SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Rici Efrianda ( )

Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V2.i1( )

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

Sistem Pendukung Keputusan Pembiayaan Mitra Madani Metode Analytycal Hierarchy Process (AHP) Pt. BPR Syariah Artha Madani Bekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI SPK UNTUK SELEKSI CALON GURU DI SMK BINA MARTA

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

AHP UNTUK PEMODELAN SPK PEMILIHANSEKOLAH TINGGI KOMPUTER

Aplikasi Metode Analitical Hierarchy Proces (AHP) Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh Abulwafa Muhammad, S.Kom, M.

Okta Veza Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN di SMA N 1 JEKULO KUDUS MENGGUNAKAN METODE AHP NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Wayan Triana

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PONDOK PESANTREN DI PURWOKERTO (STUDI KASUS : MAHASISWA STAIN PURWOKERTO)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

METODE FUZZY AHP DAN AHP DALAM PENERAPAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB (STUDI KASUS CV. WISMA ANUNGKRIYA DEMAK) ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. telah di perjanjikan. Dalam kasus ini terjadinya kredit macet pasti akan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. BTN)

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Aan Jaelani. Kata Kunci :Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Pemilihan siswa berprestasi, sistem pengambilan keputusan.

MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PEMBERIAN BEASISWA BIDIKMISI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo)

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 21, No.21, Oktober 2014 ISSN :

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI PERGURUAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP)

Volume : II, Nomor : 1, Pebruari 2014 Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI) ISSN : X

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Freza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN JURUSAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS(STUDI KASUS : SMK SWASTA KARTINI UTAMA SEI RAMPAH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II Definisi Sistem Pendukung Keputusan

Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 2, No.

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH MENGGUNAKAN METODE AHP Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang

SISTEM PENERIMAAN DOSEN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN EXPERT COICE

PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN BANTUAN KHUSUS SISWA MISKIN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENGGUNAAN JENIS TANAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REKOMENDASI PENGANGKATAN KARYAWAN PESERTA TRAINING MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

PENERAPAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MEMILIH SUPPLIER Rudin Himu 1, Arip Mulyanto 2, Dian Novian 3 S1 Sistem Informasi /

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMK BINA NUSANTARA UNGARAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP) Ivan Kinski (0911189) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No.338 Simpang Limun Medan www.stmik-budidarma.ac.id //Email : maykinz.oi@gmail.com ABSTRAK Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan, diantara berbagai alternatif aksi yang bertujuan untuk memenuhi satu atau beberapa sasaran.sistem pengambilan keputusan memiliki 4 fase,yaitu intelligence, design,choice, dan implementation. Fase 1 sampai 3 merupakan dasar pengambilan keputusan, yang diakhiri dengan suatu rekomendasi. Konsep sistem pengambilan keputusan (SPK)yang berkembang pesat menimbulkan beberapa metode untuk menciptakan pemodelan sebagai sarana pengambilan keputusandengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Analytic Hierarchi Prosess(AHP) adalah suatu metode yang berperan pada masalah kompleks dimana seorang pengambil keputusan berusaha menyederhanakan masalah-masalah rumit sampai pada tingkat dimana dia siap untuk memahaminya. Perusahaan ataupun instansi baik swasta maupun negri membutuhkan sebuah alat bantu yang mempermudah dalam pengelolahan dalam hal pengambilan keputusannya. Kata Kunci : SPK, AHP, FIF 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang PT.FIF merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang perkreditan, salah satunya pemberian kredit pada pembelian alat-alat elektronik. Dimana dibutuhkan penilaian untuk pemberian kredit kepada masyarakat secara cepat dan efisien. Ditinjau dari segi pengambilan keputusan yang masih mengandalkan sistem yang masih menggunakan aplikasi seperti Microsoft word dan Microsoft excel yang belum menggunakan Konsep Sistem Informasi sehingga keputusan yang dihasilkan memakan waktu lama dan dirasa masih belum efisien. Oleh karena itu penulis akan merancang sebuah sistem penunjang keputusan untuk membantu dalam menghasilkan sebuah informasi yang dibutuhkan. Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Dengan pertimbangan yang tepat, metode ini bisa menjadi salah satu alat untuk menentukan kebijakan bagi manajemen dalam mengambil keputusan sistem produksinya terutama penentuan urutan atau prioritas terhadap produk yang akan dibuat. Penentuan kebijakan yang diambil sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, harus menggunakan kriteria yang dapat terdefinisikan secara jelas dan objektif. Konsep Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) yang berkembang pesat, menimbulkan beberapa metode untuk menciptakan permodelan sebagai sarana pengambilan keputusan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. AHP (Analytic Hierarchi Process) adalah suatu metode yang berperan pada masalah komplek dimana seorang pengambil keputusan berusaha menyederhanakan masalah-masalah rumit sampai pada tingkat dimana dia siap untuk memahaminya. Proses pemikiran diarahkan pada pengambilan keputusan dengan bounded rationality(rasionalitas terbatas), proses penyederhanaan model dengan mengambil inti masalah yang paling esensial tanpa melibatkan seluruh permasalahn yang konkret. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan yang ada pada PT.FIF sebagai berikut : 1. Bagaimana proses sistem pengambilan keputusan untuk pemberian kredit? 2. Bagaimana merancang kriteria pemberian kredit kepada konsumen sehingga proses pengambilan keputusan tidak memakan waktu yang lama? 3. Bagaimana mendapatkan informasi kredit secara cepat, tepat, dan akurat? 4. Bagaimana mengimplementasikan AHP (Analytic Hierarchi Process) dalam rancangan perangkat lunak untuk memecahkan masalah pemberian kredit terhadap konsumen? 23

2. Landasan Teori 2.1 Konsep Dasar Keputusan Dari beberapa defenisi pengambilan keputusan yang ditemukan, dapat dirangkum bahwa pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi merupakan hasil suatu proses komunikasi dan partisipasi yang terusmenerus dari keseluruhan organisasi. Hasil keputusan tersebut dapat merupakan pernyataan yang disetujui antar alternatif atau antar prosedur untuk mencapai tujuan tertentu. Pada umumnya para penulis sependapat bahwa kata keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan yang diambil biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan situasional, bahwa keptusan tersebut adalah keputusan terbaik. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusankeputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. 2.2 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan Beberapa tujuan dari Sistem Pendukung Keputusan adalah: a. Membantu pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur dam memilih berbagai alternative keputusan yang merupakan hsil pengolahan informasi yang di peroleh atau tersedia dengan menggunakan model-model pengambilan keputusan. b. Mendukung penilaian atau keputusan manajer bukan menggantikan. Meningkatkan efektivitas pengambiln keputusan manajer dari pada efisiensinya. Dalam SPK terdapat suatu konfigurasi yang menghubungkan antara satu entitas dengan entitas lain. Bentuk dari konfigurasi SPK dapat kita lihat pada gambar 1. G ambar 1 : Konfigurasi Decision Support System 2.3 Metode Analytical Hierarchy Process Metode AHP(Analytical Hierarchy Process) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah karangan untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan. Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks. Gambar 2 : Struktur Hirarki Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP (Analytical Hierarchy Process)meliputi: 1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas. 2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. 24

c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata 4. Mengukur Konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya b. kan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan d. kan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut ٨ maks 5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus: CI = (٨ maks-n)/n Di mana n = banyaknya elemen 6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus: CR = CI/RC Di mana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Index Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. 3. Pembahasan 3.1 Analisa Masalah Sebelum kita merancang Sistem Pendukung Keputusan untuk penentuan pemberian kredit ini, terlebih dahulu kita harus mendekripsikan masalah masalah dalam proses pengambilan keputusan pada sistem yang sedang berjalan berdasarkan pada rumusan masalah pada bab sebelumnya. Dari pengamatan dan studi lapangan diketahui bahwa pelaksanaan Keputusan untuk penentuan pemberian kredit ini masih dilakukan secara manual dan konvensional, dalam arti belum memanfaatkan kemampuan komputer (dalam bentuk suatu sistem informasi) secara utuh, sehingga dirasakan masih ditemukan beberapa permasalahan, antara lain : 1. nya pelaksanaan dari satu proses ke proses Keputusan untuk penentuan pemberian kredit karena kendala kesulitan pengolahan data karena masih manual. 2. Kesulitan dalam memberkaskan semua hasil Keputusan untuk penentuan pemberian kredit dari satu periode, untuk bahan evaluasi periode berikutnya. 3. Kesulitan dalam menyajikan data hasil Keputusan untuk penentuan pemberian kredit dalam waktu yang cepat dan transparan. 4. Kesulitan dalam mengambil Keputusan untuk penentuan pemberian kredit karena kurangnya dukungan data dari proses sebelumnya. Proses pengambilan keputusan berawal dari kegiatan mengidentifikasi suatu masalah, menetapkan kebutuhan untuk suatu kebutuhan, menganalisis dan memilih alternatif yang dapat memecahkan masalah itu, serta melaksanakan alternatif itu, dan berakhir dengan mengevaluasi efektivitas keputusan tersebut. Adapun tahapan yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penetapan tujuan (kebutuhan) pengambilan keputusan dan mengidentifikasi masalah. 2. Mengidentifikasi Kriteria Keputusan Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan maka perlu dilakukan identifikasi serangkaian kriteria keputusan. Kriteria keputusan yang dicari adalah apa yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Kriteria dalam Keputusan untuk penentuan pemberian kredit adalah sebagai berikut : a. Penghasilan b. Pinjaman c. d. Status Rumah 3. Memberi Bobot Pada Kriteria Keputusan Pemberian bobot pada setiap kriteria keputusan bertujuan untuk menentukan bagaimana standar dalam Keputusan untuk penentuan pemberian kredit tersebut. Perhitungannya berdasarkan suatu nilai atau range pada tiap tiap kriteria. Pada masalah yang tersebut diatas terdiri dari dua nilai keputusan yaitu baik dan tidak baik. 4. Menyusun dan Mengembangkan Alternatif Dari kriteria diatas, maka perlu disusun beberapa alternatif yang menentukan Konsumen dapat dinyatakan baik atau tidak baik. Tetapi sebelumnya perlu diketahui data Konsumen yang akan diproses. Data data tersebut seperti Kandungan Penghasilan Per Bulan, Pinjaman, dan Status Rumah. Dari data tersebut didapat beberapa alternatif pilihan, yaitu : a. Nilai yang dimiliki kandidat Konsumen harus sesuai dengan standar minimum dari tiap tiap kriteria keputusan. b. Bobot akhir dari keseluruhan berasal dari akumulasi nilai dari setiap kriteria keputusan. Keputusan didapat dari hasil perankingan total nilai yang diperoleh dari yang tertinggi sampai yang terendah. nya sesuai dengan yang tersedia untuk satu periode penentuan. 5. Mengevaluasi Alternatif. 6. Memilih Alternatif. 25

7. Mengimplementasikan alternatif pilihan. 8. Mengevaluasi Efektivitas Keputusan Dan langkah yang terakhir dalam proses pengambilan keputusan menilai hasil keputusan tersebut untuk mengetahui apakah masalah yang dihadapi untuk Keputusan untuk penentuan pemberian kredit telah terpecahkan atau belum. Apakah keputusan yang dipilih dalam pemilihan dan pengimplementasian alternatif sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Apabila pengambilan keputusan yang telah dilakukan belum dapat memberikan manfaat maksimum bagi pihak terkait, maka perlu ditinjau kembali proses pengambilan keputusan mulai dari awal dan mencari alternatif yang lain. 3.2 Rancangan Proses Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menentukan peserta yang lulus dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut : 1. Langkah pertama yaitu membuat form untuk menentukan prioritas kriteria, dimana terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria yaitu: a. Membuat Matrik Perbandingan Berpasangan Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Hasil penilaian bisa dilihat dalam tabel 1 : Tabel 1 : Matriks Perbandingan Berpasangan Tabel 2 : Matriks Nilai Kriteria Nilai 0.43 pada kolom Penghasilan baris Penghasilan Tabel 2 diperoleh dari nilai kolom Penghasilan baris Penghasilan Tabel 1 dibagi dengan jumlah kolom Penghasilan Tabel 1. Nilai kolom jumlah pada tabel 2 diperoleh dari penjumlahan pada setiap baris. Untuk baris pertama, nilai 1,67 merupakan hasil penjumlahan dari 0,43 + 0,50 +0,36 + 0,38. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria, dalam hal ini 4 kriteria. b. Membuat Matriks Penjumlahan Setiap Baris Matrik ini dibuat dengan mengalikan nilai prioritas pada tabel 2 dengan matriks perbandingan berpasangan tabel 2. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel 3 Tabel 3 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris Angka 1 pada kolom Penghasilan baris Penghasilan menggambarkan tingkat kepentingan yang sama antara Penghasilan dengan Penghasilan, sedangkan angka 3 pada kolom baris Penghasilan menunjukkan Penghasilan lebih penting dari pada. Angka 0,5 pada kolom Penghasilan baris Status Rumah merupakan hasil hitungan dari 1/nilai pada kolom Status Rumah baris Penghasilan. Angkaangka yang lain diperoleh dengan cara yang sama. a. Membuat Matriks Nilai Kriteria Matrik ini diperoleh dengan rumus berikut : Nilai baris kolom baru = Nilai baris kolom lama / jumlah masing-masing kolom lama. Hasil perhitungan bisa dilihat dalam tabel 2 berikut. Nilai 0.42 pada baris Penghasilan kolom Penghasilan tabel 3 diperoleh dari prioritas baris Penghasilan pada tabel 2 (0,42) dikalikan dengan nilai baris Penghasilan Per Bulan kolom Penghasilan pada tabel 1. Nilai 0,21 pada baris rata-rata kolom Penghasilan 4 diperoleh dari prioritas baris Penghasilan pada tabel 2 (0,42) dikalikan dengan nilai baris Status Rumah kolom Penghasilan pada tabel 1 (0,5). Kolom jumlah pada tabel 3 diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing baris pada tabel tersebut. Misalnya, nilai 1,70 pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan dari 26

0,42 + 0,54 + 0,38 + 0,36 pada baris Penghasilan. c. Penghitungan Rasio Konsistensi Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa rasio konsistensi (CR) <= 0.1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti terlihat dalam tabel 4 : Tabel 4 : Perhitungan Rasio Konsistensi Penghasilan Per Baris Prioritas Hasil 1,70 0,42 2,12 Status Rumah 1,10 0,27 1,37 Pinjaman 0,78 0,19 0,97 0,49 0,12 0,61 5,07 Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel 3, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada tabel 2. Dari tabel 4 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : (an dari nilai-nilai hasil) : 5,07 n (nilai kriteria) : 4 λ maks (jumlah/n) : 1,27 CI ((λ maks-n)/n) : -0,68 CR (CI/IR(lihat tabel 3.1) : -0.76 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. 1. Setelah form prioritas kriteria dibuat, maka disimpan ke file. 2. Selanjutnya form prioritas kriteria yang telah dibuat akan dirancang interfacenya dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. 3. Langkah selanjutnya menentukan prioritas subkriteria dengan melakukan tahapan yang sama dari : sampai dengan d pada langkah 1, dan akan disimpan ke dalam file. Dalam hal ini, terdapat 4 kriteria yang berarti akan ada 4 perthitungan prioritas subkriteria, yaitu : a. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Penghasilan Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Penghasilan adalah sebagai berikut : i. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.a. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 5 Tabel 5 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Penghasilan Penghasilan Baik Cukup Kurang Baik 1 2 5 Cukup 0,50 1 2 Kurang 0,20 0,50 1 1,70 3,5 8 ii. Membuat Matriks Nilai Kriteria Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.b. Perbedaannya adalah adanya tambahan kolom prioritas subkriteria pada langkah ini. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 6. Tabel 6 : Matriks Nilai Kriteria Penghasilan Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. iii. Menentukan Matrik Penjumlah Setiap Baris Langkah ini sama dengan yang dilakukan pada langkah 1.c dan ditunjukkan dalam tabel 4.8. Setiap elemen dalam tabel ini dihitung dengan mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas. Tabel 7 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteris Penghasilan Penghasila Kuran Jumla Baik Cukup n g h Baik 0,60 0,56 0,65 1,81 Cukup 0,30 0,28 0,26 0,84 Kurang 0,12 0,14 0,13 0,39 iv. Menghitung Rasio Konsistensi Seperti langkah 1.d, penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1 Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti yang terlihat pada tabel 8 Tabel 8 : Penghitungan Rasio Konsistensi Penghasilan Penghasilan per baris Prioritas Hasil Baik 1,81 0,60 2,41 27

Cukup 0,84 0,28 1,12 Kurang 0,39 0,13 0,52 4,02 Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah apada tabel 4.8 sedangkan kolom prioritas pada tabel 4.8. Dari tabel 4.10, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4,02 n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 1,35 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,55 CR (CI/CR(lihat tabel 3.1)) : -0.95 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. b. Menghitung prioritas Subkriteria dari Kriteria Nilai Status Rumah Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria umur sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria dari kriteria Penghasilan. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut : i. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan Hasilnya terlihat dalam tabel 9 Tabel 9 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Status Rumah Status Rumah Baik Cukup Kurang Baik 1 2 3 Cukup 0,5 1 2 Kurang 0,33 0,5 1 1,83 3,5 6 ii. Membuat Matriks Nilai Kriteria hasilnya terlihat dalam tabel 10 Tabel 10 : Matriks Nilai Kriteria Status Rumah Cukup 0,27 0,30 0,32 0,90 Kurang 0,18 0,15 0,16 0,49 iv. Menghitung rasio konsistensi Hasilnya terlihat pada tabel 12 Tabel 12 : Penghitungan Rasio Konsistensi Status Rumah Status per Prioritas Hasil Rumah baris Baik 1,62 0,54 2,16 Cukup 0,90 0,30 1,20 Kurang 0,49 0,16 0,65 4,01 (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4,01 n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 1,33 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,56 CR (CI/CR(lihat tabel 3.1)) : -0,97 c. Menghitung Prioritas Subkriteria dari Kriteria Pinjaman Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari Pinjaman sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria Penghasilan dan subkriteria Status Rumah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : i. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Hasil terlihat pada tabel 13 Tabel 13 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pinjaman Baik Cukup Kurang Pinjaman Baik 1 3 5 Cukup 0,33 1 3 Kurang 0,20 0,33 1 1,53 4,33 9 ii. Menentukan matriks kriteria Hasilnya terlihat dalam tabel 14 iii. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Hasilnya terlihat dalam tabel 11. Tabel 14 : Matriks Nilai Kriteria Pinjaman Tabel 11 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Status Rumah Status Rumah Baik Cukup Kurang Baik 0,54 0,60 0,48 1,62 iii. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Hasilnya terlihat dalam tabel 15. 28

Tabel 15 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteris Pinjaman Baik Cukup Kurang Pinjaman Baik 0,63 0,78 0,55 1,96 Cukup 0,21 0,26 0,33 0,80 Kurang 0,13 0,09 0,11 0,33 iv. Menghitung rasio konsistensi Hasilnya terlihat dalam tabel 15 Tabel 16 : Penghitungan Rasio Konsistensi Pinjaman Prioritas Hasil Pinjaman per baris Baik 1,96 0,63 2,59 Cukup 0,80 0,26 1,06 Kurang 0,33 0,11 0,44 4,09 (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4,09 n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 1,36 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,55 CR (CI/IR(lihat tabel 3.1)) : -0,94 d. Menghitung Prioritas Subkriteria dari Kriteria Penguasaan Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria Penghasilan. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut : i. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Hasil terlihat dalam tabel 17. Tabel 17 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Baik Cukup Kurang Baik 1 5 7 Cukup 0,20 1 5 Kurang 0,14 0,20 1 1,34 6,2 13 ii. Menentukan matriks nilai kriteria Hasilnya terlihat dalam tabel 18. Tabel 18 : Matriks Nilai Kriteria iii. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Hasilnya terlihat dalam tabel 19 Tabel 19 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Baik Cukup Kurang Baik 0,70 1,15 0,49 2,34 Cukup 0,14 0,23 0,35 0,72 Kurang 0,10 0,05 0,07 0,22 iv. Menghitung rasio konsistensi Hasilnya terlihat dalam tabel 20 Tabel 20 : Penghitungan Rasio Baik Cukup Kurang per baris Prioritas Hasil 1,96 0,63 2,59 0,80 0,26 1,06 0,33 0,11 0,44 4,09 (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4.09 n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 1,36 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,54 CR (CI/IR(lihat tabel 3.1)) : -0,94 4. Menghitung Hasil Dimana prioritas hasil perhitungan pada langkah 1 dan 4 kemudian dituangkan dalam matriks hasil dalam tabel 21. Penghasilan Tabel 21 : Matriks Hasil Status Rumah Pinjaman 0,42 0,26 0.19 0,12 Baik Baik Baik Baik 1 1 1 1 Cukup Cukup Cukup Cukup 0,46 0,56 0,41 0,33 Kurang Kurang Kurang Kurang 0,21 0,30 0,17 0,10 5. Selanjutnya memasukkan data nilai dari semua jenis Konsumen yang akan dihitung yang akan dihitung. Seandainya diberikan 29

Nama Konsum en data nilai dari 3 jenis Konsumen seperti yang terlihat dalam tabel 22, maka hasil akhirnya akan nampak dalam tabel 23 Tabel 22 : Nilai Konsumen Penghasil an Per Bulan Statu s Rum ah Pinjam an Kendara an Adi Baik Baik Baik Baik Eko Cukup Baik Baik Baik Cuku Samsul Kurang p Cukup Baik 6. Dari hasil perhitungan data Konsumen, di dapat nilai total masing-masing jenis Konsumen yang akan digunakan dan direkomendasikan sebagai Konsumen yang layak diberikan kredit. [4]. Simon, Sistem Pengambilan Keputusan, 1960. [5]. Morton, Management Decision System, 1970. [6]. Kusumadewi, 2003: 210 [7]. Hermawan, 2006: 54 [8]. Mesran, Visual Basic Mitra Wacana Media, 2009. [9]. http://www.astra.co.id/index.php/business/detai ls/63 (24 April 2013/12.11 pm ) [10]. http://www.fif.com/(24 April 2013/12.11 pm ) [11]. http://www.dijexi.com/2009/06/konsepdatabase-dan-komponen-database/21 Mei 2013/13.00 wib) Nis Tabel 23 : Hasil Akhir Status Ruma h an Penghasi lan Per Bulan Pinjam Kendara an Tot al Adi 0,42 0,26 0,19 0,12 1 0,7 Eko 0,19 0,27 0,19 0,12 7 Sam 0,4 0,09 0,15 0,08 0,12 sul 4 Nilai 0,42 pada kolom Penghasilan baris pertama diperoleh dari nilai untuk Penghasilan Per Bulan, yaitu sangat layak dengan prioritas 1 (tabel 22), dikalikan dengan prioritas Penghasilan Per Bulan sebesar 0,42 (Tabel 4.23). Kolom total pada Tabel 23 diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing barisnya. Nilai total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk merangking jenis Konsumen. Semakin besar nilainya, maka Konsumen tersebut semakin layak untuk mendapat kan kredit. 4. Kesimpulan Dari hasil yang penulis lakukan terhadap penelitian ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang terkait dengan proses penelitian maupun dengan isi dari penelitian itu sendiri. 1. Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap data referensi, proses penyeleksian penerima kredit sangat tergantung pada kelengkapan data-data kriteria yang di inputkan. 2. Proses penyeleksian penerima kredit dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) membutuhkan proses yang cukup lama bergantung pada kelengkapan data-data kriteria yang di inputkan. Daftar Pustaka [1]. Administrasi PT.FIF cabang Medan [2]. Hoffer dkk, Siklus Sistem, 1998. [3]. Jogianto,HM, Konsep Dasar Sistem Informasi, 2003. 30