BAB V PENUTUP. Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian. merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti menjelajahi kancah dan

KAJIAN VISUAL BATIK LUKIS UNTUK PAKAIAN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Perancangan motif teratai dapat dikolaborasikan dengan lurik karena memiliki

BAB IV PENUTUP. bahwa proses pembuatan kerajinan ikat celup mulai dari mempersiapkan alat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, kemudian

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV PENUTUP. di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok

BAB I. tersebut tidak sesubur perkembangan batik pinggir kali Keberadaan batik

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB V PENUTUP. ide berdasarkan teori - teori yang telah diterima oleh penulis selama melaksanakan

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA

BAB V PENUTUP. menggunakan Napthol dan Garam Diazonium Merah B. Pada saat pencelupan. ditambahkan cuka secukupnya guna menyeimbangkan Ph kain sutra.

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB V PENUTUP. berpengaruh pada produk yang dihasilkan. Eksperimen- eksperimen dialami

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Perkembangan batik tidak hanya sampai pada pengertian dan pendapat

VISUALISASI SARANG LEBAH DENGAN TEKNIK BORDIR DAN BATIK PADA BUSANA PENGANTIN

BAB V PENUTUP. Lukisan merupakan wujud nyata dari jiwa pelukis, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURUSAN KRIYA SENI/TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

BAB V PENUTUP. karyanya untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Suatu ide penciptaan karya keramik seni dengan figur bentuk kepala Rusa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. dinamika selera modern dan teknologi (Asti dkk., 2011: 9). Perkembangan dan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

MOTIF MICROCONTROLLER PADA BUSANA HUMANE DALAM GAYA KONTEMPORER FUTURISTIS PENCIPTAAN. Vincentia Tunjung Sari NIM

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. menyalurkan ide dan pendapatnya, ide tersebut diwujudkan ke dalam bentuk

BAB V PENUTUP. itu dituangkan ke dalam rancangan-rancangan karya seni dalam jumlah yang tidak

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam perancangan sebuah karya seni, apapun bentuknya

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Seni merupakan suatu wadah untuk mengekspresikan diri melalui

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2015 PENGUASAAN PENGETAHUAN PEMBUATAN BATIK CAP PADA PESERTA DIDIK SMKN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA

JURUSAN KRIYA TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Bab 2 Tinjauan Pustaka

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB II METODE PERANCANGAN

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya ( Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF BATIK MERAK NGIBING

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB V PENUTUP. merasakan sensasi terbang dengan menggunakan ayunan. Sensasi terbang ini

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH NIRMANA 2D. Topik. Praktek Pembuatan Karya Bentuk Rupa Bidang. Penyusun: Huddiansyah, S.Sn., M.A., M.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG. PENGGUNAAN LABEL "batik Pekalongan"

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP

BAB II. Metodologi Perancangan

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Kesimpulan Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang pembatik di Surakarta yang meneruskan usaha batik keluarganya sejak tahun 1950-an, Tanto Suheng mengajak rekan - rekan pembatik di Surakarta untuk keluar dari pakem batik tradisi dalam membuat karya karyanya. Pameran - pameran batik lukis yang pernah ia saksikan membuat dirinya terinspirasi untuk menciptakan karya - karya batik lukis dengan gaya yang lain. Bersama rekan rekan seprofesinya Tanto Suheng membentuk kelompok Canting Kakung. Surakarta sebagai salah satu kota pusat batik menjadikan batik lukis berkembang dengan pesat dan bergerak dinamis. Dalam perkembangannya, gaya - gaya batik lukis memiliki visual yang berbeda, tiap karya batik lukis memiliki gaya tersendiri yang diciptakan oleh para pengrajin. Perkembangan gaya batik lukis tidak selalu muncul secara berbeda dengan gaya yang terdahulu, pada umumnya gaya baru muncul karena meniru visual yang sudah ada tetapi dengan perbedaan komposisi warna ataupun bentuk. Visualisasi gaya akan membawa ketertarikan masyarakat untuk memiliki batik lukis, sehingga gaya batik lukis yang pada awalnya laris di pasaran akan diproduksi ulang meskipun menggunakan gaya yang sama akan tetapi hasilnya tidak sama persis. 61

62 Visual batik lukis yang laris tersebut dimaknai oleh sebagian besar orang sebagai gaya dengan perpaduan bentuk, garis dan warna yang paling serasi. Sehingga walaupun gaya yang digunakan sama akan tetapi gaya tersebut berbeda, maka mereka akan secara cepat menyukainya. Setiap proses pembuatan batik lukis meskipun menggunakan teknik sama dan motif yang sama, tidak akan memunculkan hasil seperti yang terdahulu. Hal tersebut yang membuat batik lukis seakan menjadi produk yang ekslusif dengan motif yang tidak sama dengan yang lain. Selayaknya batik tulis, walaupun menggunakan motif yang sama tetapi menghasilkan hasil akhir yang berbeda. Berbeda dengan batik printing ataupun batik cap yang mampu menghasilkan produk yang hampir sama bahkan sama persis. Akan tetapi batik lukis juga mempunyai kelemahan, kerena pengerjaannya menggunakan teknik gaya bebas hasil yang didapatkan terkadang tidak sesuai dengan sket konsep awal yang telah direncanakan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain material kain, pewarnaan, teknik. Visual yang ditampilkan pada batik lukis memadukan motif tradisi dengan motif gaya bebas. Seniman menggunakan perpaduan tersebut dikarenakan motif tradisi sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai bentuk-bentuk motif batik. Seperti kawung dan lung - lungan yang merupakan bentuk dari motif tradisi. Hal tersebut dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dapat dengan mudah dikenali masyarakat luas sebagai batik gaya baru.

63 Untuk membedakan batik tradisi dan batik lukis seniman menggunakan berbagai macam warna cerah, berbeda dengan batik tradisi yang cenderung menggunakan warna sogan. Seniman mempunyai tujuan agar produk yang diciptakan terlihat lebih modern. Karena sasaran produk ditujukan untuk kaum remaja maka pemilihan warna yang digunakan cenderung dengan warna cerah. Pola motif batik lukis dapat dikelompokkan menjadi dua macam, pola abstrak dan pola abstrak kombinasi.

DAFTAR PUSTAKA Ani Bambang Yudhoyono. 2010. Batik Pengabdian Cinta tak Berkata. Jakarta : Barnard, Malcom. 2006. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Biranul Anas, dkk. 1997. Indonesia Indah buku ke-8 batik. Jakarta: Yayasan Harapan Kita. Budiyono, dkk. 2008. Kriya Tekstil untuk Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. HB Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: : LPP Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Percetakan (UNS Press). M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005. Dasar Dasar Tata Rupadan Desain (Nirmana). Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran. Sewan Susanto. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri,Departemen Perindustrian R.I. Soedjono. 1989. Seri Kreatif Dan Terampil Batik Lukis. Bandung : CV. Remadja Karya. Soedarso. 1998. Seni Lukis Batik Indonesia. Yogyakarta : taman budaya Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. IKIP Negeri Yogyakarta. Sudarmaji. 1980. Aspek Historis Dalam Seni Lukis Batik Kontemporer. Jakarta : Balai Seni Rupa. Sumber Lain: Harian Kedaulatan Rakyat 13/03/1969

Majalah Gatra, 1997 Wawancara: Chosaeri (19/3/2013) Pandono (20/3/2015) Parman (1/4/2015) Saud Effendi (19/3/2012) Tanto Suheng (15/3/2012) Internet: http://www.udiakbar.wordprees.com