BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN BACAAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GATAK MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DAN EFEKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasikan karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sadar dapat mengembangkan aspek potensial dalam dirinya terhadap. sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebuah keharusan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan dapat diartikan sebagai proses. budi pekerti yang luhur serta moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pesat dalam kehidupan manusia. Pekerjaan yang dikerjakan oleh. kehidupan, termasuk juga dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA PADA TEKS ARGUMENTASI MENGGUNAKAN TEKNIK SQ3R PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 JEPON

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sebuah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terbagi

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di mana pun berada. Pendidikan sangat penting artinya sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Kemajuan IPTEK tidak lepas dari perubahan yang ada dalam pendidikan karena pendidikan merupakan sektor yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Indonesia dalam hal penguasaan IPTEK menyadari benar harus memperbaiki sumber daya manusianya terutama dalam hal pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan mampu dicetak individu yang cerdas, berpikir maju, inovatif, dan kreatif. Dengan demikian, pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik demi kemajuan negara. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga negara. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan praktik pembelajarannya sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan ide mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional. 1

2 Kualitas mengajar guru Bahasa Indonesia dapat diukur dari kecakapan mereka dalam menguasai materi, termasuk pengembangannya, dan kemampuan dalam memiliki metode penyampaian, media, dan sumber belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, Selain itu, dapat dilihat cara guru memilih materi ajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Materi ajar menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seseorang dapat mengungkapkan ide, pikiran, perasaan, dan kemampuannya kepada orang lain melalui tulisan. Mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus berhadapan langsung dengan orang yang diajak berkomunikasi. Dengan kemampuan yang dimilikinya, mereka dapat menciptakan buku-buku besar yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern. Dengan memiliki keterampilan menulis, seseorang dapat merekam, mencatat, meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Semua tujuan itu hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan menyampaikan dengan jelas. Melihat besarnya manfaat kemampuan menulis bagi kehidupan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta bagi perkembangan berpikir maka sewajarnyalah kalau menulis mendapat perhatian khusus dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3 Realitasnya di lapangan, ada kesan mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap mudah. Namun hasil yang diperoleh khususnya tulisan sangat minim. Sebagai contoh yang terjadi di SMP Negeri 1 Sumberlawang karya berupa tulisan yang terpampang di majalah dinding sangat memprihatinkan. Penyebab utama kurang minatnya peserta didik dalam dunia tulis menulis. Fenomena yang terjadi adalah peserta didik suka mendengar dan melihat daripada membaca dan menulis. Tulisan dalam bidang sastra khususnya cerita rekaan atau fiksi menjadi imbas dari malasnya peserta didik dalam menulis. Selaras kinoysan (2009:61) berpendapat mulai menulis adalah hal yang berat kalau kamu tidak membiasakan diri dari awal. Hal tersebut terpicu masalah pembelajaran di kelas yang kurang berminat dan kurang termotivasi dalam pembelajaran sastra. Sewajarnya setiap ada lomba menulis cerita fiksi peserta dapat dihitung dengan jari meskipun jumlah peserta didik di SMP saat ini 739 orang. Hal tersebut karena guru pun belum siap menghadapi berbagai perubahan dalam pembelajaran khususnya menulis cerita rekaan. Guru dalam pembelajaran di kelas hanya menekankan pada pengembangan pengetahuan yang bersifat fakta dan ingatan dan melupakan aspek proses dan konteks dalam pembelajaran. Pembicaraan tentang kesulitan-kesulitan penulisan cerita rekaan (fiksi) tidak dapat terlepas dari pembelajaran menulis itu sendiri. Pembelajaran menulis bukanlah sekedar memindahkan pengetahuan huruf, kata, dan kalimat kepada peserta didiknya tetapi bagaimana cara merangkai kalimat menjadi sebuah tulisan yang enak dibaca dan diceriterakan.

4 Kondisi seperti ini tentu banyak faktor yang mempengaruhi atau menyebabkanya, di antaranya : kurang lengkap sarana belajar di sekolah, kurang waktu belajar mengajar, kurang kemampuan peserta didik, kurang kompetensi yang dimiliki guru dalam proses belajar mengajar, dan lain-lain. Sukidin (2008:2) berpendapat Guru sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan mutu pendidikan masih perlu ditingkatkan kemampuannya, mengingat perubahan yang terjadi begitu cepat dan pengetahuan terus berkembang begitu pesat. Untuk mengatasi kondisi seperti itu dibutuhkan guru yang pandai meneliti dan sekaligus memperbaiki proses pembelajarannya. Hal ini sangat diperlukan karena kemampuan meneliti merupakan cerminan guru yang professional. Materi menulis cerita rekaan perlu dikemas sehingga menarik untuk dipelajari. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan kemasan yang dibuat untuk membungkus materi ajar agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai. Selain itu, metode penyampaian materi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Sumiati (2007:93) berpendapat bahwa metode dan materi pembelajaran dapat dianalogikan dengan dua roda sepeda, roda depan diibaratkan metode pembelajaran dan roda belakang diibaratkan materi pembelajaran. Metode yang digunakan bisa dijadikan parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru. Memperhatikan fenomena di atas, banyak metode pembelajaran berbasis kompetensi yang telah dikembangkan oleh para ahli, baik melalui penelitian maupun kajian konseptual. Namun, tatkala metode pembelajaran diterapkan

5 guru di sekolah seringkali hasilnya kurang efektif dan kurang adaptatif yang disebabkan oleh belum adanya metode pembelajaran yang bisa dijadikan contoh oleh guru. Hal itu dapat dilihat dari hasil tulisan peserta didik tingkat SMP di media cetak sangat sedikit. Mempertimbangkan alasan-alasan tersebut diatas, upaya peningkatan kemampuan menulis fiksi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada baiknya diawali dengan melihat metode yang digunakan guru. Metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang tepat dapat dijadikan sebagai pijakan dalam usaha peningkatan menulis fiksi. Selain itu, metode pembelajaran tersebut juga dapat mendukung implementasi KTSP karena metode pembelajaran yang dikembangkan juga harus disesuaikan dengan tuntutan KTSP. Dengan demikian guru juga akan meningkat kompetensinya sesuai dengan tuntutan KTSP. Peneliti melihat alternatif metode membaca apresiatif untuk peningkatan menulis cerita rekaan yang diterapkan di sekolah tempat penelitian. Metode membaca apresiatif yang diterapkan dapat memberi peluang siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Prasetyono (2008:22) berpendapat dengan membaca, seseorang dapat merangsang otaknya untuk berpikir kreatif dan sistematis, memperluas dan memperkaya wawasan, serta membentuk kepribadian yang unggul dan kompetitif. Metode membaca apresiatif yang diterapkan melalui suatu interaksi yang bersifat multiplikatif dikembangkan

6 perlakuan-perlakuan dalam pelaksanaan pembelajaran dan akhirnya dapat diciptakan optimalisasi prestasi akademik (tulisan cerita rekaan). Suroso (2009:174) berpendapat bahwa sadar atau tidak, aktivitas menulis memang memerlukan tradisi membaca yang memadai. Demikian juga dijelaskan bahwa sebelum menulis cerpen, siswa dan guru sepakat untuk membaca beberapa cerpen, mulai dari yang memuat jalan cerita sederhana sampai yang kompleks. Ruth (2006:133) mengatakan saya senang menulis dan mendapati bahwa menulis bisa mengasyikkan. Kegemaranku membaca akhirnya membawaku menjadi seorang penulis yang benar-benar menikmati kepuasan dari pekerjaan itu. Mujiyanto (2009:16) berpendapat pembelajaran menulis dapat tercapai dengan baik jika dilatihkan dengan latihan yang terpimpin secara terus menerus serta penilaian yang objektif. Keterampilan ini harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman dan banyak disarankan membaca karya orang lain agar memperoleh pengetahuan cara menulis yang profesional. Berdasarkan latar belakang serta minimnya fiksi atau cerita rekaan, maka peneliti berminat untuk meneliti dan mengantisipasi dengan peningkatan kemampuan menulis fiksi melalui metode membaca apresiatif cerita pendek pada peserta didik kelas IX A SMP Negeri 1 Sumberlawang, Sragen. Hasil penelitian diharapkan memotivasi pendidik maupun peserta didik menulis cerita rekaan (fiksi).

7 B. Rumusan Masalah Dalam relevansinya dengan latar belakang masalah di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah penerapan metode membaca apresiatif cerita pendek di kelas IX A SMP Negeri 1 Sumberlawang, Sragen? 2. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan menulis fiksi dengan metode membaca apresiatif cerita pendek di kelas IX A SMP Negeri 1 Sumberlawang, Sragen? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan serta sekaligus menjadi sasaran penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah 1. mendiskripsikan penerapan metode membaca apresiatif cerita pendek di kelas IX A SMP Negeri 1 Sumberlawang, Sragen, 2. meningkatkan kemampuan menulis fiksi dengan metode membaca apresiatif cerita pendek di kelas IX A SMP Negeri 1 Sumberlawang, Sragen. D. Manfaat Penelitian Sebagai studi ilmiah, studi ini memberi sumbangan konseptual utamanya kepada pendidikan Bahasa Indonesia. Sebagai studi pendidikan Bahasa Indonesia yang aplikatif, studi ini memberikan sumbangan substansial kepada lembaga pendidikan formal.

8 1. Manfaat Teoritis a. Meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran menulis fiksi dengan metode membaca apresiatif cerita pendek. b. Peningkatan keprofesian pendidik dalam kegiatan pembelajaran sastra. c. Meningkatkan pemahaman tentang penelitian tindakan kelas untuk memacu keberhasilan sebuah satuan pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik semakin terampil dalam menulis fiksi serta mendalami secara benar penulisan cerita pendek b. Bagi pendidik menambah kreatif dan inovatif dalam pembelajaran khususnya menulis fiksi bagi peserta didik di lingkungan sekolah. c. Bagi kepala sekolah hasil sebuah penelitian sebagai masukan untuk mengefektikan pembelajaran di sekolah.