HOME SCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF PROSES BELAJAR-MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN. Ade Muslimat

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evinaria Esahastuti, 2014 Studi Pembelajaran Seni Dihomeschoolingtaman Sekar Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

HOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi perkembangan Teknologi dan Informasi yang terus berkembang

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK HOMESCHOOLING DAN ANAK SEKOLAH REGULER (Studi Deskriptif Komparatif)

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

Transkripsi:

HOME SCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF PROSES BELAJAR-MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN Dosen Universitas Serang Raya Pengurus Pusat Studi Wanita Provinsi Banten Abstraction Homeschooling or Home School (also called home education or home based learning) is the education of children at home, typically by parents or by tutors, rather than in other formal settings of public or private school. Although prior to the introduction of compulsory school attendance laws, most childhood education occurred within the family or community, homeschooling in the modern sense is an alternative in developed countries to attending public or private schools. Homeschooling is a legal option for parents in many countries, allowing them to provide their children with a learning environment as an alternative to public or private school outside the home. Parents cite three main reasons for homeschooling their children dissatisfaction with the local schools and the interests in increased involvement with their children s learning and development. To provide a specific religious or moral instruction and dissatisfaction with available school environment the quality of academic instruction, the curriculum.recently, home school has increased popularity in Indonesia of children ages 5 through 17 who are homeschooled increased from 2002 to 2015. Keywords: alternative education, homeschooling, children etc A. Pendahuluan Berbicara mengenai Pendidikan tidak bisa lepas dari Landasan Hukum yang digunakan. Secara Yuridis formal, UUD 1945 menyatakan bahwa Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya, Undang-Undang Dasar telah menjamin bahwa seluruh anak bangsa apapun jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa memiliki hak dan Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif Yahdinil Proses Belajar-Mengajar Firda Nadirah dalam Pendidikan 93

kesempatan yang sama untuk memperoleh Pendidikan. Selain itu, Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam mepersiapakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, Pendidikan pula dikelola baik secara kuantitas maupun kualitas. Dalam hal kualitas Pemerintah terutama Dinas Pendidikan berusaha untuk memenuhi kebutuhan bangunan sekolah bagi sekolah yang belum mempunyai gedung sekolah. Sedangkan dalam hal peningkatan kualitas, selain dengan meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik melalui berbagai program pelatihan atau seminar, pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun untuk anak usia sekolah. Program wajib belajar 9 tahun yaitu, 6 tahun disekolah Dasar atau sederajat dan 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat kini di Indonesia pun sudah mulai ada, dan aktif dijalankan model program Home Schooling (Sekolah Rumah) sebagai alternatif Pendidikan wajib belajar 9 tahun untuk anak usia sekolah ini. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan seseorang (dewasa) untuk memberikan informasi baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah baik formal, informal maupun non-formal. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan arti mendidik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani Paedagogie yang berarti pendidikan dan Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sementara itu, orang yang tugas membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut Paedagogos. Istilah Paedagogos berasal dari kata Paedos (anak) dan Agoge (saya membimbing, saya memimpin). Dalam bahasa Inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah Education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Pendidikan dalam arti luas didefinisikan sebagai upaya sadar dan rencana untuk membagikan kepribadian manusia seoptimal mungkin. Pendidikan merupakan manifestasi kehidupan. Melalui pendidikan, seseorang dipastikan dapat menghadapi berbagai tantangan kehidupan dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Pendidikan yang diperoleh di sekolah merupakan salah satu jalur Pendidikan, yakni pendidikan formal. Namun, ada beberapa kalangan atau Orang Tua yang mengambil keputusan untuk pendidikan anaknya dengan mengikuti program Home Schooling (Pendidikan Internal). 94 Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016 Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016

Pilihan ini muncul, karena adanya pandangan Orang Tua tentang kesesuaian minat bakat anak-anaknya. Alasan lainnya; salah satu solusi bagi orang tua yang mungkin ingin mengontrol sisi belajar sebagai anak setiap waktu. Sedangkan model pendidikan alternatif inilah yang dinilai tepat bagi sekolah anak-anaknya. Dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekan Home Schooling, seperti; KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan Buya Hamka (Makalah Seto Mulyadi, 18 Juni 2006). Namun, dalam diskusi tentang Home Schooling perlu diperhatikan problematika berikut ini, yaitu; Pertama, apakah sekolah rumah (Home Schooling) merupakan Pendidikan alternatif yang tepat bagi anak usia sekolah dalam memenuhi program Pemerintah wajib belajar 9 tahun? Kedua, bagaimana cara pelaksanaan Home Schooling? Ketiga, apa saja klasifikasi format atau metode yang diterapkan di Home Schooling? Sehingga, dalam pengkajian ini akan didapati hal-hal menarik mengenai sekolah rumah (Home Schooling) sebagai model Pendidikan alternatif yang tepat bagi anak yang mempunyai kesibukan kegiatan di luar sekolah. Kemudian, hal itu dilengkapi dengan pemaparan riil tentang cara pelaksanaan model Home Schooling, serta pembentukan klasifikasi format dan Metode yang diterapakan di Home Schooling tersebut. Yang demikian itu, dimaksudkan supaya memberikan salah satu solusi atau pemecahan masalah yang ada di Provinsi Banten, terutama masalah Pendidikan anak. Di samping itu juga, kajian ini merupakan bukti nyata partisipasi Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan dalam memberikan solusi atau pemecahan masalah Pendidikan di Banten. Selain itu, Perguruan Tinggi pun menjadi lebih dikenal di kalangan masyarakat Banten sebagai lembaga Pendidikan yang peduli pada masalah masalah Provinsi Banten. Khususnya, tulisan ini secara riil memberikan solusi pada masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya. B. Makna Pendidikan, Pengajaran dan Kemandirian Pendidikan dapat diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, atau secara garis besar pendidikan adalah hidup. Dalam penelitian ini lingkungan pendidikan sudah jelas lingkungan hidup baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif Yahdinil Proses Belajar-Mengajar Firda Nadirah dalam Pendidikan 95

Definisi tersebut oleh Redja (2001 : 11) disebut sebagai definisi alternatif atau luas terbatas yang memiliki beberapa karakteristik khusus antara lain: 1. Pendidikan berlangsung seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya tidak berlangsung sembarangan, tapi pada saat-saat tertentu. 2. Pendidikan berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup. Pendidikan hanya berlangsung dalam lingkungan hidup kultural. 3. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan merupakan usaha sadar yang tercakup didalamnya usaha pengelolaan pendidikan, baik dalam yang terus belajar (Learning Society). Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non-formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilangsungkan secara berstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal dapat juga disebut sebagai pendidikan alternatif yang dilakukan dengan cara yang berbeda dan cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki ciri yaitu pendekatannya bersifat individual, memberi pelatihan besar kepada peserta didik, orang tua dan keluarga, serta peserta didik dan dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman Menurut Jery Mintz (1994 : X1) pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam bentuk pengorganisasian, yaitu : 1. Sekolah publik pilihan (Public Choice), yaitu lembaga pendidikan dengan biaya negara yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran yang berbeda dengan program reguler atau konvensional, namun mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan. 2. Sekolah atau lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (Student at Risk) yaitu lembaga pendidikan dengan biaya negara yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran berbeda dengan program reguler, namun tetap mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan dan dibutuhkan khusus bagi siswa yang bermasalah. 3. Sekolah atau lembaga pendidikan swasta atau independent mempunyai jenis, bentuk dan program yang sangat beragam, termasuk program pendidikan bercirikan agama seperti Pesantren, lembaga bercirikan keterampilan 96 Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016 Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016

fungsional seperti kursus, lembaga pendidikan dengan program pendidikan usia dini seperti kelompok bermain dan taman kanak-kanak. 4. Pendidikan di rumah (Home Schooling) merupakan sistem pendidikan yang dilakukan di rumah dan merupakan sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara at home. Pendidikan yang termasuk dalam kategori ini adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarga yang masih dalam usia sekolah. Beberapa alasan orangtua memilih home schooling, yaitu; menjaga anak-anak dari kontaminasi aliran atau falsafah hidup yang bertentangan dengan tradisi keluarga, menjaga anak-anak agar aman dari pengaruh negatif lingkungan juga bertujuan agar potensi bakat minat anaknya dapat berkembang secara maksimal. Adapun tujuan pendidikan ialah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan lain yaitu untuk menanam keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa serta berakhlak mulia sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan juga bertujuan untuk menciptakan manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur, yang menyembah Allah dalam pengertian yang benar. Dan istilah itu, membangun struktur kehidupan duniawinya sesuai dengan syariat dan melaksanakannya untuk menjunjung imannya. Sedangkan, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pedidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehingga dalam pengertian tersebut, terdapat tiga poin utama, yaitu; Peserta didik, Pedidik dan sumber belajar. Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif Yahdinil Proses Belajar-Mengajar Firda Nadirah dalam Pendidikan 97

Adapun, membentuk pribadi yang mandiri merupakan salah satu tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung kepada orang lain serta atau bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. C. Trend Model Home Schooling Dulu, model Home Schooling ini memang tidak banyak yang tahu, hanya kalangan tertentu saja. Home Schooling saat ini mulai menjadi salah satu model pilihan orangtua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan. Pilihan ini muncul karena adanya pandangan para orangtua tentang kesesuaian minat bakat anakanaknya. Alasan lain, sebagai solusi orang tua untuk mengontrol sisi belajar sang anak setiap waktu. Mereka ingin waktu belajar anak lebih fleksibel dan tepat. Sekolah rumah ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri. Home Schooling memungkinkan anak untuk menemukan dan mengekspresikan apa yang mereka senangi. Home Schooling menjawab tantangan global. Menurut Direktur Pendidikan kesetaraan Dinas Pendidikan nasional, Ella Yulaelawati model pengembangan sistem pendidikan Sekolah Rumah ini adalah proses layanan Pendidikan secara sadar / teratur dan terarah dilakukan Orang Tua / Keluarga dan proses kegiatan belajar mengajarpun berlangsung dalam suasana yang kondusif. Tujuannya agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Ada beberapa alasan mengapa orangtua di Indonesia yang lebih memilih Sekolah Rumah. Kecenderungannya antara lain, bisa menekankan pendidikan moral kearah lebih baik dan nyaman. Selain memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, nonskolastik, yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Pandangan ini memberikan hak kepada setiap anak untuk lebih mengekspresikan keinginan dan kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya di lingkungan yang dinamakan sekolah. Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih, juga memiliki peluang besar sejalan dengan perkembangan Pendidikan. Selain itu juga anak-anak lebih terkontrol karena waktunya tidak banyak berada diluar rumah, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif, seperti tawuran antar pelajar, pergaulan bebas dikalangan remaja serta terhindar dari bahaya narkoba dan kekerasan anak termasuk pelecehan seksual. 98 Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016 Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016

Hal ini kemudian membuat Home Schooling dipilih sebagai salah satu alternatif proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hingga kemudian model Home Schooling dimasukan dalam revisi Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal 1 Ayat (1), serta Pasal 27 Sisdiknas tentang Pendidikan Internasional. D. Home Schooling sebagai solusi tepat Pendidikan alternatif bagi anak Penerapan Home Schooling menurut Seto Mulyadi, Ketua Komnas Anak, kemunculan sekolah rumah sebagai salah satu alternatif memang perlu dibuktikan keberhasilannya sebagai suatu keputusan proses menimba ilmu melalui sistem non formal. Secara etimologi, Home Schooling adalah Sekolah yang diadakan dirumah. Meski disebut Home Schooling tidak berarti anak-anak terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar dimana saja, kapan saja asal situasi & kondisinya benarbenar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada dirumah. Keunggulan secara individual inilah yang memberi makna dan terintegrasinya mata pelajaran kepada peserta didik. Seto mengatakan perlunya dukungan penuh dari orang tua untuk belajar, menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dan memelihara minat serta antusias belajar anak, karena dibalik kemudahan, Home Schooling juga memerlukan kesabaran orangtua, kerjasama antar anggota keluarga dan konsisten dalam penanaman kebiasaan. Seto menampik sejumlah mitos yang dinilainya keliru tentang Home Schooling selama ini. Misalnya; anak kurang bersosialisasi, orang tua tidak bisa menjadi guru, tidak bisa mendapat ijazah, anak kurang pintar, tidak mampu berkompetisi dan mahal itu keliru. E. Penerapan Metode Home Schooling Ada beberapa klasifikasi format Home Schooling yaitu: 1. Home Schooling Tunggal, dilaksanakan Orang Tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan. 2. Home Schooling Majemuk, dilaksanakan oleh 2 (dua) atau lebih keluarga untuk kegiatan tetentu, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan/kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama, contohnya kurikulum dari konsorsiom, kegiatan olah raga, keahlian musik atau seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama. Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif 99 Yahdinil Proses Belajar-Mengajar Firda Nadirah dalam Pendidikan

3. Komunitas Home Schooling Gabungan, beberapa Home Schooling Majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni/musik dan bahasa), sarana /prasarana dan jadwal pembelajaran. Penyelenggaraan pembelajaran anatara 50 : 50 (Fifty : Fifty). Di Indonesia memang belum banyak peserta yang ikut Home Schooling, baru terdapat sekitar 800-an peserta Home Schooling, 600 diantaranya mengikuti Home Schooling Majemuk dan Komunitas, 200 lainnya mengikuti Home Schooling Tunggal. Pemerintah mengakui terhadap keberadaan Home Schooling, namun pihak yang melaksanakan Home Schooling lah yang harus proaktif melapor ke Diknas setempat, agar nantinya dicatat, diakui dan bisa mendapat Ijazah dengan mengikuti ujian kesetaraan. F. Kesimpulan dan Saran Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Sekolah Rumah ini adalah proses layanan Pendidikan secara sadar/teratur dan terarah dilakukan orang tua/keluarga dan proses belajar mengajarpun berlangsung dengan secara kondusif. Tujuannya agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Model Home Schooling dipilih sebagai salah satu alternatif/proses belajar mengajar didalam dunia pendidika, di Indonesia dan telah dimasukan dalam revisi Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal 1 ayat (1) serta pasal 27 Sisdiknas tentang pendidikan informal dan telah diatur di Permendikbud No. 129/2014. Jadi jelas sekali keberadaan Home Schooling telah diakui oleh Pemerintah, Sekolah Rumah bukan Sekolah liar. Adapun hal penting yang patut diperhatikan dalam menyelenggarakan Home Schooling adalah Orang Tua harus menjadikan anak sebagai teman belajar dan menempatkan diri sebagai fasilitator, serta berupaya untuk terus menambah pengetahuannya. Di samping itu pula, Pembelajaran Home Schooling sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Kemendiknas. Ini dimaksudkan agar sejalan dengan pertumbuhan dan kemampuan anak, sehingga saat ujian kesetaraan anak-anak mampu menguasai pelajaran yang diselenggrakan secara Nasional. Standar kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki seorang anak pada kelas tertentu. 100 Jurnal Vol. 3 No. Studi 1, Gender Januari-Juni dan 2016 Anak Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016

DAFTAR PUSTAKA Midyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta; Rajawali PERS, 2001) Desyanti, Wenny. Definisi Mandiri Kajian Psikologis. Edisi Online : http / Wenny Desyanti. Multiply / Journal / 239 / Definisi _ Mandiri _ Kajian _ Psikologis. Diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Miarso, Yusuf Hadi. 12 September 2006. Pendidikan Alternatif di Indonesia. Edisi : Online : http : //Teknologi Pendidikan. Wordpress.com / 2006 / 09 / 12 Pendidikan Alternatif di Indonesia / Diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif Yahdinil Proses Belajar-Mengajar Firda Nadirah dalam Pendidikan 101

102 Jurnal Vol. 3 No. Studi 1, Gender Januari-Juni dan 2016 Anak Jurnal Vol. 3 Studi No. 1, Gender Januari-Juni dan Anak 2016