PENERAPAN MODEL INTEGRATIF PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PADANG. Mardhiya Ulfa 1, khairudin 1,

dokumen-dokumen yang mirip
Key words: Circle The Sage, The Students Mathematics Learning Outcomes

Ilham Ilahi 1. Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bung Hatta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN STRATEGI PEMBELJARAN AKTIF TIPE BINGO REVIEW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 13 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BOWLING KAMPUS DISERTAI

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE CLASS CONCERN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 KECAMATAN HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 KABUPATEN TEBO

PENERAPAN MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PADANG

PENERAPAN STRATEGI MEROTASIKAN PERTUKARAN PENDAPAT KELOMPOK EMPAT ORANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X IPA SMAN 3 PADANG.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 29 PADANG Luchsyah Asdianti 1, Mukhni 2

PENERAPAN PEMBELAJARAN INOVATIF TEKNIK GALLERY WALK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 X KOTO DIATAS Lucia Cipta Agustin 1,

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG. Endah 1, Susi Herawati 1

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 10 PADANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN INOVATIF DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI.IPA SMAN 1 HULU KUANTAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 34 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL E-JOURNAL. Novila Edza Putri

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DALAM PEMBELAJARAN TIK PADA SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

PENERAPAN METODE SYNDICATE GROUP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SASAK RANAH PASISIE KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 PARIAMAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEKNIK KNOW WANT LEARNED HOW

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP KARTIKA 1-7 PADANG.

PENERAPAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE AND REVIEW (SQ3R) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMK KARTIKA 1-2 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta.

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE

PENGARUH TEKNIK CAWAN IKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BAYANG

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 PADANG

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match

Monica Mayang Sari 1, Khairudin 1, Fazri Zuzano 1,

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE MEROTASI PERTUKARAN KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX SMP N 18 PADANG

Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Questions Student Have (QSH) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP N 20 Padang

Penerapan Model Pembelajaran Tipe Talking Stick dalam PembelajaranTeknologi Informasi Dan Komunikasi Siswa Kelas VIII SMP N 14 Padang

Oleh. Rengga Suci Anita Putri * ), Rina Febriana** )

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS

Getting Answers techniques is better than students who learn with conventional learning at VIII class SMPN 1 Sungayang.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK ROUND ROBIN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTsN MODEL PADANG

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

PENERAPAN STRATEGI AKTIF TIPE GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 23 PADANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 PADANG

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK PASAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 14 PADANG. Oleh:

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 31 PADANG Yuri Febrianti 1, Niniwati 1, Fauziah 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TIPE PROBLEM CENTERED LEARNING

PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SUNGAYANG ARTIKEL. Oleh: FIONA NPM.

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Untuk Mendaftar Wisuda. Oleh: ELPI JULIANTI NPM

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE LEARNING CELL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 13 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Keywords: Math Learning Outcome,Student s Learning Activity, Learning Starts With A Question

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

Universitas Bung Hatta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 29 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH

Nofa & Rahmi p-issn: ; e-issn: Mutiara Nofa Nst 1 dan Rahmi 2. Padang, Sumatera Barat, Indonesia

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GUIDED NOTE TAKING DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 29 PADANG

Keywords: the tipe of model Cooperative Student Teams Achievement Division (STAD), Learning Outcomes

PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X SMAN 1 BASA AMPEK BALAI TAPAN

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK ONE TO ONE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 4 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII MTsN SUBANG ANAK KABUPATEN TANAH DATAR

Key Words :Active Learning Type The Learning Cell, Understanding of Students Mathematic Concept

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE

JURNAL NUR SALIAH NIM:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS I OKR SMKN 5 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN RESIPROKAL DISERTAI DENGAN METODE HYPNOTEACHING

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

PENGARUH PENERAPAN PENGAJARAN TUTOR SEBAYA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG ABSTRACT

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONSSTUDENT HAVETERHADAP HASIL BELAJAR SISWAKELAS XI IPS SMAN 1KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

Improved Math Student Learning Outcomes VII Class D SMP I Payung Sekaki through Active Learning Strategies Matching Card Type index

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT

ABSTRACT. mathematics conceptual understanding of the students tought by using active

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BELAJAR BERAWAL DARI PERTANYAAN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL INTEGRATIF PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PADANG Mardhiya Ulfa 1, khairudin 1, 1 JurusanPendidikanMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FakultasKeguruandanIlmuPendidikan, Universitas Bung Hatta E-mail:mardhiyaulfa92@yahoo.com Abstract The low of outcomes of mathematic students caused less interaction of students and teacher, the activity of students when the process of learning and teaching (PBM) note more material that has noted by the teacher, discussion between students and teacher seldom found, so many students were not brave to answer and ask when the PBM. To solve this problem, one of afford was implement integrative model in mathematic learning of second grade students of SMP Negeri 2 Padang. Based on the outcomes of the data, the students that use integrative model was better than the outcomes of students that implement convensional learning at second grade students of SMP Negeri 2 Padang. Key words: integratve model, convensional PENDAHULUAN Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting dan merupakan bahan acuan dalam kelulusan. Oleh sebab itu dalam pembelajaran matematika guru harus mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran, tidak hanya guru yang menjelaskan secara keseluruhan. Tetapi dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Padang kelas VIII berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan selama lima hari pada tanggal 02 September sampai dengan 06 September 2013, terlihat pembelajaran matematika yang berlangsung masih berpusat dari guru. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan materi, selama menjelaskan materi siswa disuruh untuk memperhatikan guru dan gurupun mencatat materi di papan tulis, setelah materi tersebut

dijelaskan siswa baru diberikan waktu untuk bertanya bagi yang tidak mengerti. Akibat pembelajaran matematika yang berlangsung seperti ini membuat hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang rendah. Saat ulangan sebagian siswa mendapatkan nilai dibawah kriteri ketuntasan minimal (KKM) Matematika yanag telah ditetapkan sekolah yaitu 80. Salah satu model pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model integratif, model intergratif adalah model pembelajaran yang melatih keterampilan berfikir kritis dan belajar secara sistematis, disini siswa mampu menemukan sendiri pemahamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model integratif lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional. Aunurrahaman (2012: 35). Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Pengertian pembelajaran menurut Degeng yang dikutip oleh Muliyardi (2002: 3) bahwa:pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran lebih mengenakan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari. Nikson yang dikutip Muliyardi (2002: 3) mengatakan bahwa: Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali. Model integratif dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak pada tahun 2012.Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 259 ) adalah : Model integratif adalah sebuah pengajaran atau instruksional untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang bangunan pengetahuan sistematis sambil secara bersamaan melatih keterampilan berpikir kritis mereka. Menggunakan model ini menuntut guru untuk cakap dalam mengajukan pertanyaan dan dalam membimbing pemikiran siswa. Menerapkan pelajaran menggunakan Model Integratif, Penerapan pelajaran dengan menggunakan model integratif memilki fase fase yang harus ditempuh secara sistematis. Adapun fase fase penerapan model integratif menurut Eggen dan Kauchak (2012: 271) adalah: 1) Fase 1 (Fase Berujung- Terbuka): Fase 1 adalah titik awal bagi analisis siswa. 2

Dalam fase ini, siswa mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola pola didalam data. Selama fase ini, Anda membantu siswa mengakrabkan diri dengan data dan juga memulai proses menganalisisnya: 2) Fase 2 (Fase Kausal): Fase kausal mulai ketika siswa berusaha menjelaskan kesamaan dan perbedaan yang mereka identifikasi di Fase 1. Yaitu, mereka mencari kemungkinan hubungan sebabakibat di dalam informasi. Ini menciptakan tautan tambahan didalam bangunan pengetahuan sistematis yang anda ajarkan dan membantu siswa memahami hubungan didalam informasi. Umumnya, pertanyaan didalam Fase Kausal mulai dengan Mengapa.? ; 3) Fase 3 (Fase Hipotesis): Fase 3 menandai langkah maju tambahan dalam kemampuan siswa menganalisis informasi. Ini berkembang secara langsung dari Fase 2. Pertanyaan pertanyaan dalam fase ini meminta siswa untuk berfikir secara hipotesis. Sehingga, pertanyaan pertanyaan itu umumnya mulai dengan sebuah pertanyaan seperti Apa yang akan terjadi jika. Atau Apa yang kita harapkan untuk lihat. ; 4) Fase 4 (Penutup dan Penerapan): Selama Fase 4, penutup dan penerapan, siswa melakukan generalisasi untuk membuat hubungan luas, yang meringkaskan materi. Kemudian siswa menerapkan pemahaman mereka pada situasi situasi baru. Generalisasi yang dibuat siswa disini penting karena merupakan ideide besar yang Anda harapkan akan dibawa siswa dari pelajaran tersebut. Mereka mungkin tidak akan mengingat segala sesuatu yang anda bahas dalam pelajaran. Namun, generalisasi generalisasi ini membantu meringkaskan segala informasi ke dalam satu bentuk yang akan mereka pahami dan ingat. Catatan ;Menurut eggen dan kauchak (2012: 278) Fase fase ini tidak hirarkis dan bukan sebuah urutan yang kaku. Misalnya, anda bisa berpindah secara langsung dari perbandingan di fase 1 menuju satu hipotesis di fase 3 dan kemudian kembali ke perbandingan lain. Kemampuan siswa untuk berhipotesis di fase 3 tidak selalu menuntut mereka membuat penjelasan di fase 2. Urutan yang anda ikuti harus tergantung tujuan belajar anda dan respon siswa anda. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sudjana (2005: 19) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang mengungkapakan hubungan antara dua variabel atau lebih mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Berdasarkan penelitian diatas maka penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran model integratif pada kelas VIII SMP Negeri 2 Padang dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Populasi adalah keseluruhan 3

dari objek penelitian. Menurut Sudjana (2005: 6) populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan member informasi yang berguna bagi masalah pendidikan.populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang tahun ajaran 2013/2014. Sampel adalah bagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi tersebut dalam semua aspek atau karakteristik populasi. Menurut Arikunto (2010: 174) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.pengambilan sampel dengan random sampling, cara pengambilan sampel yaitu : 1) mengumpulkan nilai ulangan harian I matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang; 2) melakukan uji normalitas terhadap masing masing kelas dengan menggunakan Lilifors; 3) melakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji barlett; 4) melakukan uji kesamaan rata rata. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ini adalah tes akhir. Tes akhir digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model integratif lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.analisis data tes akhir yang digunakan adalah perbedaan rata rata dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan, diperoleh nilai L 0 maks kelas eksperimen sebesar 0,1251 dan kelas kontrol 0,1529. Karena L 0 yang diperoleh lebih kecil dari L tabel dengan a 0, 05maka dikatakan sampel berdistribusi normal ( Terima H 0 ). Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh F (0,05 ; 31 ; 31) = 1,83 dan F = 0,83. Karena didapat dari hasil perhitungan 0,83 < 1,83, maka hipotesis H 0 : 2 2 1 2 diterima dengan taraf nyata 0,10. Kesimpulannya adalah data hasil belajar matematika pada kedua kelas sampel memiliki variansi homogen. Untuk menguji hipotesi terlebih dahulu dihitung harga s, dan diperoleh s = 10,06 selanjutnya digunakan rumus uji t, dan diperoleh 7,64. Kriteria pengujian adalah: tolak H 0 jika t t ( 1 )( dk ) dan terima H 0 t t ( 1 )( dk ) diperoleh t 7, 64 jika. Dari hasil perhitungan tersebut dan t 1, 670166, ( 0,95)(62) sehingga t t (0,95)(62 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model integratif lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang. Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan, berupa nilai yes akhir siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap data hasil belajar, maka diperoleh t hitung > t tabel, pada tingkat kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran integratif lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 : Data Tes Akhir Kelas N Skor Skor S S 2 X maks min Eksperimen 32 100 65 89,031 9,607 92,289 Kontrol 32 100 57 84,219 10,500 110,305 Jumlah 64 Hasil belajar di kelas eksperimen lebih baik akibat dari pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu menggunakan pembelajaran integratif. Pembelajaran integratif adalah pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan pemahamannya tentang materi yang diajarkan dan membantu siswa dalam berfikir kritis, hal ini dapat terlihat dalam proses belajar mengajar dari pertemuan II sampai pertemuan VI. Pada pertemuan II saat guru menggambarkan sebuah diagonal bidang, dan diagonal ruang pada kubus untuk menentukan panjang diagonal bidang dan diagonal ruang tersebut. Ada siswa yang secara spontan tunjuk tangan dan menyampaikan pemikirannya dan ada pula siswa yang menjawab pertanyaan guru, adapun pendapat dan jawaban siswa sebagai berikut: bu kalau dilihat dari gambar, panjang semua diagonal bidang kubus samakan bu, karena kubus tersebut terbentuk dari 6 buah persegi yang sama bentuk dan ukurannya jadi kalau kita ingin mencari panjang diagonal sisi kubus cukup satu yang kita carikan bu kemudian siswa yang lain juga memberikan pendapatnya kalau begitu diagonal ruang pada kubus juga sama panjang bu, terlihat pada gambar yang ibu buat di papan tulis dan pada contoh media yang ibu perlihatkan pendapat siswa yang lain untuk mencari panjang diagonal ruang pada kubus ada kaitannya dengan panjang diagonal bidangkan bu siswa yang lain menjawab pertanyaan guru untuk menentukan diagonal bidang dan diagonal ruang kita menggunakan menggunakan rumus pytagoras. Itulah cara berfikir beberapa siswa saat penerapan model integratif pada pertemuan II. Pada pertemuan III, IV, V, dan VI siswa menjawab pertanyaan guru dan menyampaikan pendapatnya tanpa ada rasa 5

takut. Tetapi saat peneliti menerapakan model integratif ini, peneliti mengalami beberapa hambatan dan cara mengatasinya: 1) Pada pertemuan I siswa tidak mau belajar dengan model integratif, tetapi setelah diberikan penjelasan tentang model integratif barulah siswa mengerti dan pada pertemuan kedua siswa telah mengikuti PBM dengan baik; 2) Contohnya saat peneliti memberikan pertanyaan apakah hubungan diagonal bidang dan bidang diagonal? Seharusnya pertanyaan ini apakah perbedaan diagonal bidang dan bidang diagonal? sehingga saat peneliti memberikan pertanyaan yang salah tersebut tidak ada satu orangpun siswa yang menjawab, setelah diperbaiki barulah siswa bisa menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa haruslah pertanyaan yang benar benar ada jawaban dan sesuai dangan materi yang sedang diajarkan, pertanyaan tersebut tidak boleh diberikan dalam bentuk pertanyaan yang tidak logis seperti yang peneliti buat diatas; 3) Guru tidak menggunakan RPP secara baik, contohnya pada pertmuan II guru hanya mengajarkan tentang cara mencari panjang diagonal sisi, diagonal ruang, panjang kawat yang dibutuhkan, serta luas bidang diagonal pada kubus. Sedangkan pada RPP guru harus memberikan materi dan pertanyaan kepada siswa. Hal ini terjadi kerena saat pembelajaran guru menganggap siswa telah mengerti dan konsep dasarnya sama dengan balok; 4) Pada poin d dan e di RPP penerapannya dilaksanakan oleh guru secara bersamaan karena pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan inti tersebut saling terkait oleh sebab itulah guru menerapkannya secara bersamaan; 5) Setelah peneliti memberikan beberapa contoh bentuk jaring jaring kubus dan balok, setiap siswa membuat jaring jaring kubus dan balok di bukunya. Kemuadian ditunjuklah beberapa orang siswa untuk memperlihatkan kepada teman- temanya jaring jaring kubus dan balok tersebut apakah benar atau tidak dengan menggunakan puzzel yang telah disediakan. Dan dari hasil yang telah diperlihatkan ada siswa yang salah membuat jaring jaring kubus dan baloknya dan ada yang benar. Dengan membuktikan sendiri jaring jaring yang dibuatnya siswa menjadi lebih mengerti. Masih terkait dengan materi jaring jaring kubus yang memiliki hubungan untuk memperoleh rumus luas permukaan kubus dan balok, dengan memberikan pernyataan bahwa jaring jaring kubus dan balok, merupakan rentangan dari bagun kubus dan balok itu sendiri. Setelah kita rentangkan bangun kubus ini dan kita peroleh enam buah persegi yang sama bentuk dan ukurannya, dari sinilah kita bisa menemukan rumus luas permukaan kubus ini. Perhatikan jaring jaring kubus ini, apa rumus luas satu bangun persegi ini? Siswa menjawab sisi x sisi bu benar. Kalau begitu apa rumus luas permuakaan dari bangun ini dijawab oleh 6

siswa kita jumlahkan bu, kan perseginya ada enam jadi rumusnya ( s 2 +s 2 +s 2 +s 2 +s 2 +s 2 ) ya benar. Ada pendapat yang lain kemudian ada siswa menjawab bu boleh tidak kita kali 6 aja rumus persegi yang ada, jadi rumusnya 6 x s x s atau 6s 2 boleh. Jadi jawaban ananda semuanya benar sekarang biar ananda lebih mudah kita gunakan rumus luas permukan kubus adalah 6s 2. Ketikan guru melanjutkan materi tentang luas permukaan balok dengan memperlihatkan rentangan balok yang telah dituliskan di papan tulis siswa banyak yang menyimpulkan jika luas pemukaan balok tersebut 6 x p x l. untuk memperbaiki pemahaman siswa ini, guru menunjukkan balok yang memilki ukuran panjang, lebar dan tinggi yang berbeda dengan menggunkan puzzle, kemudian guru bertanya kepda siswa apakah balok ini memilki ukuran panjang, lebar dan tinggi yang sama, dengan melihat balok yang ada siswa serentak menjawab tidak lalu apakah ukuran mana dari balok ini yang sama bentuk dan ukurannya? Siswa menjawab ada tiga bagian bu iya bagian yang mana depan dan belakang, samping kiri dan kanan, kemudian atas dan bawah bu iya bagus. Kemudian guru menunjuk siswa yang dari tadi hanya diam saja dan menanyakan hal yang sama dan siswa ini tidak bisa menjawab pertanyaan guru, kemudian guru lebih merincikan lagi pertanyaannya perhatikan balok ibu, mana yang dikatakan panjang, lebar, dan tinggi dari balok ini siswa menunjuk kebangun yang di depan. ya benar. Apakah ukurannya sama? berbeda bu bagian mana yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama? barulah siswa ini menjawab atas dan bawah bu, samping kiri dan kanan, kemudian depan dan belakang bu. iya benar. Kalau begitu ananda semuanya telah mengertikan? Sebelum kita lanjtukan ada yang ingin bertanya? Siswa menjawab tidak bu Guru melanjutkan dengan memberikan arahan jadi balok ini kita bagi menjadi 3 bagian yang pertama kita lihat bagian atas dan bawah. Bagina atas dan bawah ini rumus luas apa ananda? siswa menjawab p x l bu benar karena tas dan bawah sama kita tulis 2pl ya. Ada yang mau bertanya? ada bu, kenapa 2pl jadinya bu, kan rumus p x l untuk satu luas persegi panjang karena persegi panjangnya ada dua yaitu bagian atas dan bawah makanya menjadi 2pl atau pl +pl, bagaimana ada yang belum mengerti? tidak bu sekarang kita lanjutya sekarang kita lihat bagian samping kiri dan kanan. Perhatikan ibu bangun persegi panjang bagian kiri dan kanan ini rumus luasnya apa ada siswa yang spontan menjawab p x l juga bu ada pula yang menjawab l x t bu kemudian guru memberikan gambar balok yang utuh, tadi yang mana p, l, dan t pada balok ini? yang itu bu benar jadi ananda harus mengaitkan rumus luas persegi panjang sesuai dengan nama yang ada pada rusuk yang ananda tunjuk berarti yang bagian samping kiri dan 7

kanan ini kita gunakan rumus luasnya apa ananda l x t bu ya benar. Ada yang ragu lagi? tidak bu jadi rumus luas persegi bagian kiri dan kanan adalah 2lt. Selanjutnya bagian depan dan belakang, hati hati ananda buat rumusnya sesuai dengan nama yang kita berikan pada rusuk balok ini. Kemudian siswa menjawab p x t bu ia benar. Jadi rumus luas persegi panjang bagian depan dan belakang adalah 2pt. Jadi apa rumus luas permukaan balok ananda 2pl+2lt+2pt ya benar. kemudian ada siswa yang bertanya boleh tidak bu rumusnya 2pl+2pt+2lt iya boleh. jadi dari sini terlihatlah proses analisis beberapa orang siswa menigkat dari waktu kewaktu; 6) Setiap pertanyaan yang diberikan kepada siswa tidak keselurahannya bisa dijawab oleh siswa. Contohnya ketika guru menanyakan tentang cara mencari luas permukaan kubus yang tidak memiliki tutup dengan kubus yang utuh (ukuran rusuk kubusnya sama panjang), kebanyakan siswa menjawab rumusnya sama. Tetapi setelah guru mengaitkannya dengan mencontohkan sebuah kubus yang memiliki tidak memiliki tutup kemudian direntangkan barulah siswa tersebut mulai memahami, jika kubus yang tidak mimiliki tutup memilki luas permukaan kubus yang berbeda dengan kubus yang utuh. Kejadian ini tidak ada di RPP yang telah peneliti buat ini tidak terpikir oleh peneliti, sehingga saat kejadian dikelas ada yang kurang dari RPP yang peneliti buat. Tapi dengan kejadian ini membuat siswa mulai memahami tentang luas permukaan suatu bangun ruang: 7) Pada fase h disetiap kegiatan inti pada RPP yang peneliti buat, tidak sesuai dengan apa yang peneliti terapkan dikelas. Peneliti pada poin h menunjuk beberapa orang siswa untuk menyampaikan ringkasannya. Setelah beberapa orang siswa menyampaikannya barulah kesimpulan kesimpulan siswa tersebut digabungkan dan ditambah lagi oleh guru jika ada yang kurang. Kemudian kesimpulan itu barulah ditulis oleh siswa di buku catatannya masing masing; 8) Pada RPP peneliti dalam kegiatan inti membuat pertanyaan yang sama dengan contoh intsrumen yang akan diberikan kepada siswa. Dengan pertimbangan jika waktunya tidak cukup untuk memberikan latihan siswa tetap dapat diberikan nilai bagi siswa yang menjawab pertanyaan guru. Sehingga saat pertemuan siswa semakin banyak yang mau menjawab pertanyaan guru dan berpatisipasi untuk bertanya. Sehingga kegiatan dikelas banyak yang tidak sesuai dengan RPP. Hambatan yang terjadi pada pelaksaan model integratif ini tidak berdampak besar terhadap penerapan model integratif karena peneliti bisa mengatasinya. Sehingga penerapan model integratif ini tetap berhasil dilaksanakan dikelas eksperimen yaitu kelas VIII-1, ini terbukti pada hasil analisis yang telah dilakukan dimana hasil belajar 8

matematika siswa yang menerapkan model integratif lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran integratif lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Posedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Aunurrahman. 2012. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta Eggen dan Kauchak. 2012. Strategi dan model pembelajaran.jakarta: Indeks Mulyardi. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP Sudjana. 2005. Metode statistika. Bandung: Tarsito Suherman, Erman, dkk. 2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI 9

10