BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak berdirinya di Indonesia pada tahun 1990, atas rekomendasi dari

BAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang pada penelitian ini. Fenomena masalah adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

Jawaban UAS PLKS 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. h Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghimpun maupun menyalurkan dana, hal ini terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu lembaga keuangan pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit. Setiap pola pelayanan tersebut memiliki komponen yang sesuai atau tidak sesuai dengan karakteristik nasabah. Pada umumnya tidak dapat mengakses lembaga pembiayaan komersial yang menyediakan bunga rendah, seperti BRI Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat, dan koperasi karena tidak memiliki agunan sertifikat tanah, pengembalian kredit bulanan sehingga tidak sesuai dengan pola penerimaan usaha tani yang bersifat musiman, dan prosedur pengajuan kredit yang rumit. Petani juga sulit mengakses Koperasi Unit Desa karena kinerjanya lemah, putaran uang lambat, dan modal sulit berkembang. Petani sulit mengakses kredit program karena kemampuan keuangan pemerintah yang terbatas.karena berbagai hambatan tersebut, sebagian besar petani memilih lembaga pembiayaan informal meskipun dengan tingkat bunga yang tinggi. Pola pelayanan kredit yang ideal untuk petani yaitu menghindari penetapan agunan sertifikat tanah, memberikan kredit berbentuk uang tunai, menyediakan kredit jangka pendek dengan pengembalian musiman, jumlah plafon kredit mencukupi untuk membeli benih, pupuk dan obat-obatan, serta pengajuan/penyaluran kredit melalui kelompok tani. Di sisi lain, petani perlu memahami prinsip penggunaan kredit yang benar, berusaha membangun modal sendiri, dan menciptakan diversifikasi usaha yang memberikan penerimaan secara harian, mingguan atau musiman. Begitu pula untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi pembiayaan UKM bank Syari ah dan juga untuk mengetahui bagaimana dampak pembiayaan terhadap UKM itu sendiri. Bank Syari ah memiliki tanggung jawab dalam menciptakan kesejahteraan sosial dan dapat dilakukan melalui alokasi pembiayaan ke UKM-UKM, tetapi tidak 1

2 dapat dipungkiri peranan perbankan Syari ah dalam perekonomian relatif masih sangat kecil dan portofolio pembiayaan bank Syari ah juga masih didominasi pembiayaan murabahah yang sebagian besar masih konsumtif. Berdasarkan survey yang telah dilakukan permasalahan utama dari UKM adalah kekurangan modal kerja dan pendanaan untuk investasi. Untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi alokasi pembiayaan UKM bank Syari ah dengan menggunakan data-data laporan keuangan bank Syari ah serta melakukan analisis secara mendalam dan detail terhadap hasil yang diperoleh dari data laporan keuangan tersebut. BMT adalah kepanjangan dari Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroprasi berdasarkan prinsipprinsip syariah. BMT sesuai namaya terdiri dari dua fungsi utama yaitu Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta) melakukan kegiatan usahausaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Sedangkan Baitul mal (rumah harta) menerima titipan dana zakat, infak, sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan perturan dan amanahnya. Sebagai lembaga keuangan BMT bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang memercayakan dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana dari masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT. Sedangkan sebagai lembaga ekonomi, BMT berhak melakukan kegiatan ekonomi seperti mengelola kegiatan perdagangan, industri dan pertanian.1 Pada dasarnya, sekarang ini banyak lembaga keuangan berlabel syariah yang berkembang dalam skala besar dengan menawarkan produkproduknya yang beraneka ragam dengan istilah berbahasa arab. Banyak masyarakat yang masih bingung dengan istilah tersebut dan masih ragu apakah benar semua produk tersebut adalah benar-banar jauh dari 1 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana Edisi I, 2009,Jakarta, hlm,451-452

3 pelanggaran syariah islam ataukah hanya rekayasa semata. Melihat banyaknya pertanyaan seputar ini kami telah mengangkat salah satu produk tersebut untuk melihat kehalalannya dalam tinjauan fikih islam. Setiap lembaga pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit. Setiap pola pelayanan tersebut memiliki komponen yang sesuai atau tidak sesuai dengan karakteristik petani. Petani umumnya tidak dapat mengakses lembaga pembiayaan komersial yang menyediakan bunga rendah, seperti BRI Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat, dan koperasi karena tidak memiliki agunan sertifikat tanah, pengembalian kredit bulanan sehingga tidak sesuai dengan pola penerimaan usaha tani yang bersifat musiman, dan prosedur pengajuan kredit yang rumit. Petani juga sulit mengakses Koperasi Unit Desa karena kinerjanya lemah, putaran uang lambat, dan modal sulit berkembang.petani sulit mengakses kredit program karena kemampuan keuangan pemerintah yang terbatas.karena berbagai hambatan tersebut, sebagian besar petani memilih lembaga pembiayaan informal meskipun dengan tingkat bunga yang tinggi. Pola pelayanan kredit yang ideal untuk petani yaitu menghindari penetapan agunan sertifikat tanah, memberikan kredit berbentuk uang tunai, menyediakan kredit jangka pendek dengan pengembalian musiman, jumlah plafon kredit mencukupi untuk membeli benih, pupuk dan obatobatan, serta pengajuan/penyaluran kredit melalui kelompok tani. Di sisi lain, petani perlu memahami prinsip penggunaan kredit yang benar, berusaha membangun modal sendiri, dan menciptakan diversifikasi usaha yang memberikan penerimaan secara harian, mingguan atau musiman. Dari catatan sejarah, pertengahan tahun 90-an bias disebut sebagai era pertumbuhan jumlah BMT yang luar biasa pesat. Dalam kurun waktu itulah fenomenanya berubah menjadi gerakan BMT yang bersifat nasional dan cukup massif. Perkembangan BMT kemudian memperoleh momentum tambahan akibat krisis ekonomi 1997/1998, dimana salah satu

4 penyebabnya adalah kesempatan akibat kesulitan dan kemudian konsolidasi perbankan. Secara keseluruhan, BMT kemudian tumbuh secara berlipat dan fantastis. Jutaan orang telah bisa dilayani oleh ribuan BMT dengan jaringan kantor dan jejaring usahanya. Ratusan ribu usaha produktif, sebagian besarnya berukuran mikro (sangat kecil), dapat dibantu untuk tumbuh atau sekurangnya mempertahankan diri.ratusan ribu orang lainnya berhasil ditolong dari keadaan darurat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang vital.kini dapat dikatakan bahwa masyarakat luas telah cukup mengetahui tentang keberadaan BMT. Pertumbuhan kelembagaan dan jumlah nasabah membawa perkembangan yang sangat pesat pula dalam kinerja keunagnanya. Dana yang dihimpun bertambah banyak, pembiayaan yang bisa dilakukan juga naik drastis., dan pada akhirnya aset tumbuh berlipat hanya dalam beberapa tahun. Dalam waktu bersamaan pula, BMT telah memberikan pembiayaan melebihi dana yang berhasil dihimpun, yang dimungkinkan oleh semakin membaiknya modal sendiri maupun mulai ada kepercayaan dari bank syari ah untuk bekerjasama. Dengan demikian, BMT secara faktual berkembang menjadi salah satu lembaga keuangan mikro (LKM) yang penting di Indonesia, baik dilihat dari sisi kinerja keuangan maupun jumlah masyarakat yang bias dilayaninya. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank syari ah atau BPR syari ah.prinsip operasionalnya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli,dan titipan. Produk-produk pada BMT itu sendiri meliputi produk penghimpunan dana, pembiayaan dan debt financing dimana produk penghimpunan dana pada sistem operasional BMT syari ah, pemilik dana menanamkan

5 uangnya di BMT tidak dengan tujuan mendapatkan bunga akan tetapi dalam rangka memperoleh keuntungan dari bagi hasil. Produk penghimpunan dana itu sendiri terdiri dari tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah.. Sedangkan produk pembiayaan yang terdapat pada BMT meliputi mudhorobah (bagi hasil), musyarokah (kemitraan), rahn. Qord dan murabahah.2 Dari sekian banyak produk pembiayaan yang ada di BMT, murabahah merupakan produk pembiayaan yang paling sering digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh mudahnya oprasional dan kepastian keuntungan atau marginyang akan didapat oleh pihak BMT serta tingkat resiko yang tidak terlalu tinggi. Murabahah merupakan akad jual beli antara pihak BMT dengan nasabah yang mana harga pokok dan margin telah diketahui oleh kedua belah pihak dan didasarkan atas dasar suka sama-suka (antarodhim).oleh karenanya menjadi hal yang sangat menarik apabila kita lebih dalam tentang kebijakan yang diberikan Lembaga Keuangan Syari ah dalam menentukan harga jual murabahah. Untuk merealisasikan konsep ideal tersebut, lembaga keuangan syari ah harus dikelola secara optimal berdasarkan prinsip-prinsip amanah, sidiq, fatonah, dan tabliqh, termasuk dalam hal kebijakan penetapan margin keuntungan. Namun demikian,operasional penerapan akad murabahah dilembaga keuangan syariah belum begitu banyak masyarakat yang tahu akan hal itu. Perbankan dan lembaga keuangan yang ada saat ini dalam kegiatan usahanya berdasarkan pada konsep bunga, sehingga munculnya perbankan syariah dengan konsep bagi hasilnya bagi sebagian orang dianggap sebagai solusi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh sistem perbankan konvensional. Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga belahan dunia Islam (muslim world) lainnya menginginkan sistem perekonomian 2 Himpunan Fatwa DSN-MUI

6 yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah (Islamic economic system) untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat. Keinginan ini didasarai oleh suatu kesadaran untuk menerapakan Islam secara utuh dan dan total. 3 Alhamdulillah, pada tanggal 4 Juli 1999 lembaga tersebut lahir dengan nama Baitul Maal Wat Tamwil Mitra Muamalat dan memulai kegiatan operasionalnya pada tanggal 5 Juli 1999. Usaha ini merupakan sebuah upaya untuk memberikan alternatif bagi umat Islam khususnya dan masyarakat Kudus pada umumnya untuk melakukan kegiatan bisnis melalui cara yang lebih sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.4 Dalam hal ini bagaimana BMT Mitra Muamalat menerapkan prinsip akad murabahah terhadap nasabah.. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan akad mudharabah dengan penghimpunan dana pada lembaga keuangan syari ah. Yang akan di muat dalam karya ilmiah (skripsi) dengan judul Analisis Penerapan Pembiayaan Jual Beli Barang Produktif di BMT Mitra Muamalat. B. Fokus Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka peneliti akan memfokuskan penelitianya pada seputar karyawan dan pembiayaan jual beli barang produktif. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana praktek pembiayaan jual beli barang produktif di BMT Mitra Muamalat? 2. Bagaimana pembiayaan jual beli barang produktif ditinjau dari analisis SWOT? Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta,2001, hlm. Vii 3 4 Dokumentasi BMT Mitra Muamalat Melati Kudus

7 D. Tujuan Penelitian Tujuan yang dapat dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui praktik pembiayaan jual beli barang produktif di BMT Mitra Muamalat. 2. Untuk mengetahui pembiayaan jual beli barang produktif di tinjau dari analisis SWOT. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang terdapat dalam penulisan tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan pegawai dalam melakukan pembiayaan dan tata cara pegawai melakukan pembiayaan di dalam lembaga keuangan syariah. 2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa bisa memahami benar produk-produk yang terdapat di lembaga keuangan syariah khususnya dalam posisi finance dan khususnya tidak memandang sebelah mata dalam melakukan pembiayaan di suatu kembaga keuangan syariah. F. Sistematika Penulisan Skripsi Pada bagian muka skripsi meliputi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi dan halaman. Daftar tabel. Untuk mencapai tujuan penulisan skripsi ini, sebagai karya ilmiah harus memenuhi syarat yang logis dan sistematis. Dalam pembahasan penulis, dalam menyusun empat bab berikutnya merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk lebih jelasnya penulis uraiakan sebagai berikut:

8 BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II : PEMBAHASAN UMUM TENTANG TOPIK ATAU POKOK BAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang pengertian jenis pembiayaan apa pembiayaan, saja yang digunakan dalam pembiayaan jual beli barang produktif. BAB III : METODE PENELITIAN Jenis Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi hasil penelitian yang merupakan jawaban dariseluruh permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini BAB V : PENUTUP Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup mengenai judul yang diangkat oleh penulis.