BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh manusia, terutama

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat dan martabatnya. Seiring dengan perputaran waktu. normatif yang lebih baik dan mampu menjawab tantangan zaman.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi diharapkan dapat mengubah

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat di era modern dengan mengglobalnya budaya yang tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas semakin tipis. Semisal agama yang sejak awal dijadikan sebagai pegangan hidup umat manusia dengan segala prinsip prinsip kehidupan yang berupa pola tingkah laku di masyarakat, tradisi menghargai orang lain dengan cara berpakaian, sikap saling tolong menolong sesama, menghargai perbedaan dan lainnya, saat ini terasa terasing karena semakin menguatnya tradisi dan pola hidup global yang selalu berubah dengan perkembangan mode yang secara pelan pelan menciderai aspek moralitas manusia. Oleh karena itu, reformasi akhlak jilid kedua perlu diwacanakan dalam upaya menciptakan kondisi moral bangsa sesuai dengan nilai-nilai budaya dan agama yang ada. Diantara strategi untuk membangunnya adalah pendidikan agama perlu ditegaskan kembali akan tanggung jawabnya dalam mengawal aspek moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai kultur bangsa yang ada. Pendidikan pada umumnya ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam filsafat pendidikan, yakni nilai atau norma yang dijunjung tinggi oleh suatu lembaga 1

2 pendidikan. Sayangnya, dasar filosofi ini terkadang belum terkonsep secara jelas oleh pelaksana pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat pada lembagapendidikan tertentu di mana pola dan sistem pendidikan yangdikembangkan cenderung labil. Oleh karena itu, dalam rangka mempersiapkan pendidikan yang maju maka perlu diawali dengan menetapkan dasar filosofi yang mantap dan ditunjang oleh seperangkat teori dan konsep kependidikan yang memadai. Sebab, proses pendidikan yang dilakukan senantiasa didasarkan atas suatu keyakinan tertentu, yaitu suatu pandangan atau pemikiran yang bersifat idealis-filosofis-teoritis. 1 Istilah pendidikan sering kali tumpang tindih dengan istilah pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga dikatakan pengajaran atau sebaliknya, pengajaran disebut pendidikan. Ini adalah sesuatu yang rancu, sebagaimana orang sering keliru memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar dikatakan identik dengan sekolah, padahal sekolah hanyalah salah satu dari tempat belajar bagi peserta didik. Belajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang mencakup totalitas keunggulan kemanusiaan seorang hamba ( abd) dan pemakmur alam (kholifah) agar senantiasa bersahabat dan memberikan kemanfaatan untuk kehidupan bersama. 2 Sementara itu dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar 1 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta : LKIS Aksara, h. 17. 2 Ibid., h. 13.

3 peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan Agama Islam memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian seorang muslim. Dengan menerapkan metode pembelajaran yang lebih tepat, maka pembelajaran yang diterima oleh siswa akan memberikan kesan, sehingga siswa akan memiliki kesadaran untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian proses pembelajaran yang dilakukan lebih menekankan pada aspek penanaman nilai pada diri siswa, tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan yang hanya dinilai dari aspek kognitifnya saja. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pada manusia. Karena dengan pendidikan memungkinkan sekali tumbuhnya kreatifitas dan potensi anak didik, yang pada akhirnya mengarahkan anak didik untuk mencapai satu tujuan yang sebenarnya. Secara yuridis, posisi pendidikan agama (Islam) berada pada posisi yang sangat strategis. Pada UUSPN 1989 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: 3 Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan 3 Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008, h. ix.

4 jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan yang kebangsaan. Sementara itu menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 juga ditegaskan: 4 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseoarang sejak lahir. Di samping itu, kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Oleh karena itu, definisi kepribadian menurut pengertian sehari-hari menunjuk pada bagaimana individu tampil atau menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. 5 Berdasarkan sifat kepribadian yang dapat tumbuh dan berkembang tersebut, maka kepribadian merupakan sesuatu yang dapat dibentuk atau dipengaruhi oleh faktor eksternalnya. Artinya, kepribadian seseorang belum mencapai tingkat kematangan tertentu, dapat diusahakan lahir sesuai dengan bentuk kepribadian yang diinginkan. 4 Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 21 5 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 11-17.

5 Oleh sebab itu, pendidikan adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran ajaran Islam yang diwahyukan Allah Swt. Kepada Muhammad Saw. Melalui proses pendidikan seperti itu individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia mampu menunaikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, dan berhasil mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 6 Lebih dari itu, pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran ajaran Islam, sehingga pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari nilai-nilai agama. 7 Sekolah memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Anak mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan orang yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga. Suasana di rumah bercorak informal dan banyak kelakuan yang diizinkan menurut suasana di rumah. Lain halnya dengan di sekolah, ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah seorang diantara puluhan murid lainnya didalam kelas. Untuk itu anak harus mengikuti peraturan yang bersifat formal yang tidak dialami anak dirumah, yang dengan sendirinya ia membatasi kebebasannya. 6 Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998, h. 5-6 7 Ibid.

6 Dewasa ini, sistem pendidikan di negeri ini telah kehilangan visi sejatinya. Pengaruh pendidikan Barat yang sekuler ditengarai sebagai penyebabnya. Dalam paradigma sekuler Barat, pendidikan memang hanya berorientasi pada kehidupan duniawi sehingga aspek-aspek spiritual keagamaan sama sekali diabaikan. Akibat dari paradigma sekuler tersebut, lembaga-lembaga pendidikan hanya mampu menghasilkan individu-individu yang cerdas dan terampil, tetapi ruhaninya kosong. Kecerdasan dan keterampilan mereka yang tinggi tidak berbanding lurus dengan kemuliaan akhlaknya, khususnya dalam konteks sosial keagamaan. 8 Mayoritas masyarakat umum menilai bahwa peran dan fungsi pendidikan agama Islam di SMP Negeri I Sumbergempol kurang memberikan kontribusi kearah pembangunan kepribadian tersebut, bahkan yang lebih memojokkan lagi bahwa pendidikan agama Islam dipandang belum berhasil mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang diharapkan, terbukti dengan semakin banyaknya kasus kenakalan remaja seiring dengan berkembangnya teknologi. Akibatnya efektivitas pendidikan agama Islam di SMPN (Sekolah Menengah Pertama Negeri) I Sumbergempol banyak dipertanyakan, dengan pemahaman pendidikan agama Islam di sekolah yang diterapkan dengan baik dalam kehidupan siswa sehari-hari, maka kehidupan masyarakat pun akan lebih baik. Sehingga keberhasilan pembelajaran PAI di sekolah benar-benar bisa tercapai. 8 Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 17.

7 Penulis memutuskan untuk mengambil lokasi penelitian di sekolah ini dikarenakan beberapa pertimbangan, antara lain: SMP Negeri 1 Sumbergempol merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah, dan mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dalam pembangunan infrastruktur maupun peningkatan prestasi belajar siswanya dan mampubersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan favorit yang sederajat di wilayah Kabupaten Tulungagung. SMP Negeri 1 Sumbergempol merupakan lembaga pendidikan yang cukup difavoritkan sehingga dipandang perlu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikanagama Islam sebagai sarana dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari pemaparan teori di atas, penulisakan melakukan kegiatan penelitian yang nantinya akan di susun menjadi skripsi dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Membentuk Kepribadian Muslim di SMPN I Sumbergempol. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk kepribadian muslim di SMPN 1 Sumbergempol? 2. Apa faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk kepribadian muslim di SMPN 1 Sumbergempol?

8 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk kepribadian muslim di SMPN 1 Sumbergempol. 2. Untuk mendeskripsikan faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk kepribadian muslim di SMPN 1 Sumbergempol. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti Skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan intelektual maupun pola fikir, sikap dan pengalaman sebagai bekal untuk menjadi seorang pendidik dikemudian hari. 2. Bagi Guru Membantu dalam pencapaian tujuan pembentukan kepribadian siswa serta meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruanglingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai guru. 3. Bagi Siswa Yang perlu diperhatikan adalah pendekatan, metode dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan karena menentukan efektivitas dan efisiensi membentuk kepribadian siswa.

9 4. Bagi Sekolah Sebagai bidang pendidikan agar dapat mengambil langkah-langkah dalam membentuk kepribadian siswa agar lebih Islami serta untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam. Sehingga dapat mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah dan diharapkan bisa lebih memperkaya khazanah kegiatan pendidikan yang ada di negeri ini. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menginterpretasikan judul ini, yaitu Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kepribadian Muslim di SMP Negeri 1 Sumbergempol maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan. Adapun istilah-istilah tersebut adalah: 1. Pengertian Pelaksanaan Pelaksanaan adalah perihal (perbuatan, usaha, dan sebagainya) melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya) 9. Pelaksanaan merupakan salah satu dari beberapa fungsi manajemen yang tugasnya menjalankan segala aktivitas atau tindakan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. 10 9 Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h. 861. 10 Slamet Wiyono, Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Grasindo, 2006, h. 58.

10 2. Pengertian Pembelajaran Hamalik mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yaitu: tujuan, guru, siswa, materi, metode, sarana / alat / media, evaluasi, dan lingkungan. Sedangkan Muhaimin mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa/peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. 11 3. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. 12 4. Pengertian Membentuk Membimbing, mengarahkan (pendapat, pendidikan, watak, jiwa, dan sebagainya). 13 Dilihat dari perspektif pendidikan khususnya pendidikan Islam, 11 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah : Upaya mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi, Malang : UIN-MALIKI PRESS (ANGGOTA IKAPI), 2010, h. 37. 12 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda karya, 2014, h. 11 13 Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus... h. 178.

11 membentuk dapat diartikan sebagai usaha membimbing dan mengarahkan peserta didik menjadi pribadi yang memiliki perangai yang positif. 5. Pengertian Kepribadian Muslim Kepribadian muslim adalah kepribadian yang mana di dalamnya tertanam nilai-nilai Islam sehingga segala perilakunya sesuai dengan nilainilai yang sesuai dengan syari at islam. 14 Yaitu pengalaman sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya. 15 F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II Kajian Pustaka, dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kajian pustaka atau buku-buku teks yang berisi teori-teori yang berkaitan 14 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam,... h. 20. 15 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan..., h. 17

12 dengan pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk kepribadian Muslim. BAB III Metode Penelitian, dalam bab ini akan dikemukakan tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data. BAB IV Hasil Penelitian, dalam bab hasil penelitian akan dipaparkan tentang penyajian data yang berkaitan dengan hasil yang didapat di lapangan penelitian, serta analisis. BAB V Kesimpulan dan Saran, dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.