 SERI B NOMOR SERI 10

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM

TAHUN 2003 NOMOR 18 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KABUPATEN BUTON UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DAN DEPOSITO PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 2 TAHUN

WALIKOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 14 TAHUN 2005 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PENYERTAAN MODAL DAERAH BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN INDRAMAYU. Salinan NO : 2/LD/2011

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR : 6 TAHUN 1992 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

RARANCANGAN) (Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

BUPATI BOMBANA PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PADA PIHAK KETIGA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

Perda No. 8/1994 tentang Penetapan Sisa Perhitungan APBD Kabupaten Dati II Magelang TA 1993/1994.

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PENYERTAAN MODAL DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH PADA PT. JAMKRIDA NTB BERSAING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN BLORA PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR KEPADA KOPERASI PRIMA JASA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG TAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. CITRA NUANSA ELOK (CNE).

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 1993 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II MAGELANG Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Daerah, dalam rangka pelaksanaan otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab, diperlukan upaya - upaya dan usaha - usaha untuk menambah dan memupuk sumber pendapatan Daerah ; b. bahwa penyertaan modal Daerah dimaksud harus ditujukan pada usaha - usaha yang bersifat strategis dan dapat diharapkan manfaatnya baik dalam meningkatkan kegiatan perekonomian Daerah ataupun sebagai salah satu sumber pendapatan Daerah ; c. bahwa dalam rangka pengelolaan serta perkembangan usaha - usaha paningkatan penyertaan modal Daerah pada pihak ketiga dipandang perlu di tuangkan dalam Peraturan Daerah ; d. bahwa berdasarkan Pasal 60 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan usaha-usaha sebagai salah satu sumber pendapatan Daerah yang diatur dengan Peraturan Daerah ; e. bahwa dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tanggal 1 Oktober 1986 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga, telah diatur mengenai tata cara penyertaan modal Daerah pada Pihak Ketiga ; f. bahwa dalam rangka pengelolaan, peningkatan serta perkembangan usaha - usaha penyertaan Modal Daerah Pada Pihak Ketiga, dipandang perlu dituangkan, dan diatur dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok - pokok Pemerintahan di Daerah ; 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah - daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah ; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggung jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ;

2 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1979 tentang Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah ; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang. M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TING-KAT II MAGELANG TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; c. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Magelang; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; e. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; f. Modal Daerah adalah Kekayaan Daerah ( yang belum dipisahkan ) baik berwujud uang maupun barang yang dapat dinilai dengan uang seperti tanah, bangunan, mesin - mesin, inventaris, surat - surat berharga, fasilitas dan hak - hak lainnya ; g. Penyertaan Modal Daerah adalah setiap usaha dalam menyertakan Modal Daerah pada suatu usaha bersama dengan fihak ketiga, dan atau pemanfaatan modal Daerah oleh Pihak Ketiga dengan suatu imbalan tertentu ; h. Pihak Ketiga adalah instansi atau Badan Usaha dan atau perorangan yang berada di luar Organisasi Pemerintah Daerah antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Usaha Koperasi, Swasta Nasional dan atau Swasta Asing yang tunduk pada Hukum Indonesia. BAB II T U J U A N Pasal 2 ( 1 ) Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tingkat perekonomian Daerah menambah Pendapatan Daerah. ( 2 ) Untuk mencapai tujuan tersebut ayat (1) Pasal ini, Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dilaksanakan berdasarkan prinsip - prinsip ekonomi perusahaan.

3 BAB III TATA CARA PENYERTAAN MODAL Pasal 3 Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dapat dilaksanakan dengan cara : a. Pembelian saham dari Perseroan Terbatas (PT) yang telah berbadan Hukum dan mempunyai prospek baik ; b. Sebagai pendiri dalam pembentukan Perseroan Terbatas c. Kontrak management, kontrak produksi, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha. Pasal 4 (1) Untuk melaksanakan pembelian saham pada suatu Perseroan Terbatas, perlu disediakan dananya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Setelah tersedia dana untuk pembelian saham sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, dapat diadakan penjajagan terhadap Perseroan terbatas yang akan menjual saham untuk mendapatkan data informasi mengenai jenis dan harga saham dimaksud. (3) Apabila Bupati kepala Daerah menyetujui jenis dan harga saham sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, maka untuk pelaksanaannya ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tentang pembelian saham dimaksud. (4) Bupati Kepala Daerah menunjuk pejabat untuk bertindak mewakili Pemerintah Daerah dalam Pembelian saham. Pasal 5 (1) Setiap melakukan penyertaan Modal Daerah dalam pembentukan Perseroan Terbatas diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Sebelum ditetapkan Peraturan Daerah dimaksud ayat (1) Pasal ini, diadakan perjanjian Dasar antara Bupati Kepala Daerah dan Pihak - pihak yang ikut dalam pendirian Perseroan Terbatas. (3) Perjanjian Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, memuat materi pokok : a. Identitas masing - masing pihak ; b. Jenis dan nilai modal saham para pihak ; c. Bidang usaha ; d. Perbandingan modal ; e. Hak, kewajiban dan sanksi - sanksi ; f. Lain - lain yang dianggap perlu. (4) Berdasar Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah dan Perjanjian Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (3) Pasal ini, kemudian dibentuk Perseroan Terbatas dengan Akta Notaris. (5) Bupati Kepala Daerah menunjuk Pejabat, yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah bersama - sama dengan Pihak Ketiga mendirikan Perseroan Terbatas. Pasal 6 (1) Penyertaan Modal Daerah sebagaimana yang dimaksud Pasal 5 Peraturan Daerah ini yang dalam bentuk uang, dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dilaksanakan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah.

4 (2) Penyertaan Modal Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 5 Peraturan Daerah ini yang dalam bentuk barang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Khusus Barang tidak bergerak, Keputusan Bupati Kepala Daerah dimaksud sebelum dilaksanakan perlu dimintakan pengesahan Menteri Dalam Negeri. (3) Kekayaan Daerah yang tertanam dalam Perseroan Terbatas, merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pasal 7 (1) Untuk mengadakan kontrak management, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha berdasarkan Peraturan Daerah ini, Bupati Kepala Daerah minta persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atas rencana kontrak dimaksud. (2) Setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diadakan perjanjian bersama bersyarat antara Bupati Kepala Daerah dan Pihak Ketiga yang bersangkutan memuat materi pokok : a. Identitas masing - masing pihak ; b. Jenis dan Nilai Modal dari Para Pihak ; c. Bidang Usaha ; d. Jangka waktu perjanjian ; e. Hak dan Kewajiban serta sanksi - sanksi ; f. Lain - lain yang dianggap perlu. (3) Pelaksanaan kontrak management, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha sebagaimana dimaksud perjanjian pada ayat (2) Pasal ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah yang berlaku setelah disyahkan Menteri Dalam Negeri. Apabila Keputusan Bupati Kepala Daerah tersebut tidak mendapatkan pengesahan dari Menteri Dalam Negeri, perjanjian menjadi batal. (4) Terhadap Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah dimaksud ayat (3) Pasal ini yang berlakunya kurang dari 5 (lima) tahun pengesahannya dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas nama Menteri Dalam Negeri, dan pelaksanannya dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri Cq. Direktur Jendral PUOD. Pasal 8 (1) Untuk melakukan penelitian terhadap barang yang disertakan sebagai modal Daerah dalam pembentukan Perseroan Terbatas dan atau menentukan nilai barang Daerah serta imbalan pembayaran dan lain - lain dalam mempersiapkan, perjanjian kontrak management, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Daerah ini Bupati Kepala Daerah membentuk Panitia terdiri dari unsur - unsur : a. Dinas Pendapatan Daerah ; b. Bagian Perekonomian pada Sekretariat Wilayah / Daerah ; c. Bagian Umum pada Sekretariat Wilayah / Daerah ; d. Bagian Keuangan pada Sekretariat Wilayah / Daerah ; e. Bagian Hukum pada Sekretariat Wilayah / Daerah ; f. Kantor Agraria Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; g. Unsur Tenaga Ahli / Konsultan. (2) Dinas Pendapatan Daerah merencanakan dan mengikuti perkembangan usaha - usaha penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dalam rangka peningkatan Pendapatan Daerah.

5 BAB IV P E M B I N A A N Pasal 9 (1) Bupati Kepala Daerah melakukan pembinaan terhadap penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga. (2) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, Bupati Kepala Daerah dibantu oleh Sekretariat Wilayah / Daerah. (3) Jika dianggap perlu Bupati Kepala Daerah dapat membentuk Badan Pengelola sebagai aparat pelaksana yang membantu Pemerintah Daerah. (4) Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola dimaksud ayat (3) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah, berdasarkan Petunjuk Menteri Dalam Negeri. Pasal 10 (1) Dalam hal penyertaan Modal Daerah pada suatu Perseroan Terbatas maka untuk mewakili Pemerintah Daerah, Bupati Kepala Daerah menunjuk Pejabat yang akan duduk sebagai Anggota Dewan Komisaris, jika berdasarkan jumlah saham yang dimiliki oleh Daerah ada hak untuk duduk dalam Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang - undangan yang berlaku. (2) Bupati Kepala Daerah menunjuk Pejabat yang dapat mewakili Daerah secara berkelanjutan untuk mengikuti pelaksanaan kontrak management, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha. (3) Para Pejabat yang ditunjuk mewakili Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) Pasal ini adalah pejabat yang memahami kewiraswastaan secara profesional dan bertanggungjawab kepada Bupati Kepala Daerah. BAB V P E N G A W A S A N Pasal 11 (1) Bupati Kepala Daerah berwenang melakukan pengawasan umum sehubungan dengan penyertaan Modal daerah pada Pihak Ketiga. (2) Para Pejabat yang ditunjuk mewakili Daerah sehubungan dengan penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) dan (2), menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati Kepala Daerah secara berkala 4 (empat) bulan sekali. (3) Bupati Kepala Daerah menyampaikan laporan pelaksanaan dan hasil penyertaan Modal daerah pada Pihak Ketiga di Daerahnya kepada Instansi Atasan sekali dalam setahun. BAB VI H A S I L U S A H A Pasal 12 Bagian laba atau hasil usaha penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga yang menjadi hak Daerah, yang diperoleh selama Tahun Anggaran Perusahaan disetor ke Kas Daerah dan dimasukkan dalam APBD dalam tahun berikutnya.

6 BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 (1) Semua penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan lain - lain selanjutnya disesuaikan dengan ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Untuk melaksanakan penyesuaian sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dan melakukan inventarisasi terhadap semua penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga, Kepala Daerah membentuk tim. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal - hal yang merupakan Peraturan Daerah ini di tetapkan oleh Bupati Kepala Daerah. Pasal 15 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangannya Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di : Kota Mungkid. Pada tanggal : 24 J u l i 1993. D P R D KABUPATEN DAERAH TINGKAT II M A G E L A N G KETUA, ttd. S U G I H A R D J O B U P A T I KEPALA DAERAH TINGKAT II M A G E L A N G ttd. MOHAMAD SOLIHIN D I S A H K A N Dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 573.33-344 ; Tanggal 29 Juni 1995 Direktotat Jenderal Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Direktorat Pembinaan Pemerintahan Daerah t t d. Drs. H. OMAN SACHRONI N I P. 010 054 135

7 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang Nomor : 9 Tahun 1995 ; Tanggal 7 Juli 1995 Serie D ; Nomor 8 Sekretaris Wilayah / Daerah t t d. Drs. TJUK SUSILO N I P. 010 057 057

8 P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 1993 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG PADA PIHAK KETIGA I. PENJELASAN UMUM : Sebagai konsekwensi dari pelaksanaan prinsip otonomi Daerah nyata dan bertanggung jawab Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang senantiasa melakukan berbagai upaya untuk menambah dan meningkatkan sumber pendapatan Daerah. Di dalam Pasal 55 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok - pokok Pemerintahan di Daerah di nyatakan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah sendiri ( PADS ) adalah : 1. Hasil Pajak Daerah ; 2. Hasil Retribusi Daerah ; 3. Hasil Perusahaan Daerah dan ; 4. Lain - lain hasil usaha Daerah yang sah. Selanjutnya Pasal 60 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974 mengatakan bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan usaha - usaha untuk menambah sumber Pendapatan Daerah. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Daerah berusaha menambah dan memupuk sumber Pendapatan Daerah dengan mengadakan usaha - usaha berdasarkan Pasal 60 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974 yang merupakan salah satu hasil usaha Daerah yang sah sebagaimana dimaksud Pasal 55 angka 4 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974. Sebelum dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986, maka tata cara pelaksanan, pengelolaan, pembinaan dan pengawasan penyertaan Modal Daerah dengan Pihak Ketiga, pelaksana-annya di Daerah dan Daerah Tingkat II lainnya masih beraneka ragam, hal ini disebabkan karena belum adanya landasan hukum yang jelas sebagai petunjuk pelaksanaan dari Pasal 60 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974 dimaksud. Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah ini maka segala bentuk penyertaan Modal Daerah dengan Pihak Ketiga yang telah dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Peraturan Daerah ini maupun yang akan dilaksanakan kemudian perlu disesuaikan dengan ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Daerah ini yang pengaturannya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga. Berdasarkan petimbangan - pertimbangan tersebut diatas maka dipandang perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang yang mengatur tentang Penyertaan Modal Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang pada Pihak Ketiga yang dijadikan landasan hukum dalam pelaksanaan Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga. Segala usaha - usaha penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga yang sudah dilakukan sebelum ditetapkan Peraturan Daerah ini, usaha - usaha penyertaan Modal Daerah dimaksud dinyatakan menjadi usaha - usaha penyertaan modal daerah pada Pihak Ketiga berdasarkan Peraturan Daerah ini. Dengan berlakunya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986, maka ketentuan - ketentuan khususnya yang mengatur mengenai tata cara pengguna usahaan barang milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Bab V Pasal 35 sampai dengan Pasal 38 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1979 tentang pelaksanaan Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah, dicabut dan tidak berlaku lagi.

9 II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL : Pasal 1 : Cukup jelas. Pasal 2 : Untuk mensukseskan pelaksanaan Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian Daerah dan menambah pendapatan Daerah, maka terhadap Pihak Ketiga yang akan menjadi partner usaha Pemerintah Daerah perlu diperhatikan bonafiditas partner sesuai dengan bidang usaha yang bersangkutan. Pasal 3 : Cukup jelas. Pasal 4 : Pada prinsipnya pembeli saham oleh Pemerintah Daerah pada suatu Perseroan Terbatas, hanya dilakukan apabila dengan pembelian saham dimaksud benar - benar dapat diharapkan meningkatkan pertumbuhan perekonomian Daerah dan atau menambah pendapatan Daerah. Untuk melakukan pembelian saham dari Perseroan Terbatas, maka setelah tersedia dana dalam APBD serta disepakati baik mengenai jenis maupun harga saham yang akan dibeli, pelaksanaan selanjutnya dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah. Bupati Kepala Daerah dapat menunjuk Pejabat untuk melaksanakan pembelian saham yang akan betindak untuk dan atas nama Daerah, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah. Pasal 5 : Untuk melakukan penyertaan Modal dalam pendirian Perseroan Terbatas, perlu diadakan terlebih dahulu Perjanjian Dasar ( Basic Agreement ) antara Bupati Kepala Daerah dan Para Pihak yang ikut dalam pendirian Perseroan Terbatas. Berdasarkan Perjanjian Dasar dimaksud, ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II magelang tentang Penyertaan Modal Daerah dalam pendirian Perseroan Terbatas atau dengan perkataan lain sebelum ditetapkan Peraturan Daerah Dimaksud, diadakan Perjanjian terlebih dahulu antara Bupati Kepala Daerah dan Pihak - pihak yang ikut sebagai pendiri Perseroan Terbatas, yang dituangkan dalam suatu Naskah Perjanjian. Dalam naskah perjanjian dimaksud dicantumkan identitas para pihak, jenis dan nilai modal, perbandingan modal, bidang usaha, hak dan kewajiban sanksi - sanksi dan lain - lain yang dianggap perlu. Apabila penyertaan Modal Daerah dimaksud dalam bentuk uang, perlu disediakan dananya dalam APBD dan pelaksanaannya ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah. Pasal 6 : Cukup jelas. Pasal 7 : Untuk mengadakan kontrak management, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan atau kontrak bagi tempat usaha perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DPRD atas rencana kontrak dimaksud dengan Surat Keputusan DPRD, kemudian diadakan perjanjian / kontrak antara Pihak Daerah dan Pihak Ketiga. Berdasarkan perjanjian / kontrak tersebut di atas dikeluarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah tentang Perjanjian / Kontrak tersebut dan baru dapat dilaksanakan setelah mendapat pengesahan Menteri Dalam Negeri. Pengertian : a. Kontrak Management, dimana Daerah menpunyai modal dalam bentuk barang untuk suatu usaha komersil, sedang pengelolaannya dilakukan oleh Pihak Ketiga, dengan ketentuan bahwa Pihak Ketiga akan menerima imbalan atas jasanya yang diperhitungkan dari hasil usaha dimaksud dan hal itu dituangkan dalam Naskah Perjanjian.

10 b. Kontrak Produksi, dimana Daerah mempunyai modal dalam bentuk barang untuk suatu usaha komersil, sedang pengelolaannya dilakukan oleh Pihak Ketiga dengan ketentuan antara lain : a. Pihak Ketiga menyediakan modal investasi dan atau modal kerja. Kelancaran jalannya usaha menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga. b. Pihak Ketiga diwajibkan membayar sejumlah uang (Royalty) kepada Pihak Pemerintah Daerah sesuai dengan Perjanjian. c. Untukg rugi dalam berusaha menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga. c. Kontrak Bagi Keuntungan, dimana Daerah mempunyai modal berupa barang dan atau hak atau barang untuk usaha komersial, sedang pengelolaannya di lakukan oleh Pihak Ketiga dengan ketentuan antara lain : a. Pihak Ketiga harus menyediakan modal investasi dan atau modal kerja. b. Kelancaran jalannya usaha menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga. c. Hasil usaha atau keuntungan dibagi antara Pihak Pemerintah Daerah dan Pihak Ketiga, sesuai dengan prosentase yang ditetapkan dalam perjanjian. d. Kontrak bagi hasil usaha, dalam hal ini Pihak Ketiga menginventarisir terlebih dahulu modal, peralatan dan lain - lain sarana yang diperlukan, sehingga usaha dimaksud mampu berproduksi dan beroperasi. Pengelolaan usaha dilakukan oleh Pihak Pemerintah Daerah Cq. Badan Pengelola. Hasil usaha yang berupa barang - barang produksi dibagi antara Pihak Pemerintah Daerah dan Pihak Ketiga sesuai dengan prosentase yang ditetapkan dalam perjanjian. e. Kontrak bagi tempat usaha, dalam hal ini Daerah mempunyai sebidang tanah yang berstatus Hak Pengelolaa (HPL) dan memungkinkan untuk mendirikan tempat usaha, sedang untuk membangunnya diserahkan kepada Pihak Ketiga dengan persyaratan yang saling menguntungkan : a. Semua biaya penyelesaian bangunan tempat usaha dimaksud menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga. b. Sebagian dari tempat usaha yang sudah dibangun dimanfaatkan atau dikelola Pihak Ketiga, sedang yang sebagian lainnya dimanfaatkan dan atau ditentukan statusnya oleh Pihak Pemerintah Daerah. c. Atas bangunan yang dibangun oleh Pihak Ketiga tersebut diberikan sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) diatas tanah (HPL). d. Bangunan yang dibangun tersebut masuk dalam inventarisir Daerah. e. Kepada Pihak Ketiga diberikan wewenang penuh untuk mengelola bagian gedung tersebut seumur HGB yang diberikan. f. Seluruh bangunan tersebut menjadi milik Daerah setelah berakhir HGB yang bersangkutan. Pasal 8 : Cukup jelas. Pasal 9 : Untuk tercapainya daya guna dan hasil guna dalam pengelolaan penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga, dapat dibentuk Badan Pengelola sebagai aparat pelaksana yang membantu Pemerintah Daerah dalam megurus, mengendalikan serta memperkembangkan penyertaan Modal Daerah dimaksud. Dengan demikian pengelolaan penyertaan Modal daerah pada Pihak Ketiga dapat diikuti perkembangannya secara berkelanjutan, dipertanggungjawabkab dengan jelas serta benar - benar berada dalam satu wadah dan satu atap. Oleh karena usaha - usaha penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dimaksud merupakan kegiatan bisnis, maka para pejabat yang ditempatkan pada Badan Pengelola dimaksud seharusnya yang benar - benar mampu memahami hal - hal yang berkaitan dengan dunia usaha serta tidak merangkap jabatan lain. Pasal 10 : sampai dengan Pasal 16 : Cukup jelas.

11