BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI TEKNIK PERMAINAN PADA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK. Arum Setiowati Universitas PGRI Yogyakarta

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####

dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. 2

HUBUNGAN SELF CONFIDENCEDENGANKESIAPAN BELAJAR SISWA DI SMA IDHATA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS. Koefisien Validitas

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. kata lain, setiap individu ingin mengembangkan potensi-potensi atau kemampuankemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Integritas adalah salah satu kunci kesuksesan hidup siswa. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melaju dengan pesat, untuk

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. dipercayai tentang diri sendiri akan membentuk kepribadian diri dalam berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

(PTK Pada Siswa kelas VII SMP PGRI 15 Pracimantoro)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama individu hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

dewasa ini merupakan perkembangan yang terjadi sebelumnya. yang dimiliki dan merupakan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya terletak pada persoalan, pengajar/ dosen, sarana prasarana serta media pembelajaran. Masalah pembelajaran jauh lebih kompleks dari yang dapat diduga dan dibayangkan sebelumnya. Masalah pada mahasiswa misalnya, dimana tidak jarang ditemui mahasiswa yang memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya. Sering gugup bila berkomunikasi dengan dosen atau teman-temannya, gampang tertekan, dan menganggap kemampuannya berada di bawah teman-temannya yang lain. Persoalan tersebut tentu akan sangat berdampak pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar. Masalah kepercayaan diri pada individu menjadi prioritas yang harus dibangun. Peserta didik terkadang memiliki berbagai hambatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang dimilikinya. Ketidakmampuan peserta didik dalam mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimilikinya belum tentu disebabkan oleh ketidak tahuannya terhadap konten atau materi pelajaran. Tidak sedikit peserta didik yang mengalami hambatan dalam menyampaikan gagasannya diakibatkan oleh faktor tingkat kepercayaan diri yang rendah. Belajar mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks, karena dalam proses tersebut siswa tidak hanya sekedar menerima dan menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa dapat melibatkan diri dalam kegiatan 1

2 pembelajaran dan tindakan paedadogis yang harus dilakukan, agar hasil belajarnya lebih baik dan sempurna. Dalam belajar sangatlah dibutuhkan persiapan diri untuk menghadapinya. Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya sudah terdapat kesiapan untuk mempelajari sesuatu. Karena dalam kenyataannya setiap individu mempunyai perbedaan, maka masing-masing individu mempunyai latar belakang perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing individu. Self confidence dalam belajar berhubungan dengan kesiapan siswa dalam belajar. Dalam belajar seseorang akan memiliki kepercayaan diri apabila ia telah melakukan berbagai persiapan sebelum menghadapi pembelajaran. Siswa yang memiliki kesiapan belajar akan mempelajari materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, sehingga ia memiliki pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari. Pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa tersebut akan mendorong lahirnya kepercayaan akan kemampuan pada diri sendiri dalam menghadapi pembelajaran. Kepercayaan diri memberikan kemampuan individu untuk mengatasi tantangan baru, meyakini diri sendiri dalam situasi sulit, melewati batasan yang menghambat, menyelesaikan hal yang belum pernah dilakukan, mengeluarkan bakat serta kemampuan sepenuhnya, dan tidak mengkhawatirkan kegagalan. Ciri individu yang percaya diri adalah lebih fokus pada apa yang bisa dilakukan dan hasil positif yang akan diraih, bukan apa yang tidak bisa dilakukan dan apa yang mungkin salah.

3 Percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan hidup individu. Karena tanpa adanya rasa percaya diri, individu tidak akan sukses dalam berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu, tanpa adanya rasa percaya diri, individu niscaya tidak akan bisa mencapai keinginan yang diidam-idamkan. Karena pada prinsipnya rasa percaya diri secara alami bisa memberikan individu efektifitas kerja, kesehatan lahir batin, kecerdasan, keberanian, daya kreatifitas, jiwa petualang, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, kontrol diri, kematangan etika, rendah hati, toleran, rasa puas dalam diri maupun jiwa, serta ketenangan jiwa. Banyak masalah yang muncul ketika seorang peserta didik tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi, diantaranya muncul keraguan akan kemampuannya, suka menggantungkan diri pada orang lain atau bahkan mencontek pekerjaan temannya. Rasa percaya diri rendah kadang kala muncul secara tiba-tiba pada seseorang ketika melakukan sesuatu sehingga orang tersebut tidak mampu menunjukkan atau mengeluarkan kemampuan sesungguhnya secara optimal. Gambaran mengenai orang yang kurang percaya diri antara lain pesimis, ragu-ragu dan takut dalam menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan membandingkan diri dengan orang lain. Orang yang rendah diri begitu takut melakukan sesuatu. Ia lebih sering berpangku tangan. Tidak mau berusaha mengatasi masalah karena takut gagal, sehingga mereka menarik diri dari kontak sosial. Bila perasaan ini dibiarkan berkembang dalam pikiran kita, maka akan menjadi rasa rendah diri yang kompleks. Hal ini akan merugikan diri kita sendiri dan orang-orang disekitar kita. Sebab kita

4 tidak bisa membuat diri kita berharga bagi orang lain, maupun diri sendiri, karena tidak bisa mendedikasikan talenta ataupun ketrampilan yang kita punya. Tidak sedikit peserta didik yang merasa tidak percaya diri, sehingga membuat mereka memperlakukan diri sendiri dengan buruk, merasa diri tidak berguna dan tidak berharga. Rasa percaya diri adalah hal yang vital agar kita bisa hidup dengan lebih positif dan bisa merespon tantangan dalam hidup dengan lebih realistis. Orang yang percaya diri berpotensi besar untuk sukses dalam kehidupan pribadi maupun karirnya. Rasa percaya diri yang kurang adalah akibat dari kejadian buruk di masa kanak-kanak yang telah membuat sesorang bersikap acuh tak acuh. Hasil akhir dari kurangnya rasa percaya diri ini biasanya mengarah pada penghukuman terhadap diri sendiri, yang akan merampas keyakinan dirinya, serta kemampuannya untuk berpikir rasional. Kurangnya rasa percaya diri, membuat seseorang mengabaikan hidupnya dan bersikap negatif. Rasa percaya diri mempengaruhi emosi seseorang dan punya potensi untuk memberi dampak yang serius. Orang yang tidak cukup kuat untuk menghadapi kurangnya rasa percaya diri ini, bisa berbuat sesuatu yang akan menghancurkan kehidupannya sendiri. Peserta didik yang tidak memiliki rasa percaya diri akan mengalami berbagai hambatan terkait kesiapan belajarnya. Ia cenderung gugup menghadapi pelajaran atau mengerjakan tugas tertentu yang diberikan kepadanya. Peserta didik yang memiliki rasa percaya diri yang rendah tidak akan mampu untuk menjawab pertanyaan dari dosen dengan baik sebab ada tekanan tertentu dalam dirinya yang membuat kemampuannya tidak dapat dikeluarkan secara maksimal. Ia juga terkadang ceroboh dalam menyiapkan segala keperluar belajarnya. Mudah

5 melupakan sesuatu atau bahkan menganggap dirinya sebagai mahasiswa yang berbeda dibanding teman-temannya. Masalah kepercayaan diri pada siswa SMA Idhata Kendari menjadi prioritas yang harus dibangun, sebab peserta didik tampak tidak memiliki kepercayaan diri selama mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang merasa kaget ketika secara tiba-tiba diberi pertanyaan oleh guru. Selain itu siswa juga merasa enggan untuk tampil di depan kelas ketika diminta oleh guru. Ketika pembagian kelompok belajarpun siswa saling tunjuk satu sama lain mengenai siapa yang akan menjadi ketua kelompok, sebab dalam asumsi mereka ketua kelompok adalah pelaku dan penanggung jawab utama sehingga siswa berupaya untuk menghindarinya. Peserta didik terkadang memiliki berbagai hambatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang dimilikinya. Ketidakmampuan peserta didik dalam mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimilikinya belum tentu disebabkan oleh ketidak tahuannya terhadap konten atau materi pelajaran. Dalam komunikasi antar siswa setelah proses pembelajaran siswa mengungkapkan bahwa sebenarnya ia mengetahui jawaban dari pertanyaan guru, namun karena ragu atau tidak memiliki kepercayaan diri, maka siswa hanya diam dan melewatkan saja pertanyaan guru tersebut. Ciri individu yang percaya diri adalah lebih fokus pada apa yang bisa dilakukan dan hasil positif yang akan diraih, bukan apa yang tidak bisa dilakukan dan apa yang mungkin salah. Percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan hidup individu. Karena tanpa adanya rasa percaya diri, individu tidak akan sukses dalam

6 berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu, tanpa adanya rasa percaya diri, individu niscaya tidak akan bisa mencapai keinginan yang diidam-idamkan. Karena pada prinsipnya rasa percaya diri secara alami bisa memberikan individu efektifitas kerja, kesehatan lahir batin, kecerdasan, keberanian, daya kreatifitas, jiwa petualang, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, kontrol diri, kematangan etika, rendah hati, toleran, rasa puas dalam diri maupun jiwa, serta ketenangan jiwa. Self confidence yang rendah, misalnya ragu-ragu mengemukakan pendapat berdampak pada penurunan kesiapan siswa siswa. Hal ini dapat dilihat dari tingkah siswa yang gugup ketika dilakukan appersepsi. Siswa hanya diam ketika ditanya oleh guru. Beberapa siswa menjawab dengan ragu-ragu, bahkan ada yang sekedar menjawab walau tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Siswa yang memiliki kesiapan belajar rendah hanya diam ketika ditanya oleh guru, bahkan tidak mau untuk tampil di depan kelas ketika guru memintanya tampil ke depan kelas. Hal ini menunjukkan bahwa self confidence atau kepercayaan diri siswa berdampak pada kesiapan abelajar siswa. Bila perasaan ini dibiarkan berkembang dalam pikiran siswa, maka akan menjadi rasa rendah diri yang kompleks. Hasil wawancara penulis dengan wali kelas X yakni, Bapak Jamaluddin, S.Pd juga menemukan bahwa siswa di SMA Idhata seringkali mengalami hambatan ketika berkomunikasi dengan guru, gugup ketika mengemukakan pendapatnya dan merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan teman-temannya. Kondisi ini disebabkan

7 oleh rendahnya tingkat kesiapan peserta didik. 1 Begitu besar dampak yang muncul akibat rasa percaya diri yang rendah pada siswa. Siswa merasa inferior misalnya menganggap temannya lebih pintar, gampang putus asa misalnya cepat langsung diam ketika jawabannya didebat oleh guru atau temannya, meragukan kemampuan diri sendiri dan sering menggantungkan diri pada orang lain, misalnya pada saat pengerjaan tugas kelompok dimana hanya siswa yang dianggap mampu yang dibiarkan mengerjakan tugas sendiri. Selain itu, ketika ulangan siswa dengan kesiapan belajar rendah mengupayakan segala cara untuk menyontek pada temannya. Ia tidak memiliki keyakinan dengan jawabannya sendiri. Berbagai masalah tersebut akan sangat mempengaruhi kesiapan peserta didik dalam menghadapi pelajaran. Oleh karena itu melalui penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan mencoba untuk mengukur hubungan kepercayaan diri dengan tingkat kesiapan belajar siswa melalui penelitian yang berjudul Hubungan Self Confidence dengan Siswa Kesiapan Belajar Siswa di SMA Idhata Kendari. B. Batasan Masalah Dengan memperhatikan masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Self confidence siswa di SMA Idhata Kendari 2. Kesiapan belajar siswa di SMA Idhata Kendari 3. Hubungan self confidence dengan kesiapan belajar 1 Wali Kelas X A, Jamaluddin, wawancara Senin 8 Februari 2016

8 C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara self confidence dengan kesiapan belajar siswa di SMA Idhata Kendari. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian pada rumusan masalah, maka hipotesis penelitian sebagai berikut: diduga terdapat hubungan positif antara self confidence dengan kesiapan belajar siswa di SMA Idhata Kendari. E. Definisi Operasional Demi menghindari kesalahan pemahaman terkait variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti. 1. Self confidence siswa adalah kepercayaan akan kemampuan diri siswa yang terlihat dari sikapnya yang luwes dan tenang dalam merespon atau memberikan jawaban atas pertanyaan guru atau teman-temannya, tidak mudah gugup serta mampu membaca dan menempatkan dirinya dalam berbagai situasi yang dihadapinya. 2. Kesiapan belajar adalah keseluruhan kondisi atau keadaan siswa yang membuatnya siap untuk memberikan respon terhadap berbagai situasi belajar yang dihadapinya, yang terlihat dari kesiapan fisik, kesiapan psikis, dan kesiapan materil siswa sebelum menghadapi proses belajar mengajar.

9 F. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis: a. Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai konstruk baru tentang hubungan self confidence dengan kesiapan belajar siswa b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan kajian dalam bidang pendidikan, khususnya mengenai keadaan psikis peserta didik. c. Menguji teori tentang hubungan self confidence dengan kesiapan belajar siswa. 2. Secara praktis: a. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan penyelenggaraan pendidikan, khususnya kepala sekolah, guru dan orang tua siswa SMA Idhata Kendari. b. Sebagai referensi yang memperkaya khasanah keilmuan khususnya kajian mengenai kepercayaan diri siswa dan kesiapan belajarnya. c. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang tertarik melakukan kajian/ penelitian sejenis terkait variabel yang diteliti.

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Kepercayaan Diri Siswa 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang sangat berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa adanya kepercayaan diri akan menimbulkan banyak masalah pada diri seseorang. Hal tersebut dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu untuk mengaktualisasikan segala potensinya. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri diperluhkan baik oleh seorang anak maupun orang tua, secara individual maupun kelompok. 1 Kepercayaan diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas mental, artinya: kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan. Menurut Willis kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. 2 Loekmono mengemukakan bahwa kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh faktor- 1 Ghufron, Nur, dan Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 33 2 Ibid., h. 35 10