BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, sehingga sasaran untuk supervisi akademik adalah guru.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

2

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Strategi Guru Pembelajar Pasca-UKG

HASIL SELEKSI SNMPTN 2017

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

2017, No Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2016

No : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

C UN MURNI Tahun

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigras

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

DALAM JABATAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

BUPATI BELITUNG TIMUR,

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

BERITA RESMI STATISTIK

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 25 Februari 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 39 menyatakan pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. Pada pasal 55 menyatakan pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil kepengawasan. Pada pasal 57 menyatakan supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas satuan pendidikan. Penjelasan pasal 57 menyatakan: supervisi manajerial meliputi aspek pengelolaan dan administrasi, sedang supervisi akademik meliputi aspek pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga sasaran untuk supervisi akademik adalah guru. Pada Permendiknas nomor 12 tahun 2007 menyatakan bahwa ada 6 dimensi kompetensi pengawas satuan pendidikan yakni: (1) kepribadian, (2) sosial, (3) supervisi manajerial, (4) supervisi akademik, (5) evaluasi pendidikan, dan (6) penelitian dan pengembangan. Untuk dimensi kepribadian dan sosial berhubungan dengan diri pribadi pengawas sedang dimensi manajerial berhubungan dengan kepala sekolah. Dengan demikian dari keenam dimensi tersebut yang berhubungan langsung dengan guru ada tiga dimensi yaitu (1) supervisi akademik, (2) evaluasi pendidikan, serta (3) penelitian dan pengembangan. 1

Supervisi akademik adalah bantuan professional kepada guru agar guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampunya. Kualitas pembelajaran tersebut meliputi kualitas dalam pengelolaan kelas, kualitas dalam penyampaian materi, dan penguasaan materi yang diampunya. Bantuan yang dapat dilakukan pengawas sekolah antara lain melalui bimbingan kepada guru tentang berbagai aspek yang terkait dengan pembelajaran, contohnya: cara membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun silabus, strategi melaksanakan pembelajaran, mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, dan cara menilai kemajuan belajar siswa. Pada dimensi Evaluasi Pendidikan, pengawas bertugas membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam pembelajaran, menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan, memantau pelaksanaan pembelajaran dan membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian. Dimensi evaluasi pendidikan juga merupakan bantuan yang dapat dilakukan pengawas untuk membimbing guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan. Selanjutnya membimbing guru dalam mengolah dan menganalisis data hasil penilaian. Dimensi Penelitian Pengembangan, pengawas bertugas memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah. Dengan bimbingan pengawas tentang penelitian tindakan, maka guru akan melakukan penelitian sehingga akan 2

mengetahui kekurangan-kekurangan dalam proses belajar mengajarnya dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta meningkatkan kualitas siswa. Dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan dan Standar Pengawas Sekolah tersebut pengawas harus dapat membimbing guru dalam peningkatan kualitas yaitu kualitas dalam pengelolaan mengajar di kelas, dalam penyampaian materi maupun penguasaan materi yang diampu guru tersebut. Pada peningkatan pengelolaan kelas dan cara penyampaian materi kepada siswa, tidak memerlukan pengawas yang sama bidang studinya, namun jika harus meningkatkan kemampuan penguasaan materi pembelajaran yang diampu, maka membutuhkan pengawas yang memang menguasai materi tersebut. Selain itu, pengawas sekolah juga harus mampu membimbing guru dalam penelitian tindakan kelas, sehingga membutuhkan pengawas yang sudah pernah melakukannya, karena jika seseorang akan membimbing orang lain dalam suatu tindakan, maka dibutuhkan pembimbing yang memang pernah melakukannya, bukan hanya menguasai teorinya. Dari daftar nama pengawas yang terdapat pada SK Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, masih banyak pengawas yang bertugas membimbing guru yang ternyata tidak sama bidang studinya, sehingga yang terjadi di lapangan hanyalah pembimbingan secara umum atau fokus pada administrasi guru saja. Dengan kondisi seperti ini, berakibat bahwa pengawas belum dapat berfungsi sebagai supervisi akademik yang diharapkan. 3

Guru merupakan sosok yang berjuang dan bekerja langsung sasaran yaitu siswa, sedang siswa adalah masa depan bangsa yang perlu dibimbing dan dididik dengan baik dan benar. Jika guru salah atau kurang baik dalam mengajar, maka siswa akan merasakan akibatnya dan berimbas terhadap masa depan bangsa. Dengan demikian penguasaan konsep dasar ilmu dan kompetensi guru harus selalu ditingkatkan, dan itulah tugas pengawas satuan pendidikan. Grafik 1: Hasil Ujian Kompetensi Awal DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA BALI JAWA TIMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT KEPULAUAN RIAU SUMATERA BARAT PAPUA BANTEN KALIMANTAN TIMUR NUSA TENGGARA BARAT SULAWESI SELATAN KALIMANTAN SELATAN RIAU PAPUA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR BENGKULU GORONTALO SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA SELATAN BANGKA BELITUNG SULAWESI TENGAH SUMATERA UTARA LAMPUNG SULAWESI BARAT ACEH JAMBI KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN BARAT MALUKU UTARA MALUKU Sumber: Kemendiknas, 2012 50,1 49,2 48,9 47,1 45,2 44,0 43,8 42,7 41,1 41,1 40,5 39,9 39,4 39,2 39,1 39,0 38,8 38,6 38,6 38,5 38,3 38,2 38,2 37,6 37,4 37,2 36,9 36,1 35,7 35,5 35,4 34,8 34,5 0 10 20 30 40 50 60 4

Dari hasil uji kompetensi awal guru di Indonesia yang tampak seperti pada grafik 1 di atas, maka rata-rata nilai tertinggi baru dicapai 50,1 untuk D.I. Yogyakarta. Jika nilai rata-ratanya mencapai 34,5 seperti yang terjadi di Maluku, maka dapat dikatakan bahwa masih ada yang nilainya kurang dari 34,5. Dengan kondisi seperti inilah yang sangat perlu untuk segera ditingkatkan. Ujian Kompetensi Awal adalah ujian yang dilaksanakan dengan peserta seluruh guru yang belum memiliki sertifikat pendidik. Jika sudah lulus UKA (ujian kompetensi awal) maka selanjutnya ditambah dengan PLPG (Pendidikan Latihan Profesional Guru). Apabila sudah dinyatakan lulus PLPG, akan mendapatkan sertifikat pendidik dan guru tersebut sudah dianggap mampu menjadi guru yang professional. Grafik 2: Hasil Ujian Kompetensi Guru Mapel UN Jawa Timur Sumatera Barat Jawa Tengah Sulawesi Selatan Daerah Khusus Ibukota Banten Jawa Barat Daerah Istimewa Yogyakarta Riau Sumatera Utara Lampung Jambi Aceh Bengkulu Sumatera Selatan Sulawesi Barat 59,77 56,46 55,59 53,35 53,18 50,09 49,64 49,09 48,24 47,82 47,08 47,04 46,45 45,83 45,37 44,78 0 20 40 60 80 Sumber: Kemendiknas, 2012 5

Grafik di atas adalah hasil UKG (Ujian Kompetensi Guru) mata pelajaran yang di UN-kan. UKG adalah ujian yang dilaksanakan dengan peserta guru-guru yang sudah mendapatkan sertifikat professi pendidik atau bahkan sudah mendapatkan tunjangan professi sebesar satu kali gaji pokok. Diharapkan UKG ini lebih baik daripada UKA. Apabila dicermati hasil UKG dari grafik 2 di atas menunjukkan bahwa nilai minimumnya memang lebih tinggi dibanding UKA, namun masih ada yang nilainya memprihatinkan, apalagi jika dilihat dari nilai terendahnya dari masing-masing provinsi seperti yang tertera pada tabel di bawah: Tabel 1: Hasil Ujian Kompetensi Guru UN PROVINSI Min Max Aceh 11,61 73,33 Banten 8,75 77,68 Bengkulu 23,51 80,95 Daerah Istimewa Yogyakarta 7,50 82,74 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 7,14 82,38 Jambi 30,06 62,62 Jawa Barat 18,57 76,43 Jawa Tengah 14,29 85,12 Jawa Timur 27,98 81,19 Lampung 20,00 74,52 Riau 25,60 67,86 Sulawesi Barat 16,90 81,67 Sulawesi Selatan 12,50 82,38 Sumatera Barat 20,00 81,55 RATA2 46,45 50,09 45,83 49,09 53,18 47,04 49,64 55,59 59,77 47,08 48,24 44,78 53,35 56,46 6

Sumatera Selatan 22,86 69,94 Sumatera Utara 10,12 76,67 TOTAL 7,14 85,12 Sumber: Kemendiknas, 2012 45,37 47,82 52,19 Dari tabel di atas tampak bahwa nilai terendah dari UKG tersebut sangat memprihatinkan. Perbedaan yang mencolok ada di Banten, D.I.Yogyakarta dan DKI Jakarta. Nilai yang kurang dari 10 dari nilai maksimal 100 sangat tidak layak sebagai guru, karena akan memberikan ilmunya kepada siswa yang dididiknya. Agar professional guru selalu meningkat, maka pemerintah sudah melakukan berbagai usaha, yang salah satunya adalah UKA dan UKG. Dengan dilakukannya UKA dan UKG, guru-guru tambah belajar dan membaca sehingga ilmunya bertambah atau yang awalnya sudah lupa akan materi pelajaran, menjadi ingat kembali. Namun karena hasil UKA dan UKG belum memuaskan, maka pemerintah malakukan dengan jalan lain yaitu dengan memberdayakan pengawas untuk meningkatkan kompetensi guru. Untuk memberdayakan pengawas sekolah secara maksimal, maka pemerintah melakukan uji kompetensi pengawas sekolah agar dapat diketahui kemampuan pengawas sekolah tersebut. Setelah dilakukan uji kompetensi pengawas sekolah, mendapatkan hasil seperti tertera pada grafik 3 di bawah. 7

Grafik 3: Hasil Tes Kompetensi Pengawas Sekolah Tahun 2008 70 60 50 40 30 20 10 0 48,65 44,45 39,55 36,96 40,74 38,29 Sumber: Kemendiknas, 2012 Dari hasil tes yang ditunjukkan pada grafik 3 di atas, kompetensi supervisi akademik mendapatkan nilai terendah yaitu 36,96. Nilai tersebut sangat rendah untuk pengawas sekolah yang diharapkan dapat membimbing guru. Setelah terlihat bahwa hasil tes pengawas sekolah rendah, maka pemerintah mengupayakan peningkatan kompetensi pengawas sekolah dengan pendidikan dan latihan (diklat). Selain diadakan diklat bagi pengawas lama, pemerintah juga merekrut guru dan atau kepala sekolah untuk disekolahkan pada program kepengawasan pendidikan yang dimulai tahun 2010. Angkatan pertama dari program ini, merekrut 4 kelas yang dikuliahkan di UI Jakarta dan di UGM Yogyakarta. Sebelum lulus kuliah program kepengawasan pendidikan, calon pengawas tersebut di-tes kompetensinya dan hasilnya sebagai berikut: 8

Grafik 4: Hasil Tes Calon Pengawas Sekolah(2012) 70 60 50 40 30 20 10 0 45,19 38,17 44,33 54,48 58,57 56,01 Sumber: Kemendiknas, 2012 Pada grafik 4 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil tes pengawas sekolah dengan calon pengawas sekolah. Pada kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan penelitian pengembangan, nilai calon pengawas sekolah mendapatkan nilai lebih tinggi dibanding nilai dari pengawas sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa ada keberhasilan dalam program peningkatan mutu pengawas sekolah dengan menyekolahkan guru atau kepala sekolah untuk menjadi calon pengawas sekolah. Dengan memperhatikan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, untuk pengawas SMK/SMA di kabupaten Kulon Progo, ada 12 pengawas yang harus mengampu pada 53 SMA/SMK negeri dan swasta. Dari 12 pengawas tersebut 7 diantaranya masih golongan IV/a. Itu artinya lebih dari 50% pengawas SMA/SMK di kabupaten Kulon Progo belum melakukan penelitian pengembangan, atau sudah melakukan penelitian, namun belum 9

dinilaikan, atau sudah menilaikan tetapi belum memenuhi syarat kenaikan pangkat, padahal itu merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki pengawas dan selanjutnya untuk membimbing guru dalam peningkatan kompetenti professional. Pada lampiran II Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, terlihat bahwa banyak sekolah yang hanya dibimbing oleh seorang pengawas. Dengan satu sekolah hanya satu pengawas dengan guru-guru yang mengampu berbagai macam bidang studi, maka pengawas tidak dapat melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang diharapkan, karena seorang pengawas tidak bisa menguasai berbagai macam bidang studi. Pada lampiran V dari surat Keputusan tersebut terdapat pembagian tugas pengawas yaitu 1 orang pengawas membimbing 40 orang guru. Akan tetapi 25% guru tidak sesuai dengan bidang studi dari pengawas tersebut. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pengawas di Kabupaten Kulon Progo, dalam pelaksanaan bimbingan, yang seharusnya kepada guru tertentu, ternyata di lapangan belum tentu sama dengan yang tertera pada surat tugas. Yang terjadi, beberapa pengawas akan membimbing guru yang ditemui saat pembimbingan (sembarang guru). Dengan alasan untuk mempercepat tindakan supervisi agar pengawas tidak menunggu guru yang sudah siap untuk disupervisi. Hal ini tentu saja guru belum tentu dapat ketemu dan dibimbing oleh pengawas yang sama bidang studinya, sehingga dalam pelaksanaan bimbingan tidak fokus pada materi pelajaran yang diampu dan peningkatan penguasaan materi ajar. Padahal yang dibutuhkan guru saat ini adalah bukan hanya administrasi akan tetapi peningkatan 10

kompetensi dalam mengajar. Jika guru meningkat kompetensinya dalam mengajar, maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang dampaknya akan meningkatkan mutu peserta didik. Dalam penelitian ini peneliti memilih populasi guru-guru yang mengajar di SMK Ma arif Kabupaten Kulon Progo yang terdiri dari delapan SMK yang tersebar di lima kecamatan. Alasan dipilihnya SMK Ma arif di Kabupaten Kulon Progo adalah karena dari delapan sekolah tersebut dibimbing oleh seluruh pengawas sekolah SMA/SMK yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian populasi yang diambil dari seluruh guru SMK Ma arif kabupaten Kulon Progo dapat dianggap sudah mewakili periliku seluruh pengawas sekolah yang ada. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada pengaruh positif Supervisi Akademik pengawas sekolah pada kinerja guru? 2. Apakah ada pengaruh positif Penelitian Pengembangan pengawas sekolah pada kinerja guru? 3. Apakah ada pengaruh positif Evaluasi Pendidikan pengawas sekolah pada kinerja guru? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh Supervisi Akademik pengawas sekolah pada kinerja guru, 11

2. menganalisis pengaruh Penelitian Pengembangan pengawas sekolah pada kinerja guru, 3. menganalisis pengaruh Evaluasi Pendidikan pengawas sekolah pada kinerja guru. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan guru dengan bimbingan pengawas sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu siswa. 2. Bagi Pengawas SMK/SMK Dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan yang semestinya dan mengetahui kebutuhan guru serta dapat melakukan tindak lanjut sesuai dengan yang diharapkan. 3. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Dari hasil penelitian ini, dapat melakukan kebijakan yang lebih berarti bagi kepentingan guru. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan tentang kinerja guru dan pengawas sekolah. E. Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah pada pengaruh dimensi kompetensi pengawas satuan pendidikan pada kinerja guru. Batasan 12

masalah yang diteliti adalah tiga dimensi pengawas satuan pendidikan yang ada sangkut pautnya dengan kinerja guru. Ketiga dimensi tersebut meliputi: 1. Dimensi Supervisi Akademik yang berkaitan dengan kinerja guru 2. Dimensi Penelitian dan Pengembangan yang berkaitan dengan kinerja guru. 3. Dimensi Evaluasi dan Penilaian yang berkaitan dengan kinerja guru 13