BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

dalam pembelajaran matematika mencakup pemahaman konsep, penalaran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

Oleh : Muhamad Toyib K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha menguasai dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK) diperlukan amber daya manusia yang berkemampuan tinggi. Wadah kegiatan untuk mengelola dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi adalah pendidikan, baik jalur sekolah maupun luar sekolah. Soedjadi (2000: 138), menyatakan bahwa salah satu ilmu dasar yang pola pikir dan penerapannya mempunyai peranan penting dalam penguasaan IPTEK adalah matematika. Ini berarti bahwa sampai Batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap warga negara, baik penerapannya maupun pola pikirnya. Oleh sebab itu peranan pendidikan matematika sangat penting dalam usaha mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Usaha untuk meningkatkan lcualitas pendidikan, khususnya pendidikan matematika telah banyak dilakukan, bahkan terus menerus diupayakan. Upaya peningkatan proses pembelajaran terus dilakukan dan dikembanglcan untuk mencapai tujuan pendidikan matematika. Namun, materi matematika sampai saat ini masih dirasakan sulit dalam memahaminya oleh sebagian besar siswa atau ada beberapa siswa yang merasa takut mempelajari matematika mulai dan sekolah dasar (SD) sampai sekolah lanjutan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena objek matematika yang abstrak. Soedjadi (2001: 1) berpendapat bahwa penyebab kesulitan belajar siswa dapat bersumber dan din siswa juga dan luar diri siswa, misalnya cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran yang d i I aksanakan Kurikulum KTSP 2006 menekankan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah pada jawaban konvergen, divergen, (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu

2 jawaban) dan penyelidikan. Pengajaran dimulai dan hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Berkaitan dengan strategi pembelajaran, maka dapat dipikirkan sebuah strategi dan suasana pembelajaran matematika yang membuat siswa terlibat aktif serta merasa senang dalam belajar matematika. Soedjadi (2001: 3) mengatakan untuk memilih suatu strategi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dapat diwujudkan dengan dua cara yaitu (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan (2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense (seluruh indra, emosi, karsa, karya dan nalar) peserta didik. Objek kajian matematika merupakan sesuatu yang abstrak sehingga Soedjadi (2000: 49) menyatakan guru matematika harus mampu mengkonlcritkan atau menyederhanakan objek matematika yang abstrak agar mudah dipelajari siswa. Berdasarkan uraian tersebut pembelajaran matematika perlu diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang mendorong siswa untuk belajar aktif balk secara mental, fisik maupun sosial. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan mendekatkan matematika dengan lingkungan anak. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika, keterkaitan konsep-konsep matematika dengan pengalaman kehidupan anak sehari-hari perlu dilakukan. Dengan demikian anak diberi kesempatan untuk dapat menemukan atau mengkostruksi sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya. Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa siswa dididik untuk duduk dengan tenang dan mendengarkan penjelasan guru. Guru lebih menyenangi metode ceramah, siswa bersikap pasif menerima apa yang disampaikan guru tanpa adanya upaya siswa untuk menggali materi yang sedang diajarkan dan diakhiri dengan mencatat materi pelajaran di papan tulis. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 menyatakan bahwa mata pelajaran matematika untuk pendidikan dasar dan menengah memiliki tujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

3 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuam memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, Label, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya din dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006). Kelima tujuan pelajaran matematika tersebut menunjukkan gambaran perubahan tingkah laku yang diharapkan dari siswa setelah belajar matematika. Suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mempunyai profil lebih baik dalam peningkatan pemahaman dan pengertian siswa terhadap konsep dan prosedur matematika yang sesuai dengan tujuan kurikulum adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada penyelesaian masalah matematika yang realistik atau kontekstual. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) atau di Indonesia dikenal dengan istilah Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan pendekatan baru dalam bidang pendidikan matematika, khususnya pembelajaran matematika, yang mula-mula dikembangkan di negeri Belanda. Realistik tidak hanya berarti mempunyai makna benda nyata dalam lingkungan (fisik) melainkan juga merupakan benda non fisik yaitu situasi yang diketahui sebelumnya (Heuvel Panhuizen, 1996). Pendekatan PMR merupakan salah satu dan pengklasifikasian pendekatan pengajaran matematika yaitu: pendekatan..mekanistik, empiristik, strukturalistik dan realistik (Treffers dan

4 Streffland, 1991). Pendekatan realistik dilandasi oleh pemikiran Freundenthal yang mengatakan bahwa matematika adalah aktivitas manusia sehingga pembelajaran matematika dipandang sebagai suatu proses dan bukan sebagai barang jadi. Pembelajaran yang berorientasi PMR bersifat mengutamakan reinvention, pengenalan konsep melalui masalah kontekstual, hal-hal yang konkrit atau dari lingkungan siswa dengan proses matematisasi oleh siswa dengan mengkonstruksikan idenya sendiri. Proses pembelajarannya siswa menjadi fokus dan semua aktivitas dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pengalaman belajar siswa melalui kegiatan bekerja, mencari dan menemukan sendiri konsep atau prosedur yang membuat mereka tidak mudah melupakan konsep atau prosedur yang mereka temukan. Guru hendaknya tidak saja sebagai pemberi pengetahuan tetapi menyiapkan situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa dan interaksi antara siswa sehingga siswa berani bertanya, berani mengeluarkan pendapat, dapat menerima pendapat temannya dan menemukan sendiri konsep dan prosedur yang dipelajari. Guru berfungsi sebagai pembimbing, penegosiasi dalam menyeleksi berbagai pendapat siswa melalui pemecahan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Guru tidak hanya membimbing melainkan juga menghargai setiap pendapat yang dikemukakan siswa. Siswa mengerjalcan masalah nyata yang berasal dan lingkungan dengan menggunakan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki siswa. Saat ini pembelajaran matematika masih terpusat pada guru. Urutan pemberian materi yang diajarkan dimulai dengan teori/definisi/teorema dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh dan diberikan soal-soal latihan. Dengan pengajaran seperti ini ternyata siswa masih banyak mengalami kesulitan dan pencapaian ketuntasan belajar siswa belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pemilihan topik persamaan linier satu variabel didasarkan bahwa topik persamaan merupakan materi yang erat kaitannya dengan situasi nyata dalam

5. kehidupan sehan-han contohnya dalam bentuk soal cerita. Selain itu sampai saat ini siswa masih mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Pemilihan kelas I didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa di kelas I merupakan siswa yang berada pada masa transisi, peralihan dan SD ke SMP sehingga banyak kesulitan yang dihadapi siswa. Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi (Sanjaya, 2010). Dalam rangka pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, Kementerian Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 telah menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh siswa, termasuk mata pelajaran matematika. Dengan demikian keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran matematika ditandai dengan ketuntasan siswa mencapai kompetensi dasar berdacarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Salah satu kegiatan penilaian ketercapaian kompetensi siswa adalah Ulangan akhir semester (Permendiknas RI No 20, 2007). Berdasarkan informasi yang diperoleh dan guru matematika kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru tentang basil ulangan akhir semester siswa kelas VII pada tahun 2011/2012 kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Hasil ulangan akhir semester siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu dengan KKM 75. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi basil belajar di sekolah ialah kualitas pembelajaran (Sudjana, 2000). Sudjana menambahkan kualitas pembelajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dari pendapat Sudjana tersebut, berarti ketidakberhasilan siswa kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru sangat ditentukan oleh proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru matematika di kelas. Hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru tahun pelajaran 2011/2012 disajikan dalam Tabel 1 berikut.

6 Tabel 1.1 Proses Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2011/2012 AKTIVITAS KEGIATAN AWAL GURU Meminta ketua kelas untuk menyiapkan dan memimpin doa Membahas PR yang diberikan bersama siswa Mengintruksikan siswa mengumpulkan buku PR Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pada pertemuan sebelumnya Menyampaikan cakupan pelajaran dan memotivasi siswa -Menjelaskan materi di depan kelas SISWA Berdoa dan mengucapkan salam Mengecek jawaban PR yang dibuat Mengumpulkan buku PR Menjawab pertanyaan guru tentang materi yang telah dipelajari Siswa mendengarkan penjelasan guru Memperhatikan penjelasan guru INTI AKHIR Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan --Memberikan soal latihan Menunjuk perwakilan siswa menjawab soal di depan kelas Menyimpulkan materi pelajaran Memberikan kuis Memberikan PR kepada siswa Mengarahkan siswa mempelajari materi selanjutnya Siswa tidak ada yang bertanya Mengerjakan soa latihan secara individu Perwakilan siswa menjawab soal, sementara yang lain ada yang memperhatikan, ada yang hanya menyalin dan ada yang asyik bermain di belakang Mendengarkan dan mencatat kesimpulan materi yang dipelajari Hanya beberapa siswa yang mengerjakan Mencatat soal PR yang diberikan Mendengarkan penjelasan guru Dari Tabel 1, terlihat bahwa pada kegiatan inti guru menyajikan materi pelajaran secara langsung kepada siswa tanpa melibatkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri tentang materi yang dipelajari, sehingga

7 pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang aktif. Sementara Permendiknas RI Nomor 41 (2007) mengamanatkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Oleh karena itu, perlu perbaikan dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini di kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru agar hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Shadiq (2009) terdapat beberapa model pembelajaran yang dianjurkan para pakar untuk digunakan selama proses pembelajaran di kelas-kelas di Indonesia, salah satunya adalah model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). Shadiq menambahkan Cooperative Learning atau Small-group cooperative learning atau belajar kooperatif adalah suatu jenis belajar kelompok dengan kekhususan sebagai berikut. (1) Setiap kelompok terdiri atas anggota yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, dsb), (2) Ada ketergantungan yang positif di antara anggota-anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan melaksanakan tugas kelompok dan akan diberi tugas individual (tugas tidak selalu berupa tugas mengerjakan soal, dapat juga memahami materi pelajaran, sedemikian sehingga dapat menjelaskan materi itu), (3) Kepemimpinan dipegang bersama, tetapi ada pembagian tugas selain kepemimpinan, (4) Guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi bila perlu, dan (5) Setiap anggota kelompok harus siap menyajikan basil kerja kelompok. Model pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak tidaknya tiga tujuan utama pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial (Asma, 2006). Salah satu cara untuk dapat mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel. Karena pendekatan pembelajaran matematika realistik dirancang berawal dari pemecahan masalah kontekstual yang berasal dari lingkungan siswa yang nyata dan berbasis pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman matematika siswa.

8 Berdasarkan hal dial -as maka peneliti tertarik untuk menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik dalarn tatanan model pembelajaran kooperatif. Pendekatan pembelajaran matematika realistik relatif masih baru di Indonesia sehingga perangkat pembelajaran yang bereirikan pembelajaran matematika realistik belum ada, hal ini mendorong peneliti untuk mengembangkan peranglcat pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan realistik pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel kelas VII Sekolah Menengah Pertama dan melihat pengaruh pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar siswa. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1. Bagaimanakah hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika realistik materi pokok persamaan linier satu variabel di kelas VII SMP? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan matematika realistik dalam tatanan model kooperatif dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan model konvensional pada kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru pada materi pokok persamaan linier satu variabel? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah: 1. Menghasilkan perangkat pembelajaran matematika realistik pokok bahasan persamaan linier satu variabel di kelas VII SMP. 2. Mengetahui perbedaan hasil belajar matematikan siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan matematika realistik dalam tatanan model kooperatif dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan model konvensional pada kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru pada materi pokok persamaan linier satu variabel.

9 D. KONTRIBUSI PENELITIAN a. Bagi siswa, melalui penerapan pendekatan matematika realistik dalam tatanan model kooperatif diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dan meningkatkan basil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. b. Bagi guru, melalui penerapan pendekatan maternatika realistik dalam tatanan model kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di SMP Negeri 21 Pekanbaru c. Bagi sekolah, penerapan pendekatan matematika realistik dalam tatanan model kooperatif dapat dijadikan masukan unt k meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dalam rangka meningkatkan basil belajar matematika siswa SMP Negeri 21 Pekanbani d. Bagi peneliti, basil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan berpijak dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.