BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

HEART ATTACK PREVENTION

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang mencemaskan dan menyebabkan beban biaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang


BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi dan volume darah yang bersirkulasi dan elastisitas pembuluh darah mempengaruhi tekanan darah. Apabila tekanan darah tinggi akan menyebabkan gangguan pada tubuh seperti terjadinya penyakit hipertensi (Vaughans, 2013). Hipertensi merupakan penyakit yang menjadi perhatian di banyak negara di dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, karena hipertensi seringkali menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM) yang sering menyebabkan kematian (Anggara, 2012). Di Indonesia, tren kematian akibat PTM meningkat dari 37% di tahun 1990 menjadi 57% di tahun 2015 (Depkes, 2016) Berdasarkan data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hipertensi di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% masyarakat dunia mengidap hipertensi angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2030. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang. Prevalensi hipertensi tertinggi berada di daerah Afrika yaitu 46% orang dewasa berusia di atas 25 tahun 1

2 telah didiagnosis hipertensi, sehingga hipertensi masih menjadi permasalahan kesehatan didunia yang membutuhkan perhatian (WHO, 2013). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana prevalensi hipertensi pada tahun 2013 mencapai 25,8%, yang berarti terdapat 65 juta jiwa masyarakat Indonesia yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2013). Di Sumatera Barat pada tahun 2013 terdapat 232.274 kasus hipertensi yang terdeteksi melalui pengukuran tekanan darah. Berdasarkan kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat terdapat enam kabupaten/kota yang memilik angka tertinggi penderita hipertensi yaitu kota Bukittinggi (41,8%), Kota Padang (29%), Kota Solok (25%), Kabupaten 50 Kota (22,2%), Kabupaten Padang Pariaman (20,2%) (Riskesdas, 2013). Tingginya prevalensi kejadian hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol antaranya stres, diet, rokok, dan medikasi. Faktor yang tidak dapat dikontrol diantaranya usia, gender dan ras (Vaughans, 2013). Ada beberapa faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor genetika, usia, etnis dan faktor lingkungan dan faktor yang dapat dimodifikasi yaitu pola diet, berat badan, merokok dan stres (Herwati, 2014). Berat badan merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi yang dapat dikontrol. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) berat badan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu berat badan kurus (underweight) (BMI <18,5 kg/m 2 ), berat badan normal (BMI 18,5-24,9), berat badan berlebih (overweight) (BMI 25-29,9), dan obesitas (BMI 30) (WHO, 2011). Pada tahun 2014 lebih dari

3 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun mengalami kelebihan berat badan, dan 600 juta diantaranya mengalami obesitas (WHO, 2014). Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi (AS, 2010). Menurut Barasi (2009), ada beberapa mekanisme yang menjelaskan eratnya kaitan antara akumulasi lemak yang berlebih didalam tubuh (obesitas) dengan meningkatnya tekanan darah yaitu bertambahnya volume darah sebagai akibat peningkatan retensi garam yang disebabkan oleh efek antinatriuretik dari kenaikan kadar insulin. Perubahan kadar hormon yang mempengaruhi regulasi tekanan darah, produksi kortisol oleh jaringan adiposa meningkat, leptin dan angiotensin yang dilepaskan dari jaringan adiposa menimbulkan efek hipertensi secara langsung. Saat kadar lemak didalam tubuh meningkat akan terjadi penurunan kemampuan jaringan adiposa untuk merespon sinyal regulator (pengatur), sehingga akan mengakibatkan meningkatnya kadar lipid dalam sirkulasi serta resiko penimbunan lemak. Penimbunan lemak tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, jaringan lemak akan menekan pembuluh darah, sehingga tidak bisa mengembang secara sempurna (kurang elastis). Dampaknya aliran darah ke seluruh tubuh pun terganggu. Hal ini memaksa jantung memompa darah lebih keras, sehingga tekanan darah meningkat dan terjadilah penyakit hipertensi (Khasanah, 2012). Selain terjadi kepada seseorang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas hipertensi juga dapat terjadi kepada seseorang yang memiliki berat badan kurang maupun berat badan normal ini diikuti dengan faktor stres, genetik, pola

4 makan dan aktivitas fisik yang dapat meninimbulkan terjadinya hipertensi (AS,2010). Untuk mengetahui seseorang memiliki berat badan yang berlebih atau tidak, dapat dilihat dari perhitungan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Berdasarkan beberapa penelitian independen Indeks Massa Tubuh (IMT) disepakati sebagai standar yang diterima untuk menentukan berat badan (Black & Hawks, 2014). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan formula matematis yang bertalian dengan lemak tubuh orang dewasa yaitu berat badan (kg), dibagi kuadrat tinggi badan (m 2 ) (Arisman, 2010). Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) mencerminkan adiposit dan berkaitan erat dengan presentase lemak tubuh manusia. Menurut Nieky, dkk (2014), dalam penelitiannya bahwa seseorang yang obesitas memiliki potensi untuk mengidap darah tinggi, karena pembuluh darah arteri ataupun vena kemungkinan besar dipenuhi lemak, dan menyebabkan tekanan darah semakin meningkat. Sehingga terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah. Menurut Anggara & Prayitno (2013), seseorang yang obesitas akan mengalami peningkatan tekanan darah 2-6 kali lebih tinggi dibanding seseorang dengan berat badan normal dan cenderung mengalami hipertensi. Hipertensi terjadi akibat dari gaya hidup dan faktor lingkungan. Seseorang yang memiliki pola makan tidak terkontrol dan mengakibatkan berat badan meningkat atau bahkan terjadi obesitas merupakan pencetus awal timbulnya penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (AS, 2010). Para ahli umumnya bersepakat bahwa faktor resiko yang utama meningkatnya hipertensi adalah perilaku atau gaya hidup (life style), dimana gaya hidup berkaitan dengan pola makan yang menjadi

5 penyumbang utama terjadinya hipertensi seperti diet tinggi garam, diet tinggi lemak (AS, 2010). Pola makan berkaitan dengan diet yang merupakan faktor yang dapat dimodifikasi pada pasien hipertensi. Diet adalah pilihan makanan yang lazim dimakan seseorang atau suatu populasi penduduk (Back, 2002). Diet yang dapat dimodifikasi pada penderita hipertensi seperti diet rendah garam atau rendah natrium, rendah lemak. Namun pada zaman sekarang masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium lebih atau diet tinggi garam seperti makanan yang diawetkan, garam dapur serta bumbu penyedap ini penyumbang utama terjadinya hipertensi (AS, 2010). Diet tinggi lemak dapat menyebabkan penumpukan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Diet seperti ini tidak lepas dari prilaku di Indonesia pada umumnya yang berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, dan kurang mengkonsumsi buah dan sayur 93,6% dan 24,5% dan ini merupakan salah satu penyebab dan faktor resiko meningkatnya penderita hipertensi, untuk itu pasien hipertensi harus mengontrol diet dengan melakukan diet rendah garam, diet rendah lemak (Herwati, 2013). Sebuah organisasi penelitian Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) menyebutkan bahwa salah satu diet yang dianjurkan untuk penderita kardiovaskuler khususnya hipertensi adalah CSIRO Healthy Diet yaitu diet rendah lemak, tinggi sayuran dan buah-buahan (CSIRO, 2017). Menurut Dobson et,al (1993), CSIRO Healthy Diet bertujuan untuk membantu pasien untuk

6 memperbaiki aspek dietnya dengan mengurangi konsumsi lemak dan garam dan tinggi serat. Menurut Dewi (2015), dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi seseorang mengkonsumsi makanan tinggi lemak maka makin beresiko mengalami penyakit hipertensi, karena semakin banyak lemak dalam tubuh maka akan menyebabkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah dan akan menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah dan akan memperberat kerja jantung. Diet Dietary approaches to stop hypertension (DASH) juga merupakan salah satu diet yang dapat mengatasi tekanan darah, yang merupakan diet sayuran serta buah yang banyak mengandung serat pangan (30 gram/hari) dan mineral tertentu (kalium, magnesium serta kalsium) sementara asupan garamnya dibatasi (Hartono, 2006). Sebuah studi intervensi besar-besaran pada DASH mengungkapkan bahwa pola diet kaya buah-buahan dan sayuran, dan juga dalam produk susu rendah lemak, yang memiliki kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang sedikit dapat mengurangi risiko hipertensi (Qin,et al, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2016 terdapat 22 Puskesmas di Kota Padang dengan jumlah penduduk 18 tahun sebanyak 623.376 jiwa dan dari jumlah penduduk tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan darah terhadap 343.837 jiwa dan didapatkan sebanyak 7881 penduduk menderita hipertensi. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang menunjukkan wilayah kerja Puskesmas Air Dingin merupakan salah satu wilayah tertinggi yang memiliki pasien hipertensi yaitu sebanyak 518 orang (DKK Padang,

7 2016). Berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari Puskesmas Air Dingin, terdapat peningkatan penyakit hipertensi dari tahun 2016 ke tahun 2017. Dimana pada tahun 2016 hipertensi berada pada 10 penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Air Dingin yaitu sebanyak 4114 orang dan pada tahun 2017 dari bulan Januari-Maret hipertensi berada pada urutan ke-3 penyakit terbanyak di Puskesmas Air Dingin dengan jumlah kunjungan pasien hipertensi sebanyak 814 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan April 2017 di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Padang, melalui observasi dan wawancara dengan beberapa penderita hipertensi terdapat 5 dari 10 penderita hipertensi memiliki berat badan berlebih dimana IMT mereka 25 dan 3 orang lainnya memiliki berat badan normal namun tekanan darah mereka 140/90 mmhg, dan 5 dari 10 orang mengatakan tidak melakukan diet dengan baik ini dikarenakan kebiasaan mereka yang sering mengkonsumsi makanan berlemak seperti santan, rendang,dan mengkonsumsi garam berlebih setiap harinya. Dari 10 penderita hipertensi 7 diantaranya mengalami tekanan darah 140/90 mmhg, dan 3 orang lainnya mengalami tekanan darah 140/90 mmhg. Masih tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia karena masih banyak masyarakat yang tidak mengontrol faktor resiko hipertensi. seperti berat badan dan diet. Apabila sesorang memiliki berat badan berlebih maka akan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak dan ini menimbulkan tekanan darah meningkat, dan obesitas atau berat badan berlebih merupakan pencetus terjadinya hipertensi (AS,2010).

8 Menurut Herwati (2013), seseorang yang memiliki berat badan normal atau berat badan kurang juga beresiko memiliki tekanan darah tinggi dikarenakan adanya faktor stres dan aktivitas fisik. Dimana stres cenderung menyebabkan kenaikan darah untuk sementara waktu jika stres telah berlalu maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Dan kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga dan juga pola makan yang tidak baik, juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus makanan siap saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan tinggi garam tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi. Selain gaya hidup kebiasaan makan juga mempengaruhi tekanan darah, dimana kebiasaan masyarakat Sumatera Barat yang sering mengkonsumsi makanan yang berlemak seperti rendang, gulai dan kebiasaan mengkonsumsi garam berlebih yang dapat menimbulkan tekanan darah meningkat. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahrini, dkk tentang faktor-faktor risiko hipertensi primer yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan berlemak dengan kejadian hipertensi (Syahrini, Setyawan, Udiyono, 2012). Untuk menstabilkan tekanan darah penderita hipertensi harus melakulan diet dengan baik seperti diet rendah garam, diet rendah lemak dan tinggi serat. Maka berdasarkan latar belakang diatas peneliti telah melakukan penelitian tentang Hubungan Berat Badan dan Pola Diet dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017.

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah apakah ada hubungan berat badan dan pola diet dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui hubungan berat badan dan pola diet dengan tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui nilai rata-rata tekanan darah di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017. b. Diketahui nilai rata-rata berat badan di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017. c. Diketahui nilai rata-rata pola diet hipertensi di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017. d. Diketahui hubungan berat badan dengan pola diet penderita hipertensi di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017. e. Diketahui hubungan berat badan dan pola diet dengan tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2017.

10 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan untuk diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang pengaruh berat badan dan pola diet dengan tekanan darah pada pasien hipertensi, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dan pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan dan pemberian pendidikan maupun promosi kesehatan kepada pasien penderita hipertensi agar prevalensi hipertensi di Indonesia berkurang. 2. Bagi Puskesmas Pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi puskesmas agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat penderita hipertensi tentang pola diet sehat bagi penderita hipertensi. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat puskesmas sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait faktor penyebab hipertensi seperti berat badan dan pola diet. yang baik 3. Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada responden tetang berat badan mereka termasuk kedalam berat badan kurus, normal, overweight atau obesitas. Dan dapat melihat bagaimana gambaran pola diet mereka apakah pola makan mereka sehat atau tidak. Diharapkan dengan

11 penelitian ini responden juga mengetahui informasi tentang penyebab yang terjadi apabila berat badan dan pola diet mereka tidak baik. 4. Bagi Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan kepustakaan mengenai hubungan berat badan dan pola diet dengan tekanan darah penderita hipertensi. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan masukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya. Serta memberikan informasi baru tentang penelitian mengenai hubungan berat badan dan pola diet dengan tekanan darah penderita hipertensi sehingga dapat menjadikan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam membuat sebuah karya ilmiah.