PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

Isti Fauziah 1, Sehatta Saragih 2, Suhermi 3 No Hp:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Yulia Herma, Sehatta Saragih, Suhermi No.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Tamansiswa

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Wistyan Okky Saputra dan Dr. Mukhamad Murdiono, M. Pd. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PECAHAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN N PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurusan Kimia, Jalan Mannuruki IX, Makassar 90224

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII SMPN 2 Pagedangan)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen.

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

PENERAPAN METODE EXAMPLES NONEXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PETUNJUK

*Mariana **Hayati *Dosen FKIP Universitas Lancang Kuning *Alumni FKIP Universitas Lancang Kuning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

P-ISSN: September 2017

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

PENGARUH TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 MALANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang terletak di

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING BOLA BASKET

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal Nicke Yulanda 1), Mukhni 2), Ahmad Fauzan 3) Abstract

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan kelompok kedua (kelas kontrol) tidak diberi perlakuan. Tabel 1. Desain Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

BAB III METODE PENELITIAN. treatment yang diuji yaitu pembelajaran aktif dengan metode peer lesson terhadap

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Suprapto, M.Pd. SMPN 3 Pringsewu, Kab.Pringsewu Lampung, s2suprapto@gmail.com Abstrak. Penelitian dilatarbelakangi pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan menyelesaikan soal pemecahan masalah. Sementara itu, kemampuan representasi matematis mempunyai peranan penting dalam pemecahan masalah matematis. Siswa yang memiliki kemampuan representasi baik akan dapat memecahkan masalah matematis dengan baik pula. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain pretest posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini melibatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang dipergunakan adalah soal kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis yang berbentuk uraian. Hasil analisis terhadap data skor pretest ditemukan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama, dan hasil analisis terhadap data skor posttest ditemukan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Kata Kunci. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Representasi Matematis, Pemecahan Masalah Matematis. 1. Pendahuluan Matematika termasuk mata pelajaran yang wajib dipelajari pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran matematika SMP/MTs menyebutkan tujuan diberikannya mata pelajaran matematika pada jenjang SMP/MTs antara lain agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh serta dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Namun kenyataannya sebagian besar siswa merasa kesulitan menyelesaikan soal pemecahan masalah yang disebabkan rendahnya kemampuan representasi matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik terbiasa belajar secara individu, sebagian siswa bersikap tertutup terhadap teman dan bergaul hanya kepada orang tertentu 154

saja. Para siswa umumnya enggan untuk bertanya atau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas matematis yang diberikan guru, sehingga siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan semakin tertinggal prestasi belajarnya. Bila kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan berdampak kurang baik terhadap prestasi belajar matematika, khususnya pada aspek kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisis kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, 2) menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2. Kerangka Dasar Teori 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Teori belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya adalah teori belajar kostruktivisme. Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan seseorang dibangun (dikonstruksi) dari hasil pengalaman belajarnya. Para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Slavin (1995) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif juga dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, penggunaan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kualitas pembelajaran karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam satu kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson & Johnson (Khan & Inamullah,2011) yang mengemukakan, Cooperative learning is a method used by educators can help students develop necessary social skills. Healthy interaction skills, success of the individual student and group members, and formation of personal and professional relationships are the results of cooperative learning. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 hingga 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam STAD guru menyampaikan pokok materi pelajaran dan setiap siswa dalam kelompok harus memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa mengikuti kuis yang bersifat individu dan pada saat kuis mereka tidak diperkenankan saling membantu. Selanjutnya, nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, siswa diberi penghargaan atau reward menurut peningkatan nilai yang mereka capai. Nilai-nilai yang 155

diperoleh anggota kelompok kemudian dijumlahkan untuk mendapat nilai kelompok. Kelompok yang mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau reward lainnya. 2.2 Kemampuan Representasi Matematis Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk melakukan translasi suatu masalah atau ide matematis dalam bentuk baru berupa diagram, gambar, tabel dan ekspresi matematis termasuk didalamnya dari gambar atau model fisik ke dalam bentuk simbol, kata-kata atau kalimat. Kemampuan representasi mempunyai peranan yang amat penting dalam pembelajaran matematika sehingga perlu dimiliki oleh setiap siswa. Arti penting kemampuan representasi matematis dinyatakan dalam NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) bahwa representasi merupakan salah satu dari lima kemampuan berpikir matematis yang harus dimiliki siswa. Kelima kemampuan tersebut adalah problem solving, reasoning, communication, connection, dan representation. Siswa yang memiliki kemampuan representasi yang baik akan dapat menyelesaikan masalah matematis dengan baik pula. Kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis ini akan berimplikasi terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Nakahara (2008) mengklasifikasikan representasi ke dalam lima kategori, yaitu : (1) symbolic representation, yaitu representasi yang menggunakan notasi matematika seperti angka, huruf, dan simbol; (2) linguistic representation, yaitu representasi yang menggunakan bahasa sehari-hari; (3) illustrative representation, yaitu representasi yang menggunakan ilustrasi, angka, grafik, dan sebagainya; (4) manipulative representation, yaitu representasi yang menggunakan alat peraga yang dibuat secara artifisial atau model; (5) realistic representation, yaitu representasi yang menggunakan benda-benda aktual. 2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dalam menyelesaikan suatu masalah matematis, yang menuntut untuk diselesaikan tetapi belum diketahui dengan segera prosedur ataupun cara penyelesaiannya. Reys, Suydams, Lindquist dan Smith (Afgani,2011) menyatakan bahwa masalah (problem) adalah suatu keadaan di mana seseorang menginginkan sesuatu, akan tetapi tidak mengetahui dengan segera apa yang harus dikerjakan untuk mendapatkannya. Kusumah (2011) menyatakan matematika benar-benar penting dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari karena terdapat masalah nyata yang dapat disederhanakan dan diselesaikan dengan menggunakan ide dan konsep matematis. Oleh karena itu, seorang guru matematika perlu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara optimal, karena para siswa akan menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari yang kompleks dan rumit. Baroody (Afgani,2011) membedakan tiga jenis masalah, yakni exercises, problems, dan enigmas. Exercises adalah equates a problems with an assigment, maksudnya adalah, guru biasanya memberikan sesuatu prosedur atau rumus/formula, kemudian memberikan latihan, 156

tugas problem perhitungan. Dengan demikian, anak telah siap dengan strategi untuk memperoleh penyelesaiannya karena cara menentukan jawaban dari masalah yang diberikan telah diketahuinya. Problems dapat didefinisikan sebagai suatu situasi puzzling, dimana seseorang tertarik untuk mengetahui penyelesaiannya, akan tetapi strategi penyelesaiannya belum diketahui. Lebih jelasnya suatu problems memuat (1) keinginan untuk mengetahui; (2) tidak adanya cara yang jelas untuk mendapatkan penyelesaiannya; dan (3) memerlukan suatu usaha dalam menyelesaikannya. Enigmas adalah suatu tugas yang diterima oleh seseorang sebagai suatu masalah yang tidak terselesaikan (unsolvable) karena orang yang mendapatkan masalah tersebut tidak tertarik untuk mendapatkan jawabannya. Reys, Suydams, Lindquist dan Smith (Afgani,2011) menyebutkan bahwa masalah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah masalah yang telah diketahui prosedur penyelesaiannya, siswa tinggal mengikuti langkah-langkah penyelesaian yang telah diajarkan gurunya. Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang memuat banyak konsep serta belum dapat diketahui prosedur penyelesaiannya. Sementara itu Polya (Muzdalipah,2009) menyatakan bahwa terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, mengecek kembali jawaban yang diperoleh. 3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain pretest - posttest control group design. Dalam penelitian kuasi eksperimen subyek penelitian tidak dikelompokkan secara acak akan tetapi subyek diterima apa adanya. Hal ini karena kelas sudah terbentuk sebelumnya. Rancangan eksperimen dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Rancangan Eksperimen Kelompok Pretest Treatment Posttest Eksperimen T 1 X 1 T 2 Keterangan : T 1 : Pretest T 2 : Posttest Kontrol T 1 X 2 T 2 (dalam Sudjana dan Ibrahim,2009) X 1 : Perlakuan pembelajaran STAD X 2 : Perlakuan pembelajaran konvensional Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. 157

4. Hasil Penelitian Pada kedua kelompok diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Kemampuan awal siswa tercermin dari hasil pretest kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Rata-rata skor pretest kemampuan representasi matematis siswa pada kelompok eksperimen adalah 8,086 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata 8,063. Hasil pretest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata 9,143 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata 8,000. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD adalah 13,343 dan rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional adalah 12,630. Rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD diperoleh rata-rata 12,743 sedangkan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional adalah 11,719. Rata-rata skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD lebih tinggi daripada siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional. 4.1 Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan software SPSS 17 dengan Uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kaidah pengambilan keputusan bila nilai p-value (sig) < α maka tolak H 0. H 0 : Data berdistribusi normal H 1 : Data berdistribusi tidak normal Hasil uji normalitas skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan sebagai berikut : Kemampuan Representasi Pemecahan Masalah Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kolmogorov- Kelompok Smirnov Kesimpulan Keterangan statistic sig. Eksperimen 0,125 0,184 H 0 diterima Normal Kontrol 0,150 0,065 H 0 diterima Normal Eksperimen 0,133 0,123 H 0 diterima Normal Kontrol 0,143 0,096 H 0 diterima Normal Pada Tabel 2 nampak bahwa pada kolom Kolmogorov-Smirnov nilai sig. kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa pada kedua kelompok lebih besar dari α = 0,05 dengan demikian H 0 diterima, sehingga penyebaran data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan berdistribusi 158

normal. Adapun hasil uji normalitas skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberi perlakuan adalah sebagai berikut Kemampuan Representasi Pemecahan Masalah Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest. Kolmogorov- Pembelajaran Smirnov Kesimpulan Keterangan statistic sig. STAD 0,137 0,093 H 0 diterima Normal Konvensional 0,152 0,059 H 0 diterima Normal STAD 0,217 0,000 H 0 ditolak Tidak Normal Konvensional 0,332 0,000 H 0 ditolak Tidak Normal Pada Tabel 3 nampak bahwa pada kolom Kolmogorov-Smirnov nilai sig. untuk kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional lebih besar dari α = 0,05 dengan demikian H 0 diterima, sehingga penyebaran data skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD maupun konvensional berdistribusi normal. Selanjutnya, nilai sig. kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional lebih kecil dari α = 0,05 sehingga H 0 ditolak. Jadi penyebaran data skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD maupun konvensional berdistribusi tidak normal. 4.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan software SPSS 17 dengan Uji Homogeneity of Variance (Uji Levene) pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kaidah pengambilan keputusan bila nilai p- value (sig) < α maka tolak H 0. H 0 : = H 1 : Hasil uji homogenitas terhadap data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan disajikan pada tabel berikut : Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretest Homogeneity of Variance Kemampuan Levene Kesimpulan Keterangan df1 df2 sig. Statistic Representasi 0,096 1 65 0,758 H 0 diterima Homogen Pemecahan Masalah 0,078 1 65 0,781 H 0 diterima Homogen Pada Tabel 4 nampak bahwa pada kolom Homogeneity of Variance, nilai sig. kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis lebih besar dari α = 0,05 maka H 0 diterima, yang berarti bahwa variansi skor pretest kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen. 159

Adapun hasil uji homogenitas terhadap data skor kemampuan representasi matematis siswa setelah diberi perlakuan disajikan pada tabel berikut : Kemampuan Representasi Matematis Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Posttest Kemampuan Representasi Matematis Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 sig. Kesimpulan Keterangan 0,216 1 65 0,644 H 0 diterima Homogen Pada Tabel 5 nampak bahwa pada kolom Homogeneity of Variance, nilai sig. lebih besar dari α = 0,05 maka H 0 diterima, yang berarti bahwa variansi skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional homogen, sedangkan data skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis tidak perlu dilakukan uji homogenitas, karena data skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis berdistribusi tidak normal. 4.3 Uji Kesamaan Rata-rata Data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk mengetahui sama atau tidaknya rata-rata kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberikan perlakuan dilakukan uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Pengujian hipotesis menggunakan software SPSS 17 dengan uji t (compare means independent samples t test) pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kaidah pengambilan keputusan bila nilai p-value (sig) < α maka tolak H 0. H 0 : = H 1 : > Hasil uji t terhadap skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 6. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Pretest Kemampuan T Df sig. Kesimpulan Keterangan Representasi Matematis Pemecahan Masalah Matematis Tidak ada 0,033 65 0,974 Terima H 0 perbedaan Tidak ada 1,733 65 0,088 Terima H 0 perbedaan Dari hasil uji t diperoleh nilai sig. kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis lebih besar dari α = 0,05 sehingga H 0 diterima. Hal ini berarti sebelum dilakukan eksperimen kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama pada aspek kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap skor kemampuan representasi matematis siswa setelah diberi perlakuan ditemukan bahwa data skor posttest kemampuan 160

representasi matematis berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan representasi matematis, maka dilakukan uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Hasil uji t terhadap skor posttest kemampuan representasi matematis disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 7. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Skor Posttest Kemampuan Representasi Matematis Kemampuan T Df sig. Kesimpulan Keterangan Reperesentasi Matematis 2,130 65 0,037 Tolak H 0 Ada Perbedaan Pada Tabel 7 nampak bahwa nilai sig. lebih kecil dari α = 0,05 maka H 0 ditolak. Hal ini berarti kemampuan representasi matematis siswa yang diberikan perlakuan dengan pembelajaran STAD lebih baik daripada kemampuan representasi matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional. 4.4 Uji Mann-Whitney Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap skor posttest kemampuan pemecahan masalah diperoleh kesimpulan bahwa skor kemampuan pemecahan masalah matematis berdistribusi tidak normal, sehingga untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberikan pembelajaran STAD dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional dilakukan dengan uji non parametrik menggunakan Uji Mann- Whitney 2 Independent Sampel pada taraf signifikansi α = 0,05. Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut bila nilai p-value (sig).< α maka tolak H 0. Hasil analisis uji mann-whitney terhadap skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 8. Hasil Uji Mann-Whitney Skor Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan Masalah Matematis Mann-Whitney U 399,500 Wilcoxon W 927,500 Z -2,101 Asymp.sig 0,036 Dari hasil uji mann-whitney diperoleh nilai sig. lebih kecil dari α = 0,05 maka H 0 ditolak. Hal ini berarti kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih baik dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional 5. Pembahasan Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada aspek kemampuan representasi dan pemecahan masalah 161

matematis. Setelah perlakuan, kedua kelompok diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan diperoleh hasil bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen. Selanjutmya, dari hasil uji t pada taraf signifikansi α = 0,05 terhadap skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal representasi dan pemecahan masalah matematis siswa, atau dengan kata lain, sebelum diberi perlakuan, kedua kelompok memiliki kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis yang setara. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD diperoleh rata-rata 12,743 sedangkan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional adalah 11,719. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD lebih tinggi daripada siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional. 15 13,343 12,625 10 8.086 8.063 Eksperimen 5 Kontrol 0 Pre Test Post Test Gambar 1. Rata-rata skor pretest dan posttest kemampuan representasi matematis Pada Gambar 1 nampak bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa pada aspek kemampuan representasi matematis sebelum diberi perlakuan. Setelah siswa diberikan perlakuan, terjadi peningkatan kemampuan representasi matematis baik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. 162

15 10 5 9.143 8.063 12,743 11,719 Eksperimen Kontrol 0 Pre Test Post Test Gambar 2. Rata-rata skor pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis Pada Gambar 2 nampak bahwa sebelum diberi perlakuan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok kontrol. Namun demikian, dari hasil uji kesamaan rata-rata dengan uji t dengan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Setelah siswa diberikan perlakuan, terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Hal ini tercermin dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis yang meningkat pada kedua kelompok. Rata-rata skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata skor siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 6. Kesimpulan dan Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Saran yang dapat dikemukakan adalah perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji korelasi kemampuan representasi matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. 163

Daftar Pustaka Afgani, J. 2011. Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. Khan, G. N. & Inamullah, M. H. 2011. Effect of Student s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students. Diambil 28 Desember 2012, dari situs http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/download/13435/9341 Kusumah, Y. S. 2011. Literasi Matematis. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA tanggal 26 November 2011. Bandar Lampung : FKIP - Universitas Lampung Muzdalipah, I. 2009. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Matematika volume 1, nomor 1, 2010. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Nakahara, T. 2008. Cultivating Mathematical Thinking through Representation. Diambil 1 Desember 2012, dari situs http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec2008/papers/pdf/1.keynote(dec.9)_tadao Nakahara_Japan.pdf. NCTM. 2000. Principles and Standarts for School Mathematics.Reaston,VA: NCTM. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning,Theory,Research,and Practice (2th). Boston : Allyn and Bacon. 164