BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam penyakit yang ada. Salah satu diantaranya adalah Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari kasus DM terdiangnosa karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang diperlukan, kurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya populasi manusia usia lanjut. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2007 menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian jumlah pederita DM akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 setengah dari angka tersebut berada di asia. DM telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia, setiap tahun 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes, yang

berarti 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan DM (Tandra, 2008). Selanjutnya dari berbagai penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara berkembang dan data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi jumlah penderita DM terjadi di Asia Tenggara. Akan tetapi berdasarkan jumlah penderita, India menduduki urutan pertama dengan prevalensi 31,7 juta, cina pada urutan kedua (20,8 juta), Amerika Serikat pada urutan ketiga (17,7 juta) dan Indonesia berada pada urutan keempat dengan jumlah 8,4 juta. Pada tahun 2030, jumlah penderita DM meningkat di India menjadi 79,4 juta, Cina 42,3 juta, America Serikat 30,3 juta dan Indonesia 21,3 juta. Bustan (2007) menyatakan lebih dari 18,2 juta orang Amerika menderita DM dan sekitar sepertiganya tidak mengetahui bahwa mereka tidak menderita DM. pada tahun 2050 diperkirakan 39 juta AS akan didiagnosa DM. DM telah menduduki peringkat kelima penyebab kematian. DM menjadi penyakit paling popular pada usia 65 sampai 74 tahun, dan kurang pad usia di bawah 45 tahun tanpa memandang kelompok rasa, etnik dan jenis kelamin. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi diabetes sebesar 14,7 persen pada daerah urban dan 7,2 persen pada daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta

penduduk di Indonesia yang berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi diabetes pada daerah urban (14,7 persen) dan rural ( 7,2 persen) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Dilihat pada pertambahan penduduk saat ini diperkirakan tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi sebesar 2 %, didapatkan 3,56 juta pasien DM, suatu jumlah yang sangat besar untuk ditangani sendiri oleh para ahli DM. Oleh karena itu untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya ledakan pasien DM ini harus sudah dimulai dari sekarang. Pencegahan primer pada individu yang beresiko melalui modifikasi gaya hidup yaitu pola makan, aktifitas fisik, penurunan berat badan didukung penyuluhan berkelanjutan. Sedangkan pencegahan sekunder merupakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun jangka panjang meliputi pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes, pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urine, menghentikan kebiasaan merokok. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan makan/ diit, latihan fisik teratur dan minum obat OHO/ insulin seumur hidup. Mematuhi aturan ini seumur hidup tentunya menjadi stressor berat bagi pasien sehingga banyak yang gagal mematuhinya (Soegondo, 2005, dalam WHO, 2003). Ketidakpatuhan dapat mengakibatkan kegagalan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kepatuhan terjadi dalam situasi dimana seseorang bersungguh-sungguh menghendaki orang lain berperilaku dalam berbagai cara. (Baron & Birney, 1974,

dalam Balitbangda, 2004. Kepatuhan dalam dimensi pendidikan adalah kerelaan tindakan terhadap perintah dan keinginan kewibawaan seperti orang tua atau guru (Good, 1973 dalam balitbangda 2004). Data mengenai prevalensi dan korelasi kepatuhan pasien DM jarang sekali ditemukan di negara berkembang. Oleh karena itu WHO memfokuskan pengambilan data dari negara berkembang dengan indikasi estimasi tahun 2025 terjadi ledakan mutlak pasien DM di negara berkembang. Pasien dan penyedia kesehatan di negara berkembang menghadapi hambatan ganda untuk memberikan self care yang cukup karena kemelaratan, kurangnya sistem pemberian perawatan kesehatan dan bersaing dengan prioritas utama negara dalam perhatian terhadap individu (WHO, 2003). Suatu studi di India melaporkan bahwa pasien yang tidak patuh pada program diet dan monitoring glukosa sebesar 63% (Delamater 2006). Studi di USA menunjukkan sekitar 48% pasien tidak mengikuti rencana diit dan program aktifitas fisik. (Anderson dan Gustafson, 1988 dalam Delamater, 2006), melaporkan 70% pasien tidak patuh menjalani program tinggi karbohidrat, tinggi serat dalam diit. Studi di California Utara, menemukan 67% pasien diabetes tipe 2 tidak melakukan monitoring glukosa secara teratur sebagaimana yang direkomendasikan, 25% tidak patuh terhadap penggunaan OHO, 63% tidak mematuhi program aktifitas fisik informal, 92,3% menjalankan program aktifitas fisik yang terorganisir dan 85% tidak membeli obat yang diresepkan. Sedangkan data dari survey FKM UI di Indonesia, 80% pasien DM menyuntik insulin secara tidak higienis, 58% menyuntik insulin dengan dosis tidak sesuai, 77 % memonitor dan menginterpretasikan gula darah

secara keliru dan 75% tidak makan sesuai anjuran (Darmayanti, 2008). Sementara data RS Thamrin Jakarta selama tahun 2008, tingkat kepatuhan terapi jangka panjang pada pasien DM hanya mencapai sekitar 50%, 58% pasien DM salah menggunakan obat, 75% tidak menjalani diet, dan 80% menyuntikan insulin dengan cara yang salah. Padahal, dengan mengikuti terapi yang tepat, penderita DM dapat menjalani kehidupan yang nomal. (RS Thamrin, 2008, Pusat perawatan diabetes, http:// www.thamrinhospital.com/old/services.html didapat tanggal 19 Februari 2014). Hasil penelitian Rosinta (2011) mengatakan keberhasilan penderita DM mengontrol gula darah, menjalankan terapi diet dan melakukan aktivitas/olahraga teratur akan membuat penderita terhindar dari berbagai komplikasi, seperti luka yang tidak sembuh-sembuh yang mengakibatkan sering terjadi amputsi (15-40 kali) dibandingkan orang biasa, kerusakan mata (kebutaan) pada orang dewasa, penyakit jantung koroner dan kerusakan pembuluh darah bertambah 2-4 kali lipat akibat DM. Hal ini menjelaskan bahwa pentingnya kepatuhan penderita DM menjalankan terapi DM sesuai ketentuan petugas kesehatan sehingga penderita terhindar dari komplikasi dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Dalam hal antisipasi untuk pencegahan DM ini yang sangat diperhatikan adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan bagi penderita DM. Promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan pada penderita DM merupakan suatu hal yang amat penting dalam regulasi gula darah penderita DM dan mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik maupun penyulit akut yang ditakuti penderita DM. Dalam hal ini diperlukan kerjasama yang baik antara

penderita DM dan keluarganya dengan para pengelola/penyuluh yang dapat terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga lainnya. Promosi kesehatan pada hakikatnya usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku (Notoatmodjo,2005). Tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini metode dan media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster, kalender, dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya sehingga menurut peneliti perlu dirancang media yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat sehingga pesan dapat lebih efektif untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan penderita tentang penyakit diabetes mellitus. Metode promosi kesehatan yang akan digunakan adalah metode ceramah dan media leaflet dengan pertimbangan merupakan metode dan media penyuluhan yang fungsinya

untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Edukasi yang baik dan tepat akan menggugah kesadaran penderita untuk mengubah dan menjalankan diet yang dianjurkan, sehingga kadar gula darah terkendali dengan baik dan mencegah timbulnya komplikasi. Nicolucci ae al (1996) melaporkan bahwa penderitaa DM yang tidak mendapat edukasi memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena komplikasi dibandingkan yang mendapat edukasi. RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar merupakan rumah sakit milik pemerintah Kota Pematangsiantar kelas B Pendidikan dan saat ini sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti penilaian akreditasi KARS Baru. Salah satu tuntutan akreditasi tersebut adalah bahwa sebuah rumah sakit terakreditasi harus memiliki unit pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) sebagai salah satu pelayanan preventif dalam usaha pelayanan kesehatan dimana selama ini belum pernah dilakukan penyuluhan secara terstruktur kepada pasien yang berobat di klinik. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti kepada pasien yang berobat jalan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar pada tanggal 24 januari 2014 pada 5 pasien penderita DM mengatakan bahwa kadar gula darah mereka naik turun karena susah menjaga pola makanannya apalagi kalau ada pesta, tidak melakukan kontrol KGD dengan teratur dan kurang olah raga, pengetahuan mereka pun kurang mendukung bagaimana hidup sehat bagi penderita DM dan data dari rekam medik mengatakan bahwa pola penyakit rawat jalan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2012 DM menduduki urutan ke tiga dari urutan sepuluh

penyakit dalam terbanyak. Jumlah pasien DM di klinik tahun 2013 sebanyak 1266 penderita dengan rata-rata 120 penderita /bulan. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik ingin meneliti efektifitas penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita DM yang berobat ke klinik rawat jalan RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2014. 1.2. Permasalahan Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya efektifitas penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dibandingkan dengan menggunakan leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2014. 1.4. Hipotesis 1. Ada perbedaan rata-rata perilaku penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan metode ceramah.

2. Ada perbedaan rata-rata perilaku penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah intervensi media leaflet. 3. Ada perbedaan keefektivan penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan informasi mengenai gambaran perilaku penderita diabetes mellitus. 2. Sebagai masukan bagi rumah sakit dalam membuat program kebijakan kesehatan untuk penderita diabetes mellitus. 3. Masukan dan informasi bagi petugas kesehatan akan pentingnya penyuluhan melalui metode ceramah dan media leaflet serta dapat dibagikan kepada pengunjung/penderita untuk dapat merubah perilakunya. 4. Pengembangan khasanah ilmu pengetahuan melalui penelitian selanjutnya yang terkait dengan penyuluhan dengan atau tanpa media terhadap perilaku penderita DM.