BAB V PENUTUP Kesimpulan Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang pembatik di Surakarta yang meneruskan usaha batik keluarganya sejak tahun 1950-an, Tanto Suheng mengajak rekan - rekan pembatik di Surakarta untuk keluar dari pakem batik tradisi dalam membuat karya karyanya. Pameran - pameran batik lukis yang pernah ia saksikan membuat dirinya terinspirasi untuk menciptakan karya - karya batik lukis dengan gaya yang lain. Bersama rekan rekan seprofesinya Tanto Suheng membentuk kelompok Canting Kakung. Surakarta sebagai salah satu kota pusat batik menjadikan batik lukis berkembang dengan pesat dan bergerak dinamis. Dalam perkembangannya, gaya - gaya batik lukis memiliki visual yang berbeda, tiap karya batik lukis memiliki gaya tersendiri yang diciptakan oleh para pengrajin. Perkembangan gaya batik lukis tidak selalu muncul secara berbeda dengan gaya yang terdahulu, pada umumnya gaya baru muncul karena meniru visual yang sudah ada tetapi dengan perbedaan komposisi warna ataupun bentuk. Visualisasi gaya akan membawa ketertarikan masyarakat untuk memiliki batik lukis, sehingga gaya batik lukis yang pada awalnya laris di pasaran akan diproduksi ulang meskipun menggunakan gaya yang sama akan tetapi hasilnya tidak sama persis. 61
62 Visual batik lukis yang laris tersebut dimaknai oleh sebagian besar orang sebagai gaya dengan perpaduan bentuk, garis dan warna yang paling serasi. Sehingga walaupun gaya yang digunakan sama akan tetapi gaya tersebut berbeda, maka mereka akan secara cepat menyukainya. Setiap proses pembuatan batik lukis meskipun menggunakan teknik sama dan motif yang sama, tidak akan memunculkan hasil seperti yang terdahulu. Hal tersebut yang membuat batik lukis seakan menjadi produk yang ekslusif dengan motif yang tidak sama dengan yang lain. Selayaknya batik tulis, walaupun menggunakan motif yang sama tetapi menghasilkan hasil akhir yang berbeda. Berbeda dengan batik printing ataupun batik cap yang mampu menghasilkan produk yang hampir sama bahkan sama persis. Akan tetapi batik lukis juga mempunyai kelemahan, kerena pengerjaannya menggunakan teknik gaya bebas hasil yang didapatkan terkadang tidak sesuai dengan sket konsep awal yang telah direncanakan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain material kain, pewarnaan, teknik. Visual yang ditampilkan pada batik lukis memadukan motif tradisi dengan motif gaya bebas. Seniman menggunakan perpaduan tersebut dikarenakan motif tradisi sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai bentuk-bentuk motif batik. Seperti kawung dan lung - lungan yang merupakan bentuk dari motif tradisi. Hal tersebut dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dapat dengan mudah dikenali masyarakat luas sebagai batik gaya baru.
63 Untuk membedakan batik tradisi dan batik lukis seniman menggunakan berbagai macam warna cerah, berbeda dengan batik tradisi yang cenderung menggunakan warna sogan. Seniman mempunyai tujuan agar produk yang diciptakan terlihat lebih modern. Karena sasaran produk ditujukan untuk kaum remaja maka pemilihan warna yang digunakan cenderung dengan warna cerah. Pola motif batik lukis dapat dikelompokkan menjadi dua macam, pola abstrak dan pola abstrak kombinasi.
DAFTAR PUSTAKA Ani Bambang Yudhoyono. 2010. Batik Pengabdian Cinta tak Berkata. Jakarta : Barnard, Malcom. 2006. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Biranul Anas, dkk. 1997. Indonesia Indah buku ke-8 batik. Jakarta: Yayasan Harapan Kita. Budiyono, dkk. 2008. Kriya Tekstil untuk Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. HB Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: : LPP Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Percetakan (UNS Press). M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005. Dasar Dasar Tata Rupadan Desain (Nirmana). Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran. Sewan Susanto. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri,Departemen Perindustrian R.I. Soedjono. 1989. Seri Kreatif Dan Terampil Batik Lukis. Bandung : CV. Remadja Karya. Soedarso. 1998. Seni Lukis Batik Indonesia. Yogyakarta : taman budaya Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. IKIP Negeri Yogyakarta. Sudarmaji. 1980. Aspek Historis Dalam Seni Lukis Batik Kontemporer. Jakarta : Balai Seni Rupa. Sumber Lain: Harian Kedaulatan Rakyat 13/03/1969
Majalah Gatra, 1997 Wawancara: Chosaeri (19/3/2013) Pandono (20/3/2015) Parman (1/4/2015) Saud Effendi (19/3/2012) Tanto Suheng (15/3/2012) Internet: http://www.udiakbar.wordprees.com