BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

Goodlad seorang tokoh pendidikan Amerika Serikat, pernah. melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kreatif mandiri dan bertanggung jawab. pendidikan tersebut ditentukan oleh komponen-komponen dalam pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia masih belum selesai dengan problematika sarana dan

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pelajar di negeri ini. Fenomena mencontek, tawuran antar pelajar, orang tuanya juga semakin memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

tindakan kekerasan, diskriminasi, dan bullying, supaya anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Para pendidik dan tenaga kependidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi professional para guru dan pengelola sekolah. pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

ANALISIS PENGARUH BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI SRAGEN (Studi Kasus di SMP Negeri 5 Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan pun dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Hal ini akan dapat dicapai manakala penyelenggaraan pendidikan berjalan secara optimal sesuai dengan isi di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 6 sebagai landasan pelaksanaan pendidikan berkualitas yang menyebutkan bahwa: Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layananan pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bab 1 pasal 1(1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Berdasar pengertian 1

2 tersebut makna guru adalah orang yang bertugas membentuk dan mengelola peserta didik sampai terbentuk generasi yang diharapkan oleh negeri ini. Diantara beberapa komponen yang menjadi penentu keberhasilan dan tercapainya mutu pendidikan adalah guru, sebagai sosok sentral dalam proses pencapaian hasil. Seorang tokoh pendidikan dari Amerika Serikat yakni Goodlad melakukan sebuah penelitianyang hasilnya kemudian dipublikasikan dengan judul Behind the Classroom Doors menyebutkan bahwa kualitas pembelajaran akan sangat bergantung terhadap apa yang dilakukan oleh guru ketika mereka mulai memasuki kelas dan menutup pintunya. Pernyataan ini sangat logis karena guru dapat melakukan apa saja di kelas saat pembelajaran berlangsung (Suyanto, 2007: 12). Dalam konteks pendidikan, guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan yang bersifat kualitatif. Dapat dikatakan bahwa peran guru merupakan faktor kunci dalam proses pemberdayaan di dunia pendidikan. Dengan kata lain kualitas pendidikan di Indonesia sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai unsur dinamis dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, perhatian terhadap guru sebagai profesi atau pribadi, menjadi bagian penting dalam proses peningkatan mutu pelayanan lulusan pendidikan (Sudarma, 2007: 36). Menurut Dirjen Dikdasmen berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di negara-negara berkembang bahwa guru memberikan kontribusi yang tertinggi dalam upaya pencapaian prestasi belajar (36%), kemudian disusul

3 manajemen (23%), waktu belajar (22%) dan sarana fisik (19%) (Sudrajat: 2008) Pemerintah Indonesia menetapkan adanya kurikulum baru bagi jenjang pendidikan formal yakni kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran 2013. Sejak bergulir wacana implementasi kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran 2013/2014, berbagai kritik dan saran telah dilontarkan dari berbagai kalangan, khususnya praktisi pendidikan. Namun pemerintah tetap memutuskan untuk melaksanakan kurikulum 2013 pada pertengahan Juli 2013. Salah satu alasan pengembangan kurikulum 2013 adalah hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 55 dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai materi pelajaran sampailevel 3 saja dari 6 level. Sementara siswa di negara maju maupun berkembang lainnya dapat menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kualitas guru matematika. Tidak dipungkiri bahwa kualitas guru matematika di Indonesia masih rendah. Hal itu dibuktikan dengan rendahnya rata-rata nilai UKG guru matematika tingkat SMP secara nasional, yaitu 53,58. Selain itu ketidaksiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2006 juga merupakan faktor gagalnya implementasi kurikulum 2006. Hal tersebut dibuktikan dengan fenomena guru yang belum mampu

4 membuat silabus dan RPP sesuai dengan kondisi sekolah. Banyak guru yang mengunduh silabus dan RPP dari internet tanpa dianalisis lebih lanjut, akibatnya silabus dan RPP di berbagai sekolah sama, padahal karakter peserta didik di berbagai sekolah berbeda-beda. Munculnya Kurikulum 2013 sebagai suatu bentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya sekolah sebagai tempat untuk melahirkan generasi masa depan yang berakhlak mulia, mandiri, cerdas, kreatif dan inovatif serta mampu beradaptasi dengan segala kondisi jaman yang selalu berubah. Kesadaran ini seharusnya untuk dapat menata dan memperbaiki seluruh elemen pendidikan terkait, khusunya di sekolah sebagai institusi utama sebagai pelaku pendidikan. Perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah dengan niat untuk memperbaiki sistem pendidikan. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum baru selain memiliki kelebihan dan kekurangan ketika diimplementasikan. Oleh karena itu perlu dievaluasi dan diperbaiki agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Dari sekian banyak perubahan yang terjadi karena kurikulum 2013 ini tentu saja ada kekurangan dalam pengimplementasiannya, hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya ketrampilan, pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas yang diembannya. Disisi lain segala kekurangan dan kelemahan dalam implementasi kurikulum tersebut bisa saja bersumber pada persepsi yang berbeda diantara komponen-komponen pelaksana dalam hal ini kepala dinas, pengawas, kepala sekolah dan guru. Selain itu juga kurangnya

5 kemampuan semua pihak tadi dalam menerjemahkan kurikulum dalam operasi pembelajaran. Menurut E. Mulyasa (2004:13) bahwa keberhasilan suatu kurikulum haruslah melalui beberapa tahapan diantaranya adanya sosialisasi yang menyeluruh, upaya untuk menghadirkan lingkungan yang kondusif, mengembangkan fasilitas dan sumber belajar, memupuk dan selalu mengembangkan kemandirian sekolah, meluruskan paradigma para guru dan memberdayakan semua tenaga kependidikan. Banyak pihak terutama Para praktisi pendidikan masih mengkhawatirkan kesiapan guru, karena masih banyak guru yang belum memahami esensi perubahan kurikulum tersebut, sehingga mereka belum siap untuk melaksanakan kurikulum 2013. Padahal menurut pemerintah seluruh sekolah harus sudah melaksanakan pembelajaran dengan kurikulum 2013 selambat-lambatnya pada tahun 2019. Bercermin pada pelaksanaan Kurikulum 2006, untuk menghadapi kurikulum 2013 kompetensi profesional, pedagogis, kepribadian, dan sosial seorang guru harus dipersiapkan dengan baik, karena sehebat apapun konsep sebuah kurikulum, rendahnya kualitas guru hanya akan membuat perubahan kurikulum dengan tujuan besarnya sia-sia. Hal lain yang dianggap kendala bagi pemerintah dalam pelaksanaan kurikulum 2013 terletak pada kesiapan di sekolah-sekolah. Upaya pemerintah dalam mengumpulkan data-data guru dengan tujuan untuk pemetaan guru masih banyak ditentang oleh banyak pihak. Ini tentu saja menyulitkan

6 pemerintah untuk perbaikan mutu pendidikan. Maka akan sangat baik jika guru berusaha diberdayakan dengan segala potensi yang dimilikinya. Guru merupakan salah satu jenis jabatan profesional yang menuntut adanya usaha berkesinambungan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga kualitas pembelajaran juga akan meningkat. Jika hal ini tidak dilakukan maka yang terjadi adalah kondisi pendidikan dengan kualitas yang stagnan atau bahkan cenderung menurun. Tingkat profesionalitas guru salah satunya dipengaruhi oleh pola pemberdayaan guru. Guru yang tidak diberdayakan akan selalu tertinggal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain agar guru tetap profesional dan mampu mengikuti perubahan zaman perlu ada system pemberdayaan yang baik, tersistem dan berkelanjutan (Suyanto, 2007: 28) Hakikat pemberdayaan adalah proses pemberian bimbingan, pimpinan, pengaturan, pengendalian dan pemberian fasilitas lainnya yang juga merupakan proses kegairahan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa elemen dasar pembinaan sumber daya manusia meliputi kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan, proses dilakukan secara rasional, melalui manusia lain, menggunakan metode atau teknik tertentu, dalam lingkungan organisasi tertentu (Fathoni, 2008: 5-6). Pemberdayaan guru merupakan proses pemberian bimbingan, pimpinan, pengaturan, pengendalian dan pemberian fasilitas lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu peningkatankedisiplinan

7 tenaga pengajar yang berhubungan dengan kompetensi-kompetensi guru. Potensi-potensi guru seperti wawasan harus senantiasa dipertahankan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang lebih baik di masa yang akan datang. Beberapa hal yang mungkin dilakukan sebagai upaya pemberdayaan guru antara lain dengan meningkatkan semangat kerja, membangun kolaborasi dan kerjasama, mendorong pengembangan profesi, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, program reward and punishment dan lain sebagainya. Kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting sebagai pengelola sekolah untuk membantu guru dalam usaha pemberdayaan tersebut. SD Negeri 4 Sragen sebagai sekolah yang berada di kecamatan Sragen, sentral dari kabupaten Sragen merupakan sekolah yang mampu menjaga kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan yang dimaksud adalah kualitas pendidik dan peserta didik. Kualitas pendidik digambarkan dengan munculnya kepala sekolah dan guru berprestasi di tingkat kabupaten maupun propinsi. Kualitas peserta didik terlihat dari perolehan prestasi akademik maupun non akademik yang diraih siswa. Nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional juga menunjukkan grafik peningkatan. SD Negeri 4 Sragen juga memiliki berbagai keistimewaaan. Selain sebagai sekolah dasar Pembina di kabupaten Sragen juga menjadi pemegang juara sekolah Adiwiyata ditingkat nasional. SD Negeri 4 Sragen memiliki jumlah siswa yang sangat banyak, yakni sekitar 851 siswa yang berasal tidak hanya dari kecamatan kota namun juga dari kecamatan lain disekitar Sragen.

8 Selain jumlah peserta didik yang banyak, SD Negeri 4 Sragen juga memiliki beberapa potensi lainnya yaitu jumlah tenaga pendidik yang banyak, fasilitas pembelajaran, seperti perpustakaan yang cukup lengkap, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, mushola dan kantin sekolah yang berjumlah lebih dari satu. Selain itu juga memiliki komite sekolah sebagai mitra internal untuk mendukung kemajuan proses pendidikan di SD Negeri 4 Sragen. Meskipun telah memiliki banyak potensi yang dapat digunakan demi keberhasilan pendidikan disana, namun tetap saja masih muncul berbagai kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013, sehingga menyebabkan kurang optimalnya proses dan hasil yang ingin dicapai oleh seluruh pihak yang terkait. Oleh karena itu berdasar asumsi tersebut peneliti ingin meneliti tentang PEMBERDAYAAN GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 4 SRAGEN. B. Fokus Penelitian Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat disampaikan bahwa fokus penelitian ini adalah bagaimana pemberdayaan guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 4 Sragen. Adapun secara khusus penelitian ini memiliki tiga sub fokus yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana pemberdayaan guru secara pribadi dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 4 Sragen? 2. Bagaimana pemberdayaan guru secara instansi dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 4 Sragen?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pemberdayaan guru secara pribadi dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 4 Sragen? 2. Untuk mendeskripsikan pemberdayaan guru secara instansi dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 4 Sragen? D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Sebagai usaha memdalami pengetahuan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), lebih khusus lagi untuk memberdayakan guru agar kompetensinya meningkat. Selain itu untuk memberikan sumbangan ilmu tentang: (a) Pemberdayaan guru secara pribadi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013; (b) Pemberdayaan guru secara instansi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang mampu mendorong semua stakeholder sekolah untuk melakukan pemberdayaan guru sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan mutu pendidikan.

10 b. Bagi Guru Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh guru sesuai dengan harapan dari kurikulum 2013. c. Bagi Peneliti Memberikan sumbangan pemikiran yang dilandasi dengan teori ilmiah selama peneliti melaksanakan program studi di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

11