PERATURAN DAERAH JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2000 PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 1997 PELAKSANAAN IURAN PELAYANAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan dibidang pertanian, telah dibangun jaringan irigasi untuk meningkatkan produktifitas lahan dan tercapainya swasembada pangan yang pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan jaringannya dibebankan kepada Petani Pemakai Air berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pelaksanaan Iuran Pelayanan Irigasi; b. bahwa dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Raperda, dimana kewenangan yang berkaitan dengan kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A Mitra Cai) merupakan kewenangan Kabupaten/Kota, maka Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas perlu dicabut dan Pencabutannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950); 2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046); 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3681);
4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Raperda (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara 3691); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara 3692); 7. Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun 1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang; 8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT PENCABUTAN PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 1992 PELAKSANAAN IURAN PELAYANAN IRIGASI. Pasal 1 Peraturan Daerah Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pelaksanaan Pelayanan Irigasi (yang telah disahkan Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusan Nomor 611.32-653 tanggal 14 Juli 1993 dan telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nomor 3 Tahun 1993 Seri C dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 2 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung Pada tanggal 21 Februari 2000 GUBERNUR JAWA BARAT ttd. R. N U R I A N A Diundangkan di Bandung Pada tanggal 26 Februari 2000 SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA BARAT, ttd. Drs. H. DANNY SETIAWAN Pembina Utama NIP. 010 054 068 LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2000 NOMOR 4 SERI D
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2000 PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 1997 PELAKSANAAN IURAN PELAYANAN IRIGASI DI JAWA BARAT I. UMUM Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan penganut asas Desentralisasi dalam menyelenggarakan Pemerintah, dengan memberikan kesempatan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Karena itu, Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, antara lain, menyatakan bahwa pembagian Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan Pemerintahan ditetapkan dengan Undang-undang. Dengan demikian Undang-undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR- RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Disamping itu, Penyelenggaraa Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah Sebagai tindak lanjut dari Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tersebut diatas telah ditetapkan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 Raperda dan mulai berlaku tanggal 7 Mei 1999. Hal-hal yang mendasar dalam Undang-undang tersebut adalah mendorong untuk memberdayakan masyarakat menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu Undang-undang ini menempatkan otonomi daerah secara utuh pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tersebut berkedudukan sebagai Daerah Otonomi
mempunyai kewenangan dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 ini pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota berdasarkan asas desentralisasi dalam wujud otonomi luas nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi yang luas adalah keleluasaan bagi Kabupaten dan Kota untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, sedangkan Propinsi hanya memiliki kewenangan terbatas yaitu bersifat lintas sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Dengan demikian Kewenangan Pemerintahan yang menyangkut pemanfaatan irigasi oleh para Petani Pemakai Air adalah kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten. Daerah Kota, sehingga Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pelaksanaan Iuran Pelayanan Irigasi perlu ditinjau kembali dan dilakukan pencabutan. Untuk selanjutnya landasan pungutan IPAIR menjadi kewenangan Kabupaten/Kota untuk mengaturnya dalam Peraturan Daerah masing-masing. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 : Cukup Jelas. : Cukup Jelas.