dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN SISTEM

ANALISA PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3 FASA 2500 KW SEBAGAI PENGGERAK FAN PADA BAG FILTER

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

Gambar 1 Motor Induksi. 2 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

Analisis Perbandingan Besarnya Arus Start Motor Induksi Berkapasitas Besar Terhadap Jatuh Tegangan Bus

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting

PEMODELAN STATIS DAN DINAMIS PADA MOTOR STARTING UNTUK ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.

PEMODELAN STATIS DAN DINAMIS PADA MOTOR STARTING UNTUK ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.

Gambar 3.1 Wiring Diagram Direct On Line Starter (DOL)

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

Modul Pelatihan etap Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. by Lukita Wahyu P, Reza Bakhtiar

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB 1 PENDAHULUAN. motor listrik yang berdaya besar digunakan sebagai kuda kerja pada pabrik tersebut.

Lesita Dewi Rizki Wardani Dosen Pembimbing: Dedet C. Riawan, ST., MT., PhD. Dimas Anton Asfani, ST., MT., PhD.

STUDI ANALISIS KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENGASUTAN MOTOR INDUKSI DI PT. PRIMATEXCO INDONESIA BATANG

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro.

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan

Perancangan Rangkaian Pengasutan Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa Berbasis Arduino Nano

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PENGARUH SOFTSTARTER PADA ARUS MOTOR POMPA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Disusun Oleh: Lesnanto Multa P, S.T., M.Eng Restu Prima Aridani

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

Pengaruh Pengasutan Motor Induksi Terhadap Kualitas Daya Listrik

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

BAB II LANDASAN TEORI

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

Politeknik Negeri Sriwijaya. Laporan Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Analisis Kestabilan Transien di PT. PUSRI Akibat Penambahan Pembangkit 35 MW dan Pabrik P2-B Menggunakan Sistem Synchronizing Bus 33 kv

4.3 Sistem Pengendalian Motor

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Starting

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF

9/10/2015. Motor Induksi

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperlukan suatu pengumpulan data dan fakta yang lengkap, relevan dan objektif

BAB III. Transformator

Yanti Kumala Dewi, Rancang Bangun Kumparan Stator Motor Induksi 1 Fasa 4 Kutub dengan Metode Kumparan Jerat

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dalam kehidupan sehari-hari, baik penggunaan skala rumah tangga

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

Transformator (trafo)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

Dielektrika, ISSN Vol. 2, No. 1 :57-66, Pebruari 2015

Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase menggunakan Mikrokontroler 68HC11

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

MODUL 1 GENERATOR DC

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut:

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

STUDI PENGARUH PEMASANGAN STATIC VAR COMPENSATOR TERHADAP PROFIL TEGANGAN PADA PENYULANG NEUHEN

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU FASA SPLIT-PHASE

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban Sistem Kelistrikan Distrik II PT. Medco E&P Indonesia, Central Sumatera

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa dari sistem starting star delta, autotrafo dan reaktor pada motor induksi 3 fasa 2500 KW sebagai penggerak fan pada bag filter. Pada baba ini akan dilakukan pengujian dan analisa terhadap beberapa parameter starting, yaitu : arus start, torsi start, waktu start, daya dan juga overshoot. Langkah awal untuk pengujian sistem starting ini adalah melakukan pemodelan single line diagram motor induksi 3 fasa 2500 KW sebagai penggerak fan pada bag filter pada ETAP 7.5. 4.1. Single Line Diagram Motor Induksi 3 Fasa 2500 kw Langkah pertama adalah dengan melakukan pemodelan single line diagram dari motor induksi 3 fasa 2500 KW sebagai penggerak fan pada bag filter pada ETAP 7.5. Adapun single line diagramnya seperti pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 Single line diagram pengasutan motor induksi 3 fasa 43

1.2 Langkah-langkah Pengujian Sistem Pengasutan Mengggunakan ETAP Selama periode waktu pengasutan, motor pada sistem akan dianggap sebagai sebuah impedansi kecil yang terhubung dengan sebuah bus. Motor akan mengambil arus yang besar dari sistem, sekitar enam kali arus ratingnya, dan bisa menyebabkan voltage drop pada sistem serta menyebabkan gangguan pada operasi beban yang lain [10]. Torsi percepatan motor bergantung pada tegangan terminal motor, oleh karena itu untuk motor dengan tegangan terrminal yang rendah dibeberapa kasus akan menyebabkan starting motor tidak akan mencapai nilai kecepatan ratingnya [10]. Data-data yang diberikan oleh pabrik untuk operasi full load motor biasanya berupa : tegangan line to line (V), arus line (A), output daya Po (kw), power factor cos ø (perunit), efisiensi η (per unit atau percent), slip s (per unit atau percent). Dengan memeriksa nilai impedansi motor atau data dari pabrik, dapat dilihat nilai arus starting bervariasi antara 3,5 kali arus full-load untuk motor tegangan tinggi dan sekitar 7 kali arus full-load untuk tegangan rendah [10]. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengurangi arus starting dari suplai. Saat starting, tegangan bus akan turun untuk mencipatkan torsi yang cukup untuk mempercepat beban ke tegangan ratingnya. Waktu starting yang lama harus dihindari. Dengan waktu starting yang lama, misal 20 detik, maka jumlah panas yang dihasilkan di kumparan stator dan batang konduktor rotor harus diperhitungkan. Dengan suhu yang tinggi pada batang bisa menyebabkan kerusakan pada motor [10]. a. Static Motor Starting [10] 1. Menekan motor acceleration analysis. 2. Menekan edit study case untuk mengatur skenario starting motor. 3. Menekan event >> add event dan waktu starting motor misal pada event 1 waktunya 0 detik. 4. Memilih motor yang akan disimulasikan start pada kolom action by element >> add. 5. Menentukan total waktu simulasi. 6. Menekan run static motor starting 44

7. Menekan view, pilih motor starting time slider. 8. Menggeeser waktu time slider, pada saat 1 detik maka akan muncul arus starting 9. Untuk melihat grafik baik arus, tegangan, frekuensi, daya bisa ditampilkan dengan memilih menu plot. 10. Memilih menu report untuk melihat laporan lengkap. b. Dynamic Motor Starting [10] Untuk menjalankan analisis dinamis maka model dinamis motor harus dimasukkan antara lain: model, inertia dan load torque. 1. Memilih menu model, mengisi data locked rotor, memilih CKT, library untuk memilih design dan model motor. 2. Memilih menu inertia, untuk mengisikan data RPM, WR2 (momen inersia) dan H (konstanta inersia mesin). 3. Memilih menu load, memilih polynomial, load model library, memilih model id fan. Serta mengisikan waktu starting tanpa beban dan pada beban penuh. 4. Menekan ok. 5. Memilih run dynamic motor starting 6. Semua langkah berikutnya untuk melihat hasil simulasi sama seperti pada run static motor starting. 1.3 Pengujian dengan Metode Direct on Line (DOL) Pada pengujian ini, didapatkan hasil arus starting sebesar 1510,5 A atau setara dengan 5,41 kali arus nominal dengan waktu starting 1,2 detik kemudian turun pada kondisi normal sebesar 258,5 A seperti terlihat pada gambar 4.2. Hal ini dikarenakan pada saat starting, impedansi total bernilai kecil, sementara impedansi berbanding terbalik dengan nilai arus, sehingga menyebabkan nilai arusnya naik. 45

Gambar 4.2 Profil arus pengasutan menggunakan DOL Kondisi ini menyebabkan terjadi penurunan tegangan sesaat pada bus hingga 5,639 kv atau sebesar 6,02% seperti terlihat pada gambar 4.3. Gambar 4.4 juga menunjukkan penurunan yang terjadi pada tegangan terminal motor menjadi 5,639 kv atau sebesar 6,02%. Kondisi ini masih bisa ditoleransi karena batas maksimal penurunan tegangan pada motor adalah sebesar 20%. 46

Gambar 4.3 Profil tegangan motor saat pengasutan menggunakan DOL Gambar 4.4 Profil tegangan bus saat pengasutan menggunakan DOL 47

Pada metode starting DOL, torsi awal yang dihasilkan cukup tinggi, sekitar 76% dari torsi beban penuh motor seperti terlihat pada gambar 4.5. Daya awal yang dihasilkan juga melebihi dari daya nominal motor sebesar 2500 kw, yakni didapatkan daya awal sebesar 2.872 kw seperti pada gambar 4.6. Hal ini dikarenakan nilai torsi dan daya yang berbanding lurus dengan nilai dan arus starting motor. Gambar 4.5 Profil torsi motor saat pengasutan menggunakan DOL 48

Gambar 4.6 Profil daya motor saat pengasutan menggunakan DOL 1.4 Pengujian Metode Starting Autotrafo Dengan Tap = 50% Pada pengujian pengasutan menggunakan metode autotrafo, tegangan terminal motor diturunkan menjadi 50% - 80% dari tegangan penuh trafo. Hal ini dimaksudkan untuk membuat arus pengasutan kecil. Setelah kecepatan motor induksi stabil, transformator tegangan diputuskan. Pada pengujian kali ini tap yang digunakan adalah sebesar 50%, karena dengan menggunakan tap sebesar 50% ini akan dihasilkan arus pengasutan yang paling kecil. Pada metode starting menggunakan autotrafo dengan tap sebesar 50% dan switch off t= 2 detik, didapatkan arus start yang lebih rendah dibandingkan menggunakan metode DOL. Arus yang dihasilkan sebesar 395,3 A dengan waktu pengasutan sebesar 2,76 detik. Arus yang dihasilkan setara dengan 1,42 kali arus nominal. Namun pada saat switch off, arus awal mengalami kenaikan sebesar 1410,7 A atau sebesar 5.45 kali arus nominal selama 0,76 detik. Kondisi transien arus ini masih bisa ditoleransi karena masih dibawah nilai standar arus starting nominal motor sebesar 1670 A. 49

Adapun profil arus saat menggunakan metode autotrafo seperti pada gambar 4.7 berikut ini. Gambar 4.7 Profil arus pengasutan menggunakan autotrafo Tegangan pada terminal motor sebesar 2,951 kv yang didapatkan dari pengaturan tap autotrafo sebesar 50% seperti terlihat pada gambar 4.8. sedangkan tegangan pada bus mengalami penurunan sebesar 5,902 kv atau setara dengan 1,63% dari tegangan nominal 6 kv seperti terlihat pada gambar 4.9 50

Gambar 4.8 Profil tegangan motor saat pengasutan menggunakan autotrafo Gambar 4.9 Profil tegangan bus saat pengasutan menggunakan autotrafo 51

Penurunan tegangan motor berdampak pada penurunan torsi awal menjadi sekitar 22% dari torsi beban penuh motor seperti terlihat pada gambar 4.10. Daya awal yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar sebesar 787 kw, seperti pada gambar 4.11. Gambar 4.10 Profil torsi motor saat pengasutan menggunakan autotrafo Gambar 4.11 Profil daya motor saat pengasutan menggunakan autotrafo 52

1.5 Pengujian Metode Starting Reaktor Dengan Tap = 50% Dengan menggunakan metode starting reaktor dengan tap sebesar 50% dan switch off t = 2 detik, didapatkan hasil arus starting sebesar 778,8 A atau sekitar 2,62 kali arus nominal dengan waktu starting 2,78 detik seperti terlihat pada gambar 4.12. Namun pada saat switch off, arus awal mengalami kenaikan sebesar 1413,6 A atau sebesar 5.45 kali arus nominal selama 0,78 detik. Kondisi transien arus ini masih bisa ditoleransi karena masih dibawah nilai standar arus starting nominal motor sebesar 1670 A. Kondisi ini dikarenakan tegangan terminal motor yang mengalami penurunan sebesar 50% atau sekitar 2,907 kv seperti pada gambar 4.13. Gambar 4.12 Profil arus pengasutan menggunakan reaktor 53

Gambar 4.13 Profil tegangan motor saat pengasutan menggunakan reaktor Tegangan pada bus juga mengalami penurunan sebesar 5,814 kv atau setara dengan 3,1% dari tegangan bus nominal sebesar 6 kv seperti terlihat pada gambar 4.14. Penurunan tegangan bus ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan penurunan bus pada metode DOL sebesar 6,02%, akan tetapi masih lebih buruk jika dibandingkan dengan metode autotrafo yang mengalami penurunan tegangan bus hanya sekitar 1,63%. 54

Gambar 4.14 Profil tegangan bus saat pengasutan menggunakan reaktor Gambar 4.15 Profil torsi motor saat pengasutan menggunakan reaktor 55

Penurunan torsi awal menjadi sekitar 20% dari torsi beban penuh motor seperti terlihat pada gambar 4.15. Daya awal yang dihasilkan juga mengalami penurunan sebesar sebesar 763 kw, seperti pada gambar 4.16. Penurunan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan metode DOL dan autotrafo. Gambar 4.16 Profil daya motor saat pengasutan menggunakan reaktor 1.6 Pengujian Metode Starting Star Delta Dengan t = 2 detik Dengan menggunakan metode starting star delta menggunakan pengaturan waktu switch off selama 2 detik, tegangan pada terminal motor mengalami penurunan sebesar 3,39 kv atau sekitar 43,5% dan didapatkan hasil arus starting sebesar 847,8 A atau setara dengan 3,28 kali arus nominal motor. Namun pada saat perubahan dari star ke delta, arus awal mengalami kenaikan sebesar 1352,9 A atau sebesar 5,23 kali arus nominal selama 0,64 detik. Kondisi transien arus ini masih bisa ditoleransi karena masih dibawah nilai standar arus starting nominal motor sebesar 1670 A seperti terlihat pada gambar 4.18 dan gambar 4.17. Kondisi ini menyebabkan terjadi penurunan tegangan sesaat pada bus hingga 5,871 kv atau setara 2,15% dari tegangan bus nominal sebesar 6 kv seperti terlihat pada gambar 4.19. 56

Gambar 4.17 Profil arus pengasutan menggunakan star-delta dengan t = 2 detik Gambar 4.18 Profil tegangan motor pengasutan menggunakan star-delta dengan t = 2 detik 57

Gambar 4.19 Profil tegangan bus pengasutan menggunakan star-delta dengan t = 2 detik Penurunan torsi awal menjadi sekitar 28% dari torsi beban penuh motor seperti terlihat pada gambar 4.20. Daya awal yang dihasilkan juga mengalami penurunan sebesar sebesar 1038 kw, seperti pada gambar 4.21. Penurunan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan metode DOL akan tetapi lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode reaktor dan autotrafo. 58

Gambar 4.20 Profil torsi motor pengasutan menggunakan star-delta dengan t = 2 detik Gambar 4.21 Profil daya motor pengasutan menggunakan star-delta dengan t = 2 detik 59

1.7 Perhitungan Beban Pemakaian Motor Induksi 2500 kw Sebagai Penggerak Fan Pada Bag Filter Penjadwalan pengoperasian motor bag filter disesuaikan dengan kondisi operasional dari pabrik blast furnace di PT Krakatau Posco. Dimana motor bag filter A beroperasi selama 24 jam/hari, sedangkan motor bag filter B beroperasi selama 8 jam/hari menyesuakan dengan pesanan harian. Tabel 4.1 Jadwal pengoperasian motor bag filter Motor Jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 Ke- 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 Keterangan Bag Filter 1 24 Jam Bag Filter 2 Operasi 8 Jam/hari Dengan menggunakan starting DOL, dengan adanya penjadwalan pengoperasian dalam 1 hari terdapat 1 kali pengasutan, motor dengan kapasitas 2500 kw dengan t = 1,3 detik, daya awal yang dibutuhkan motor sebesar 2871 kw dan pemakaian energinya selama 1 bulan adalah sebesar 31,102 kwh. Dengan menggunakan starting autotrafo, saat menggunakan tap 50%, t = 2,76 detik, daya awal sebesar 787 kw dan pemakaian energinya sebesar 18,101 kwh. Dengan menggunakan starting reaktor, saat menggunakan tap 50%, t = 2,78 detik, daya awal sebesar 763 kw dan pemakaian energinya sebesar 17,676 kwh. Dengan menggunakan starting star delta, saat menggunakan t = 2,64 detik, daya awal sebesar 1038 kw dan pemakaian energinya sebesar 22,836 kwh. 60

Hasil Komputasi ETAP Starting DOL Autotrafo tap 50% Reaktor tap 50% Star Delta t = 2 detik Tabel 4.2 Perhitungan daya awal start dan energi yang terpakai I st V t T st P start W start (A) (kv) (%) (kw) 1510,5 5,639 76 2871 31,102 395,3 2,951 22 787 18,101 778,8 2,907 20 763 17,676 847,8 3,39 28 1038 22,836 Sedangkan perhitungan pemakaian energi motor selama 30 hari tanpa dan dengan 3 jenis metode pengasutan autotrafo, reaktor dan star delta masing-masing dapat dilihat pada tabel 4.3, 4.4 dan 4.5 dibawah ini. Tabel 4.3 Pemakaian energi metode DOL Motor Bag Filter W asut Wnormal Wtotal Keterangan (Operasi) A 0 1.800.000 1.800.000 24 Jam B 31,102 600.000 600.031,102 Total pemakaian selama 1 bulan 2.400.031,102 Operasi 8 Jam/hari Tabel 4.4 Pemakaian energi metode autotrafo Motor Bag Filter W asut Wnormal Wtotal Keterangan (Operasi) A 0 1.800.000 1.800.000 24 Jam B 18,101 600.000 600.018,101 Total pemakaian selama 1 bulan 2.400.018,101 Operasi 8 Jam/hari 61

Tabel 4.5 Pemakaian energi metode reaktor Motor Bag Filter W asut Wnormal Wtotal Keterangan (Operasi) A 0 1.800.000 1.800.000 24 Jam B 17,676 600.000 600.017,676 Total pemakaian selama 1 bulan 2.400.017,676 Operasi 8 Jam/hari Tabel 4.6 Pemakaian energi metode star-delta Motor Bag Filter W asut Wnormal Wtotal Keterangan (Operasi) A 0 1.800.000 1.800.000 24 Jam B 22,836 600.000 600.022,836 Total pemakaian selama 1 bulan 2.400.022,836 Operasi 8 Jam/hari 62