FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dibawah koordinasi Satkorlak Bencana Gempa dan Tsunami di Banda

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI DESA SUMBER KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI DESA KRAGILAN KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA NEGERI 1 GANTIWARNO

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

PENGETAHUAN SISWA MTS MUHAMMADIYAH TAWANGSARI DALAM KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 CAWAS KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS X DI SMA BERBUDI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara telah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN MENGENAI MITIGASI PASCA BENCANA GEMPABUMI TAHUN 2006 KELAS VII DI

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

KESIAPSIAGAAN GURU SMAN 1 PRAMBANAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI. Agustian Deny Ardiansyah 1.

PENGETAHUAN GEOGRAFIS DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi. Disusun Oleh: NIA PARAMITHA SARI A Kepada:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BANJIR DITINJAU DARI TINGKAT SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA TELUKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. permukaan air laut dan memiliki luas wilayah 158,856 ha. Desa Muruh

BAB I PENDAHULUAN. 1

TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS XI DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TERHADAP BENCANA GEMPA BUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

PENGETAHUAN MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA GEMPABUMI. SISWA SMP MUHAMMADIYAH 8 WEDI di KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

DAMPAK PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA BANJIR TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 GROGOL KBUPATEN SUKOHARJO ARTIKEL PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPABUMI DI DESA TIRTOMARTO, KECAMATAN CAWAS, KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 FKIP Geografi Disusun Oleh: NURIANA MUNTAZZIROTUL MAGHFIROH A 610 090 085 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1

2

SURAT PERNYATAAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Bismillahirohmanirohim Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Nuriana Muntazzirotul Maghfiroh NIM : A 610 090 085 Fakultas/Jurusan : FKIP/Pendidikan Geografi Jenis : Skripsi Judul : TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPABUMI DI DESA TIRTOMARTO, KECAMATANCAWAS,KABUPATEN KLATEN Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk: 1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap menyantumkan nama saya penulis/pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa perlu melibatkan perpustakaan UMS, dari bentuk semua tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, 30 Desember 2013 Yang menyatakan Nuriana Muntazzirotul Maghfiroh 3

TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPABUMI DI DESA TIRTOMARTO, KECAMATAN CAWAS, KABUPATEN KLATEN Oleh: Nuriana Muntazzirotul Maghfiroh. ABSTRAK Penelitian ini berlokasi di Desa Tirtomarto, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Tujuan penelitian untuk mengetahui: (1) tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan fisik di Desa Tirtomarto dan(2) tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 100 penduduk dengan teknik pengambilan sampel adalah teknik random sampling cluster. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket,teknik dokumentasi, dan teknik observasi. Persyaratan uji analisis dilakukan dengan uji validitas dan uji realibilitas. Teknik analisis data menggunakan analisis indeks dan diskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) Tingkat kerentanan sosial Desa Tirtomarto masuk dalam tingkat tinggi dengan nilai bobot 72,25%; tingkat kerentanan ekonomi Desa Tirtomarto tergolong tinggi dengan nilai total bobot 100% dantingkat kerentanan fisik di Desa Tirtomarto masuk dalam tingkat tinggi dengan total bobot 100%; 2) Tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Tirtomarto masuk dalam kategori baik dengan nilai 78,88%; sikap masyarakat di Desa Tirtomarto masuk dalam kategori baik dengan nilai 84,88% dan tindakan masyarakat di Desa Tirtomarto termasuk kategori cukup dengan nilai 57,6%. Kata kunci: kerentanan, tindakan masyarakat, bencana gempabumi. 1

A. PENDAHULUAN Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng raksasa itu sejak dahulu kala hingga kini masih terus dan sedang berinteraksi satusama lain. Berdasarkan teori tektonik lempeng (plate tectonic), kulit bumi disusun oleh lempeng-lempeng. Lempeng bumi ini merupakan lapisan masa batuan padat yang keras dan kaku. Proses pergerakan lempenglempeng bumi menyebabkan gempabumi Jan Sopaheluwakan, (2006) Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data bencana dari BAKORNAS PB (BNPB) pada Tahun 2003-2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana, di mana bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling sering terjadi yaitu 53,3% dari total kejadian bencana di Indonesia. Total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah banjir (34,1% dari total kejadian bencana di Indonesia) diikuti oleh tanah longsor (16%), kejadian bencana geologi (gempabumi, tsunami, dan letusan gunung berapi) hanya 6,4%, bencana ini telah menimbulkan kerusakan dan korban jiwa yang besar, terutama akibat gempabumi yang diikuti tsunami di Provinsi NAD dan Sumut tanggal 26 Desember 2004 dan gempabumi besar yang melanda Pulau Nias, Sumut pada tanggal 28 Maret 2005, dan beberapa kejadian di Yogyakarta, Tasikmalaya, dan Padang Ariantoni,et al, (2009) Pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.53 pagi Pulau Jawa bagian selatan diguncang gempabumi yang merusak Kabupaten Klaten dan Propinsi Yogyakarta. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat kekuatan gempa pada 5,9 Skala Richter. Badan Survei Geologi Amerika Serikat (U.S. Geological Survey) mencatat kekuatan gempa sebesar 6,3 Skala Richter pada kedalaman 10 km.(http://earthquake.usgs.gov/ earthquakes/eqinthenews/2006/usneb6/). Pusat gempa terletak di daratan selatan Yogyakarta (79 9 62 Lintang Selatan, 110 45 8 Bujur Timur). Laporan Inter Agency Standing Committee IASC (2006) menyebutkan bahwa dua wilayah terparah adalah Kabupaten Bantul di D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Klaten di Jawa Tengah. Gempabumi tersebut mengakibatkan korban tewas seketika sebanyak 5.744 orang, dan melukai lebih dari 45.000 orang. Sebanyak 350.000 rumah hancur atau rusak berat dan 278.000 rumah rusak sedang atau ringan. Dampak gempa ini menyebabkan 1,5 juta orang tidak memiliki rumah karena rusak atau hancur. Total penduduk terdampak gempa adalah 2,7 juta jiwa. Besarnya risiko bencana gempabumi tersebut memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat 2

dilaksanakan secara terarah dan terpadu sehingga tindakan pengurangan risiko bencana harus segera dilaksanakan mengingat potensi kerawanan yang dimiliki di daerah tersebut. Upaya pengurangan risiko bencana yang dapat dilakukan misalnya menggalakkan pelatihan kepada masyarakat tentang mitigasi bencana gempabumi. Pada Tahun 2007 telah dideklarasikan Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana alam. Undang- Undang tersebut mengamanatkan bahwa penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah semata, tetapi menjadi beban seluruh unsur masyarakat, dan lembaga usaha. Pasal 27 memuat ketentuan tentang kewajiban masyarakat, dan pasal 28 tentang peran lembaga usaha dan lembaga internasional. Didasarkan Undang-Undang No 24 Tahun 2007 maka menjadi dasar masyarakat dan pemerintah akan arti pentingnya memanajemen bencana melalui pengurangan risiko bencana. Pengurangan risiko bencana telah dimulai pada periode-periode ini dengan adanya pelatihan mitigasi bencana dan pembuatan tanda jalur evakuasi bencana pasca gempabumi 27 Mei 2006 di Kabupaten Klaten. Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti melakukan penelitian di Desa Tirtomarto, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten dengan judul TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPABUMI DI DESA TIRTOMARTO, KECAMATAN CAWAS, KABUPATEN KLATEN B. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan, menganalisis, dan mengklasifikasi dengan survey, angket, studi kasus atau dengan observasi sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat diterapkan pada berbagai macam masalah. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk Desa Tirtomarto, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten yang berjumlah 2.937 jiwa. Teknikksampling yang digunakan adalah sampling random cluster, dimana sampel ditarik dari populasi secara acak berdasarkan tiap-tiap Desa. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang penduduk, yaitu 8-13 orang untuk tiap dusun tergantung besarnya jumlah Kepala Keluarga tiap-tiap RW. Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang dipakai seorang peneliti setelah memperoleh data. Teknik analisis data ini bertujuan untuk menguji hipotesis serta menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini 3

menggunakan analisis kuantitatif dan analisis indeks. C. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian di Desa Tirtomarto, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten diperoleh informasi yang berkaitan dengan tindakan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto. Hasil penelitian terhadap 100 responden sebagai sampel dalam penelitian ini menunjukkan tingkat pendidikan responden yang berdasarkan pendidikan terakhir responden, diperoleh hasil 19% responden menyatakan tidak pernah bersekolah, 8% responden belum tamat SD, 21% responden lulus tingkat dasar yaitu SD atau MI. Responden yang berpendidikan sampai tingkat menengah SMP atau MTS sebesar 21% dan SMA atau SMK sebesar 25%. Responden yang berpendidikan tinggi baik D1, D2, D3, atau, S1 sebesar 6% dari data tersebut diketahui bahwa masyarakat Desa Tirtomarto sebagian besar berpendidikan dasar dan menengah. 21% PENDIDIKAN 19% 21% 8% 6% 25% TIDAK BELUM SD SMP SMA PT Gambar 4.5. Tingkat pendidikan responden Sumber: hasil penelitian Hasil analisis data tentang umur responden dalam penelitian ini adalah responden yang berumur 21-30 tahun sebesar 1%, responden yang berumur 31-40 tahun sebesar 16%, responden yang berumur 41-50 tahun sebesar 22%, responden yang berumur 51-60 tahun sebesar 20%, responden yang berumur 60 tahun keatas sebesar 41%, seperti dalam gambar 4.6 berikut. 41% 1% 20% Gambar 4.6. Umur reponden Sumber: hasil penelitian 1. Kerentanan Desa Tirtomarto a. Kerentanan Sosial Indeks kerentanan sosial Desa Tirtomarto diperoleh berdasarkan data kepadatan penduduk di Desa Tirtomarto masuk yang masuk dalam kelas tinggi yaitu 188 jiwa/. Rasio jenis kelamin yaitu 83,8 dan rasio kelompok umur yaitu 27 sehingga masuk dalam kelas tinggi, sedangkan rasio penduduk cacat yaitu 0,4, dan rasio penduduk miskin yaitu 12,7, sehingga masuk dalam kelas rendah. Hasil akhir UMUR 16% 22% 21-30 31-40 41-50 51-60 > 60 perhitungan dengan penjumlahan seluruh bobot 4

mempunyai nilai sebesar 72,25% dengan bobot 30%. Hasil akhir sehingga dapat disimpulkan bahwa diperoleh dengan menjumlahkan tingkat Kerentanan sosial Desa seluruh bobot dari tiap-tiap parameter Tirtomarto masuk dalam tingkat dan diperoleh nilai total bobot 100% tinggi. sehingga dapat ditarik kesimpulan b. Kerentanan Ekonomi bahwa tingkat kerentanan fisik di Desa Berdasarkan lahan produktif Tirtomarto masuk dalam tingkat Desa Tirtomarto termasuk dalam kelas tinggi. tinggi yaitu 2.672 juta rupiah sehingga lebih dari 200 juta rupiah. dan PDRB Desa Tirtomarto yang masuk dalam kelas tinggi yaitu 408.578 juta rupiah 2. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Tabel 4.20. Ringkasan Hasil Total Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan sehingga lebih dari 300 juta rupiah. No Variabel Nilai Real Nilai Total % Tingkat PDRB Desa Tirtomarto tergolong 1 Pengetahuan 631 800 78,88% Baik tinggi karena PDRB Kecamatan 2 Sikap 679 800 84,88% Baik 3 Tindakan 576 1000 57,60% Cukup Cawas juga tergolong tinggi yaitu Sumber: Hasil Penelitian 408.578 juta rupiah. Berdasarkan data Berdasarkan total rata-rata nilai tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat Tingkat Kerentanan Ekonomi Desa dalam penggurangan risiko bencana Tirtomarto tergolong Tinggi dengan gempabumi, dapat disimpulkan bahwa nilai total bobot 100%. pengetahuan masyarakat di Desa Tirtomarto c. K erentanan Fisik masuk dalam tingkat baik dengan nilai Kerentanan fisik di Desa 78,88%. Sikap masyarakat di Desa Tirtomarto Tirtomarto masuk dalam tingkat termasuk dalam tingkat baik dengan nilai tinggi, hal ini berdasarkan parameter 84,88%. Tindakan masyarakat di Desa rumah yang mempunyai nilai Rp Tirtomarto termasuk tingkat cukup dengan 20.778.482.600 sehingga masuk nilai 57,60%. dalam kelas tinggi dengan bobot 40%. Pengetahuan responden terhadap Berdasarkan parameter fasilitas umum pengurangan risiko bencana gempabumi di mempunyai nilai Rp 3.889.000.000 Desa Tirtomarto 54% responden masuk maka masuk dalam kelas tinggi dalam tingkat baik, 38% responden masuk dengan bobot 30%. Berdasarkan dalam tingkat cukup, dan 8% responden falitas kritis dengan nilai Rp masuk dalan tingkat kurang, seperti dalam 769.750.000 masuk dalam kelas tinggi gambar 4.7 berikut. 5

0% PENGETAHUAN 8% 54% BAIK 38% CUKUP KURANG Gambar 4.7. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Sumber: Hasil analisis data penelitian Pengetahuan masyarakat di Desa Tirtomarto termasuk baik karena adanya pendidikan kebencanaan atau penyuluhan tentang pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto. Responden yang pernah ikut dalam penyuluhan tentang bencana gempabumi sebesar 56% sedang responden yang tidak pernah ikut dalam penyuluhan tentang bencana gempabumi sebesar 44%. Sikap responden terhadap pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto 76% responden masuk dalam tingkat baik, 22% responden masuk dalam tingkat cukup, 0% responden masuk dalan tingkat kurang, dan 2% responden masuk dalam tingkat tidak baik. seperti dalam gambar 4.8 berikut. Gambar 4.8. Tingkat Sikap Masyarakat Sumber: Hasil analisis data penelitian Tindakan responden terhadap pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto 18% responden masuk dalam tingkat baik, 33% responden masuk dalam tingkat cukup, 38% responden masuk dalan tingkat kurang, dan 11% responden masuk dalam tingkat tidak baik, seperti dalam gambar 4.9 berikut. TINDAKAN 11% 18% BAIK 38% 33% CUKUP KURANG TIDAK BAIK Gambar 4.9. Tingkat Tindakan Masyarakat Sumber: Hasil analisis data penelitian Tingkat tindakan masyarakat masuk dalam kategori cukup hal ini tidak terlepas dari adanya peran kelembagaan dalam memberikan penyuluhan, selain itu didukung adanya tempat evakuasi di Desa Tirtomarto yang difungsikan pasca gempabumi tahun 2006. SIKAP 0% 2% 22% 76% BAIK CUKUP KURANG TIDAK BAIK Gambar 4.10. Tanda jalur evakuasi bencana 6

Tindakan pengurangan risiko masyarakat terendah adalah keikutsertaan masyarakat terhadap asuransi, dimana hanya 24% responden yang mengikuti asuransi sedang 76% tidak mengikuti asuransi. Tindakan pengurangan risiko bencana yang tertinggi adalah adanya jalur evakuasi terhadap gempabumi. 89% responden menyatakan ada jalur evakuasi di daerahnya sedangkan 11% menyatakan tidak adanya jalur evakuasi. Hal ini dapat dibenarkan dilihat adanya tanda jalur evakuasi dan lokasi evakusi di Desa Tirtomarto dimana setiap Dusun di Desa Tirtomarto memiliki jalur evakuasi dan tempat evakuasi. D. SIMPULAN 1. Tingkat Kerentanan Desa Tirtomarto a. Kerentanan Sosial Tingkat kerentanan sosial Desa Tirtomarto masuk dalam tingkat tinggi dengan nilai bobot 72,25%. Tingkat kerentanan sosial Desa Tirtomarto dipengaruhi oleh kepadatan penduduk 1881 jiwa/ masuk dalam kelas tinggi dengan bobot 60% dan penduduk rentan dengan bobot 12,25%. b. Kerentanan Ekonomi Tingkat kerentanan ekonomi Desa Tirtomarto tergolong tinggi dengan nilai total bobot 100%. Berdasarkan lahan produktif Desa Tirtomarto termasuk dalam kelas tinggi bobot 60% dan PDRB Desa Tirtomarto yang masuk dalam kelas tinggi bobot 40%. PDRB Desa Tirtomarto tergolong tinggi karena PDRB Kecamatan Cawas juga tergolong tinggi yaitu 408.578 juta rupiah. c. Kerentanan Fisik Tingkat kerentanan fisik di Desa Tirtomarto masuk dalam tingkat tinggi dengan total bobot 100%. Kerentanan fisik di Desa Tirtomarto masuk dalam tingkat tinggi hal ini berdasarkan parameter rumah yang mempunyai nilai Rp 20.778.482.600 sehingga masuk dalam kelas tinggi dengan bobot 40%. Berdasarkan parameter fasilitas umum mempunyai nilai Rp 3.889.000.000 maka masuk dalam kelas tinggi dengan bobot 30%. Berdasarkan falitas kritis dengan nilai Rp 769.750.000 masuk dalam kelas tinggi dengan bobot 30%. 2. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat Desa Tirtomarto termasuk dalam kategori baik, sedang tingkat tindakan masyarakat dalam penggurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto masuk dalam kategori cukup. Tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Tirtomarto masuk dalam kategori baik dengan nilai 78,88%. Tingkat sikap masyarakat di Desa Tirtomarto masuk dalam tingkat baik dengan nilai 84,88%. Tingkat tindakan masyarakat di Desa Tirtomarto termasuk kategori cukup dengan nilai 57,6% sehingga masuk dalam tingkat cukup. 7

Pengetahuan responden terhadap pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto 54% responden masuk dalam tingkat baik, 38% responden masuk dalam tingkat cukup, 8% responden masuk dalan tingkat kurang, dan 2% responden masuk dalam tingkat tidak baik. Sikap responden terhadap pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto 76% responden masuk dalam tingkat baik, 22% responden masuk dalam tingkat cukup, 0% responden masuk dalan tingkat kurang, dan 2% responden masuk dalam tingkat tidak baik. Tindakan responden terhadap pengurangan risiko bencana gempabumi di Desa Tirtomarto 18% responden masuk dalam tingkat baik, 33% responden masuk dalam tingkat cukup, 38% responden masuk dalan tingkat kurang, dan 11% responden masuk dalam tingkat tidak baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. PERKA BNPB No 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta: BNPB Anonim. Potensi Ancaman Bencana di Yogyakarta dan Sekitarnya. Darihttp://elantowow.wordpress.com/ 2011/05/13/potensi-ancamanbencana-di-yogyakarta-dansekitarnya/. Diakses 12 Mei 2013. Jenjang Pendidikan. Jakarta: SCDRR. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.. Jakarta: Rindia Cipta. Sopaheluwakan, Jan;Deni,Hidayati; Haryadi Permana;Krishana Pribadi; Febrian Ismail; Koen Meters; Widatun; Titik Handayani; Del AfriadiBustami;Argo.2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa & Tsunami. LIPI-UNESCO/ISDR: Jakarta. Nawawi. 1998. Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Jakarta:Prenhalindo. Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabetha S. Suriasumantri, Jujun. 1998. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. U.S. Geological Survey. Dari http://earthquake.usgs.gov/earthquak es/eqinthenews/2006/usneb6/. Diakses 12 Mei 2013. Yulaewati, E dan Shihab, U, 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: PT. Grasindo. Ariantoni. Suci Paresti. Sri Hidayat. 2009. Modul Pelatihan Pengintregrasian Pengurangan Risiko Bencana ke 8