BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan pustaka Sejauh pengamatan peneliti tentang Pengaruh perlakuan alkali (NaOH)

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN TARIK KOMPOSIT HYBRID LAMINA SERAT ANYAM RAMI DAN GELAS DIPERKUAT POLYESTER

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB III METODOLOGI. Mulai

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. material teknik. Material komposit khususnya dengan penguatan serat alam mulai

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

NASKAH PUBLIKASI. SIFAT FISIS DAN MEKANIS AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DI TREATMENT MENGGUNAKAN KMnO 4

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. logam, salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit sandwich

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Komposit Pengertian Komposit. commit to user

benda uji dengan perlakuan alkali 2,5% dengan suhu 30 0 C dan waktu 1 jam,

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

PERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE DAN E-GLASS

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 KEKUATAN TARIK SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

BAB II. Tinjauan Pustaka. : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (Tumbuhan berkeping satu/monocotil) : Musaceae (Suku pisang-pisangan)

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. (Suwanto, 2006). Oleh karena itu, banyak dikembangkan material

KARAKTERISASI KUAT TARIK KOMPOSIT HIBRID LAMINAT KENAF E- GLASS/POLYPROPYLENE (PP) DENGAN VARIASI PERBANDINGAN SERAT DAN MATRIKS TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

Kata kunci : Serat purun tikus, NaOH, polyester,kekuatan tarik & Bending

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dalam bidang material logan maupun non logam. Selama ini keberadaan material logam dalam bidang industri sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

BAB V BAHAN KOMPOSIT

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT BENDING KOMPOSIT POLIESTER YANG DIPERKUAT SERAT LIMBAH GEDEBOG PISANG

KAJIAN PERLAKUAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPOSIT EPOKSI SERAT SABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4.1 Grafik dari hasil pengujian tarik.

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT MATRIKS RESIN BERPENGUAT SERAT ALAM DENGAN BERBAGAI VARIAN TATA LETAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA

PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES

ANALISIS VARIASI PANJANG SERAT TERHADAP KUAT TARIK DAN LENTUR PADA KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT Agave angustifolia Haw

Pengaruh Alkalisasi Komposit Serat Kelapa-Poliester Terhadap Kekuatan Tarik

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam. Hasil pengujian didapat pengaruh alkali 2, 4, 6, dan 8 jam pada fraksi volume 20%, 30%, 40%, 50%, dengan variasi tebal 1 mm hingga 5 mm. Pada pengujian bending optimal rata-rata pada vf 40% dengan ketebalan 3 mm dan paling optimal pada alkali 2 jam,pada uji tarik optimal pada vf 50% ketebalan 5 mm dan paling optimal pada alkali 2 jam, sehingga dapat disimpulkan bahwa saat alkalisasi serat rami paling optimal yaitu pada waktu 2 jam. Menurut penelitian Yudhanto F., dkk (2016), pada produk komposit hybrid dengan metode press mold dengan menggunakan dua jenis serat yaitu anyaman serat gelas (woven glass fiber atau fabric) dan anyaman serat sisal hybrid kemudian dibuat dengan komposisi 3 lapisan material penguat (3-layer reinforcement). Dengan Variasi yang dilakukan 4 (empat) jenis dengan kode variasi seras sisal (S) dan Glass Fiber (FG). Variasi pertama yaitu 3 layer semua serat sisal (S-S-S), variasi kedua (FG-S-FG), variasi ketiga (S-FG-S) dan yang keempat semua serat glass (FG-FG-FG) kemudian dilakukan uji tarik dengan hasil komposit hybrid terbaik ada di hybrid 1 (FG-S-FG) sebesar 117 MPa, sedangkan pada hybrid 2 (S- FG-S) diperoleh 68 Mpa, dan yang paling rendah ada pada variasi 3 layer fabric sisal sebesar 48 Mpa. 6

7 Menurut penelitian Leiwakabessy Y., dkk (2013), tentang komposit hybrid polyester yang diperkuat serat sabut kelapa dan serat ampas empulur sagu dengan Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kombinasi serat hybrid serat sabut kelapa (SSK) : Serat ampas empulur sagu (SES), dengan variasi variasi SSK 10% : SES 40%, SSK 20% : SES 30%, SSK 30% : SES 20%, SSK 40% : SES 10%. Nilai kekuatan bending komposit hybrid tertinggi ada pada fraksi volume SSK 30% : SES 20% serat sebesar 97.354 MPa, dan kekuatan bending terendah pada fraksi volume serat SSK 10% : SES 40% sebesar 73.701 MPa, Sedangkan harga tertinggi kekuatan bending terdapat pada fraksi volume 40% serat sabut kelapa dengan nilai kekuatan bending sebesar 90.709 Mpa, dan kekuatan bending terendah terdapat pada fraksi volume serat 10% sebesar 66.520 MPa, Sedangkan pada komposit serat ampas empulur sagu kekuatan bending tertinggi ada pada fraksi volume 40% serat sebesar 68.031 MPa, dan terendah ada pada fraksi volume serat 10% sebesar 47.748 MPa. Menurut penelitian Sari N.H., dkk (2011) pada pembuatan komposit hybrid yang dilakukan dengan cara hand lay up dimana panjang serat batang kelapa/serat gelas 2 cm, dengan arah serat random. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian bending dan dilakukan pengulangan tiga kali. Penelitian ini menggunakan hybrid serat batang kelapa/fiber glass dengan variasi fraksi volume serat batang kelapa/fiber glass 10:20, 15:15 dan 20:10 (%). Spesimen pengujian bending sesuai dengan standar ASTMD 790. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan bending tertinggi komposit hybrid serat batang kelapa/serat gelas pada fraksi

8 volume serat batang kelapa/fiber glass 10:20 % yaitu 22,7 N/mm2, kemudian berturut-turut 15:15 dan 20:10 yaitu 19,6 N/mm2 dan 17,37 N/mm. 2.2. Dasar Teori 2.2.1. Komposit Komposit merupakan material yang terbentuk dari dua atau lebih material yang digabungkan atau dikombinasikan sehingga menjadi material baru dan menghasilkan sifat yang baru. Komposit memiliki sifat yang lebih baik dari logam, salah satunya adalah kekakuan jenis (modulus Young) dan kekuatan jenisnya lebih tinggi dari logam. Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu: 1. Matrik Matriks berfungsi untuk perekat atau pengikat dan pelindung filler (pengisi) dari kerusakan eksternal. Matrik memegang peran penting sebagai pengikat serat, transfer beban dan pendukung serat. Pada komposit serat (Fibrous Composites) matriks yang digunakan adalah resin (plastik yang berfasa cair). Bahan matrik yang sering digunakan dalam komposit adalah polimer. Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari satuan-satuan sederhana (Putra, F. G., 2016). 2. Penguat (reinforcement) Penguat (reinforcement) berfungsi sebagai penguat dari matriks. Penguat yang umum digunakan yaitu berupa fiber, carbon, glass. Reinforcemen inilah yang menentukan karakteristik suatu bahan seperti kekuatan, keuletan, kekakuan dan sifat mekanik yang lain.

9 Berdasarkan bentuk komponen strukturnya, bentuk-bentuk komponen utama yang digunakan dalam material komposit dapat dibagi atas tiga kelas yaitu : a. Fibrous Composite Material (komposit serat) Komposit serat merupakan komposit yang terdiri dari serat di dalam matrik yang saling berhubungan. Klasifikasi serat dibagi menjadi 2, antara lain : serat alam (serat pisang, sabut, rami, atau hemp, kenaf, flax, jute, dsb) dan serat kimia atau serat buatan (serat karbon, gelas, rayon, nilon, dsb). Komposit serat dapat dibedakan berdasarkan jenis dan penempatan seratnya, yaitu continuous Fiber Composite (komposit serat searah), woven fiber composite (komposit serat anyam), chopped fiber composite (komposit serat acak), dan hybrid fiber composite (komposit gabungan beberapa jenis serat). Gambar 2.1 Komposit Serat (Putra, F.G., 2016 )

10 b. Laminate Composites (komposit lapis) Laminate Composites (komposit lapis) merupakan komposit yang terdiri dari bermacam-macam lapisan material dalam satu matrik (Putra, F.G., 2016). Gambar 2.2 Komposit Lapis (Putra, F.G., 2016 ) c. Particulalate Composites ( Komposit Partikel ) Merupakan komposit yang menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya. Untuk memperoleh komposit yang kuat harus dapat menempatkan serat dengan benar. Berdasarkan penempatanya terdapat beberapa tipe serat pada komposit yaitu: 1. Continuous Fiber Composite Continuous fiber composite mempunyai serat panjang dan lurus, membentuk lamina diatara matriknya. Jenis komposit ini paling sering digunakan. Tipe ini mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini dikarnakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.

11 Gambar 2.3. Continuous Fiber Composite ( Sumber : engineringcorner.blogspot.co.id ) 2. Woven Fiber Composite (bi-dirtectional) Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena susunan seratnya juga mengikat serat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan melemah. 3. Discontinuous Fiber Composite Discontinuous Fiber Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek dan posisi distribusi dalam matrik acak. Gambar 2.4. Tipe Discontinuous fiber ( Sumber : engineringcorner.blogspot.co.id )

12 4. Hybrid Fiber Composite Hybrid Fiber Composite merupakan gabungan dari beberapa lapisan serat yang disusun dengan jumlah dan urutan tertentu dalam satu matrik. Tipe ini digunakan supaya dapat mengganti kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya. 2.2.2. Matrik / Resin Matrik yang digunakan dalam komposit dapat berasal dari bahan polimer, maupun keramik. Syarat pokok matrik yang digunakan dalam komposit yaitu matrik harus bisa meneruskan beban, sehinga serat harus bisa melekat pada matrik dan mengikat kuat antara serat dan matrik (Hartanto, L., 2009). Matrik yang digunakan dalam komposit adalah harus mampu meneruskan beban sehingga serat harus bisa melekat pada matrik dan kompatibel antara serat dan matrik artinya tidak ada reaksi yang menggangu (Hartanto, L., 2009). Pada penelitian ini matrik yang digunakan adalah polimer termoset dengan jenis resin polyester. Matriks polyester paling banyak digunakan terutama untuk aplikasi konstruksi ringan, selain itu harganya murah, resin ini mempunyai karakteristik yang khas yaitu dapat diwarnai, transparan, dapat dibuat kaku dan fleksibel, tahan air, tahan cuaca dan bahan kimia. Keuntungan lain matriks polyester adalah mudah

13 dikombinasikan dengan serat dan dapat digunakan untuk semua bentuk penguatan plastik. Gambar 2.5 Resin dan katalis 2.2.3. Fiberglass / Serat Gelas Fiberglass merupakan serat tipis berasal dari kaca cair yang ditarik dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,001 mm. Biasanya serat ini akan digunakan dalam pembuatan komposit yang biasa disebut komposit serat. Serat ini lah yang akan diresapi oleh resin sehingga menjadi bahan baru yang kuat, menghasilkan sifat yang baru dan juga berbeda. Komposisi kimia serat gelas sebagain besar adalah SiO2 dan sisanya adalah oksida alumunium (Al), kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), dan unsurunsur lainnya. Kelebihan dari komposit dengan fiberglass yaitu biaya cenderung lebih murah, tahan korosi, mudah untuk dibuat dan bahan mudah didapat. Fiberglass dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan jenisnya, antara lain :

14 a. Serat C-Glass Serat C-Glass merupakan jenis serat yang memiliki kelebihan antara lain daya serap resin yang tinggi, ketahanan korosi yang tinggi, dan harganya tergolong murah. b. Serat E-Glass Serat E-Glass adalah jenis derat yang mempunyai kemampuan bentuk yang baik, serta mempunyai serapan resin dan transparasi yang baik. c. Serat S-Glass Serat S-Glass adalah jenis serat yang mempunyai kekakuan yang tinggi, tidak mudah terbakar, dan densitas relatif rendah, namun harga lebih mahal dari pada E- Glass. Berikut ini adalah sifat lainya dari berbagai jenis serat glass di atas : Tabel 2.1. Sifat-sifat serat glass No Jenis Serat Serat C-Glass Serat E-Glass Serat S-Glass 1 Tahan terhadap korosi Isolator listrik yang baik Modulus lebih tinggi 2 Kekuatan lebih rendah dari E-glass 3 Harga lebih mahal dari E-glass kekakuan tinggi Kekuatan tinggi Lebih tahan terhadap suhu tinggi Harga lebih mahal dari E-glass

15 1. Serat Gelas Acak Berupa lembaran serat gelas yang tersusun secara acak. Adapun gambar serat gelas acak dapat dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Serat gelas acak 2. Serat Gelas Anyam Berupa serat gelas panjang yang dianyam dengan posisi tegak lurus. Adapun gambar serat gelas anyam dapat dilihat pada gambar 2.7. Gambar 2.7 Serat gelas anyam ( sumber : alibaba.com )

16 3. Serat Gelas Longitudinal horisontal. Serat gelas yang tersusun secara lurus dan searah, baik vertikal maupun 2.2.4. Serat Alam Serat alam merupakan serat yang berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang bersulur-sulur seperti benang (Yudhanto, F., dkk. 2016). Serat alam merupakan kandidat sebagai bahan penguat untuk dapat menghasilkan bahan komposit yang ringan, kuat, ramah lingkungan serta ekonomis. Serat dari tumbuhan antara lain kapas (cotton), pelepah pisang, sabut kelapa, dan rami. Sedangkan serat dari hewan misalnya wool, sutra, dan bulu unggas. Untuk mendapatkan bentuk serat, diperlukan beberapa tahap pemrosesan tergantung pada karakter bahan dasarnya. Dalam penelitian ini serat alam yang digunakan yaitu serat rami dari tanaman rami. Tanaman rami (Boehmeria nivea) merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan serat dari kulit kayunya. Serat ini biasa digunakan untuk membuat benang dan menjadi kain yang dikombinasi dengan serat kapas maupun serat sintetis. Gambar 2.8. Serat rami

17 2.2.5. Pengaruh Alkali ( NaOH) Alkalisasi pada serat alam adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan serat berkualitas tinggi. Alkalisasi pada serat merupakan metode perendaman serat ke dalam basa alkali. Proses alkalisasi menghilangkan komponen penyusun serat yang kurang efektif dalam menentukan kekuatan antar muka yaitu hemiselulosa, lignin atau pektin. Dengan berkurangnya hemiselulosa, lignin atau pektin, wetability serat oleh matriks akan semakin baik, sehingga kekuatan antarmuka pun akan meningkat (Maryanti, B., dkk. 2011). Basa alkali yang biasa digunakan yaitu NaOH. NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dan termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna. Larutan basa memiliki rasa pahit, dan jika mengenai tangan terasa licin (seperti sabun). Sifat licin terhadap kulit itu disebut sifat kaustik basa. Salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkkan kebasaan adalah lakmus merah. Bila lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan basa maka berubah menjadi biru (Hartanto. L., 2009). 2.2.6. Press Mold Press mold merupakan metode pembuatan material komposit dengan cara ditekan atau dipress dengan beban tertentu dan biasanya menggunakan hydraulic sebagai penekannya. Fiber yang telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan, kemudian dilakukan penekanan. Keuntungan dari metode ini yaitu dapat meminimalisir adanya void pada komposit, resin dapat merata dengan baik dan ikatan resin dengan serat akan baik.

18 2.2.7. Moisture Content (MC) Moisture content (MC) merupakan kandungan air serat optimal dan dinyatakan dalam persen (%). Dengan rumus sebagai berikut : MC = Ma Mb Ma x 100 %... (2.1) Keterangan : MC = Moisture content (%) Ma = Berat serat sebelum kering (gr) Mb = Berat serat setelah kering 2.2.8. Pengujian Kekuatan Tarik Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui nilai kekuatan tarik (tensile strength), regangan patah (strain-to-failure), dan modulus elastis (elastic modulus). Pembebanan tarik dilakukan dengan memberikan beban secara perlahan sampai material komposit putus. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan tarik komposit antara lain : (Surdia, 1995). a. Temperatur Apabila temperatur naik, maka kekuatan tariknya akan turun b. Kelembaban Pengaruh kelembaban ini akan mengakibatkan bertambahnya absorbsi air, akibatnya akan menaikkan regangan patah, sedangkan tegangan patah dan modulus elastisitasnya menurun. c. Laju Tegangan

19 Apabila laju tegangan kecil, maka perpanjangan bertambah dan mengakibatkan kurva tegangan-regangan menjadi landai, modulus elastisitasnya rendah. Sedangkan kalau laju tegangan tinggi, maka beban patah dan modulus elastisitasnya meningkat tetapi regangannya mengecil. Gambar 2.9. Standart uji tarik ASTM D638-02 (Yudhanto F., dkk, 2016 ) Persamaan yang linier hubungan atara tegangan dan regangan dapat digambarkan seperti rumus di bawah ini (Yudhanto F., dkk, 2016) : σ = E. ε... (2.2) Dimana : σ = Kekuatan tarik (MPa) E = Modulus elastisitas (Gpa) ε = Regangan (%) Tegangan dapat diartikan sebagai perbandingan antara gaya dibagi dengan luas penampang mula atau awal : σ = F... (2.3) Ao

20 Dimana : σ = Kekuatan tarik (MPa) F = Gaya (N) Ao = Luas permukaan awal (mm 2 ) Regangan dapat diartikan nilai selisih panjang akhir dengan panjang mula dibagi dengan panjang semula dikalikan dengan prosentasi : Dimana : ε = L Lo ε = Regangan (%) x 100%... (2.4) L = Selisih panjang akhir dan mula (mm) Lo = Panjang Awal (mm) Modulus elastisitas adalah nilai atau angka yang digunakan untuk mengukur ketahanan bahan atau objek atau spesimen untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda itu, dengan cara membandingkan nikai tegangan dengan regangan ; E = σ ε... (2.5) Dimana : σ = Kekuatan tarik (MPa) E = Modulus elastisitas (Gpa) ε = Regangan (%)

21 2.2.9. Perpatahan Patah dapat didefinisikan sebagai pemisahan sebuah bahan menjadi dua atau lebih potongan akibat dari tegangan statis yang bekerja. Ada dua patahan yang biasa terjadi pada bahan teknik yaitu patah liat (ductile fracture) dan patah getas (brittle fracture). Bahan liat (ductile) memperlihatkan deformasi plastik dengan menyerap energi yang besar sebelum patah. Sebaliknya, patah getas hanya memeperlihatkan deformasi plastik yang kecil atau bahkan tidak ada. Setiap proses perpatahan meliputi dua tahap yaitu pembentukan dan perambatan sebagai respon terhadap tegangan yang diterapkan. (Hartanto, L., 2009).