BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dalam menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). perbankan syariah. Sedangkan suku bunga kredit, presentase profit dan loss

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http// Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ketiga adalah ijarah dan jasa. Bagi hasil terdiri dari mudharabah dan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini cukup pesat, dilihat dari volume

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghimpun maupun menyalurkan dana, hal ini terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Hal ini terbukti. Inggris (Ismal, 2012). Menurut Antonio (2001), bank syariah muncul

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya(kasmir,2012:12). Lembaga keuangan adalah perusahaan yang setiap kegiatannya berkaitan dengan bidang keuangan, baik itu berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun menyalurkannya kembali dengan berbagai jenis skema lainnya (Andri,2012). Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi atau penghubung antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana dengan masyarakat yang membutuhkan dana. Lembaga keuangan dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank sekarang ini diawasi oleh Bank Indonesia secara makroprudensial dan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara mikroprudensial (www.bi.go.id). Lembaga keuangan bank terbagi menjadi dua yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah lembaga keuangan bank yang dalam operasionalnya menggunakan sistem bunga, artinya ketika bank menghimpun dana dalam bentuk simpanan, maka nasabah berhak atas imbal hasil berdasarkan tingkat suku bunga tetap yang ditentukan bank. Begitupun pada sektor kredit atau pinjaman, ketika bank konvensional memberikan kredit atau pinjaman kepada nasabah, maka bank 1

2 berhak mendapatkan imbal hasil berdasarkan suku bunga tetap yang ditentukan bank. Sementara bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana (funding) maupun dalam rangka penyaluran dananya (financing) memberikan atau mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariat Islam. Dengan kata lain bank syariah adalah lembaga keuangan bank yang dalam menjalankan aktifitas bisnisnya tanpa menggunakan sistem bunga karena bunga adalah riba dan riba dilarang dalam islam (Fatwa Mui No. 1 tahun 2014). Sebagai bank yang berprinsip syariah islam, bank syariah tidak menutup kerjasama dengan nasabah nonmuslim, karena prinsip yang dipakai dalam ekonomi syariah (khususnya perbankan syariah) bersifat universal. Dalam jangka panjang, diharapkan bank syariah dapat bermanfaat bagi setiap manusia tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan. Perbankan syariah yang berkomitmen tidak menggunakan sistem bunga mendapatkan respon yang sangat positif di kalangan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2011 pertumbuhan aset perbankan syariah merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 48,10% (www.bi.go.id). Hal ini menunjukan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap perbankan syariah. Tidak hanya itu, konsep pelarangan riba atau bunga dalam ekonomi islam berimplikasi pada mendorong pemaksimalan kegiatan ekonomi riil dalam setiap aktivitas perbankan syariah. Aplikasinya yaitu kejelasan, transparansi, dan konsistensi dari setiap pelaksanaan akad yang disepakati oleh nasabah dan bank syariah tersebut

3 Dengan makin berkembangnya bank-bank yang melakukan kegiatan usaha atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah maka pengendalian uang dapat diperluas melalui bank- bank tersebut akan tetapi seperti lembaga keuangan lainnya, aktivitas perbankan syariah tentu tidak terlepas dari risiko. Bank syariah harus mampu menghadapi berbagai risiko yang timbul agar fungsinya sebagai lembaga intermediasi tetap mampu menghasilkan keuntungan. Fungsi intermediasi itu mencakup menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana, mengelola dana tersebut sebaik mungkin baik dikelola berupa pembiayaan, pinjaman, pembelian pada sukuk, pembelian pada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan jenis lainnya yang diposisikan sebagai aset. Semakin besar aset bank syariah semakin besar pula kesempatannya dalam mencapai tujuan utamanya yaitu memperoleh keuntungan. Pertumbuhan aset bank syariah memang lebih tinggi daripada bank konvensional, akan tetapi pangsa pasar dari aset perbankan syariah jika dibandingkan dengan aset perbankan nasional (market share assetnya) masih sangat kecil. Pada pertengahan tahun 2014 market share aset perbankan syariah adalah sebesar 4,85% (Neni dkk,2015). Sedangkan pada tahun 2015 pangsa pasarnya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 4,59% (www.pikiran-rakyat.com). Perbankan syariah Indonesia tumbuh pesat dalam lima tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan syariah nasional 2010 hingga 2015 meningkat 204 menjadi Rp 231,2 triliun. Sektor swasta mendominasi penempatan DPK di perbankan syariah sebesar Rp 192 triliun atau sekitar 83 persen, sementara dana pemerintah hanya mencapai Rp 38

4 triliun atau 16,5 persen. Pada periode 2010-2015, laba perbankan syariah dan unit syariah dalam lima tahun terakhir juga tumbuh 73 persen menjadi Rp 1,8 triliun. Namun, melambatnya perekonomian domestik serta melemahnya nilai tukar rupiah membuat laba perbankan syariah pada 2015 hanya tumbuh tipis tiga persen dari tahun sebelumnya(katadata indonesia, 2016) Grafik 1.1 Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah 2010-2015 250 dalam triliunan rupiah 200 150 100 50 72.8 110.9 140.5 171.9 204.4 217 Rupiah 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Total laba perbankan syariah diproyeksikan mencapai Rp 2,6 triliun pada akhir 2015. Kendati meningkat dibanding realiasi tahun 2014, profitabilitas industri bank syariah Tanah Air masih di bawah realisasi tahun 2013. Faktor yang melatarbelakangi penurunan laba tersebut adalah biaya pencadangan yang naik

5 dan pendapatan operasional yang tidak tumbuh signifikan. Ketua Pengembangan Bisnis Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Dinno Indiano mengatakan, pertumbuhan bisnis mikro perbankan syariah stagnan dalam dua tahun terakhir. Senada, sampai kini pertumbuhan penyaluran kredit industri bank syariah pun baru mencapai single digit. Grafik 1.2 2.5 PROFITABILITAS (ROA) 2011-2015 2 1.79 2.14 2.00 dalam % 1.5 1 PROFITABILITAS (ROA) 0.5 0.41 0.49 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Statistik Perbankan Syariah (SPS) Pada akhir 2015, Asbisindo memproyeksi total kredit perbankan syariah tumbuh 6,1%. Dalam rencana bisnis bank (RBB) 2015, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rata-rata bank syariah menargetkan pembiayaan tumbuh 25,8%. Tetapi, pada pertengahan tahun RBB tersebut direvisi sehingga menjadi di bawah 20%. Mengenai hal itu, Dinno mengakui, Asbisindo mengharapkan pembiayaan dapat tumbuh double digit seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Terakhir

6 (data sampai Agustus 2015) NPF (non performing financing) gross perbankan syariah menyentuh 4,73% dan membuat Perbankan Syariah kesulitan secara nasional. Untuk itu, Asbisindo memprediksi, akhir 2015 pembiayaan kami belum dapat naik 20% secara year on year, ujar dia di sela seminar Masyarakat Ekonomi Syariah bertema Indonesian Islamic Finance Forum 2016 di Jakarta, akhir pekan lalu. Sebelum tutup tahun 2015, Asbisindo meyakini, tren laba industri bank syariah akan membaik yang disebabkan oleh hapus buku (write off) dan pertumbuhan beban pencadangan penurunan aset yang lebih wajar. Namun, kami juga memprediksi, masalah NPF masih ada hingga tahun 2016, meski posisi NPF itu akan melandai, ungkap Dinno yang juga direktur utama PT Bank BNI Syariah. Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dipublikasi OJK, NPF perbankan syariah mencapai 2,52% akhir tahun 2012. Kemudian, NPF tersebut meningkat menjadi 2,62% pada 2013. Posisi NPF perbankan syariah kemudian melesat menjadi 4,33% pada akhir Desember 2014.

7 Grafik 1.3 dalam % 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Pembiayaan Bermasalah (NPF) 2011-2015 4.73 4.33 2.52 2.62 2.22 2011 2012 2013 2014 2015 NPF Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Data SPI OJK pun menunjukkan, posisi return of asset (ROA) bank umum syariah (BUS) mencapai 0,46% pada akhir Agustus 2015. Sedangkan, ROA industri bank umum konvensional tercatat menyentuh 2,30%. Sementara itu, dari data statistik perbankan syariah OJK tercatat, total laba tahun berjalan tahun 2014 dari BUS dan unit usaha syariah (UUS) mencapai Rp 1,79 triliun. Padahal, laba bersih BUS dan UUS pada 2013 menembus Rp 3,28 triliun.(www.beritasatu.com) Hingga tahun 2016 Bank Umum Syariah (BUS) yang berdiri sudah mencapai 13 BUS, yang terakhir adalah BTPN Syariah yang berdiri pada Juli 2014. Sementara per Juni 2015 Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) jumlahnya berturut-turut mencapai 21 UUS dan 161 BPRS (www.ojk.go.id).

8 Dapat dilihat perkembangan tingkat imbalan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) dari tahun 2010 hingga 2015 mengalami fluktuasi yang signifikan, ini menimbulkan sebuah pertanyan apakah tingkat imbalan SBIS berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah dimana SBIS merupakan instrument perbankan syariah dalam hal menjaga likuditasnya Grafik 1.4 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 2011-2015 dalam milyaran rupiah 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 9,244 8,858 6,699 5,408 4,993 3,076 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Rupiah Sumber : Data Bank Indonesia yang sudah diolah Penghimpunan dana di bank syariah menggunakan instrument yang sama dengan di bank konvensional yaitu Giro, Tabungan dan Deposito (Rizal dkk,2013:104). Bedanya, dalam bank syariah terdapat varian akad yang berbeda dalam setiap instrumennya, dengan tujuan kontrak perjanjian antara nasabah dan bank syariah menjadi transparan dan jelas. Dana Pihak Ketiga atau sering disebut DPK merupakan dana yang berasal dari masyarakat yang dihimpun dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Dana

9 ini dapat mencapai 80%-90% dari totalitas dana yang dikelola oleh bank sebagai dana yang akan disalurkan kembali dalam bentuk kredit (Pandia, 2012: 19).DPK adalah kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk yang biasanya disebut dengan nasabah bank, dalam rupiah dan valuta asing. DPK diperoleh dari proses penghimpunan dana (funding) oleh bank, besar kecilnya DPK menunjukan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. DPK Mempunyai ciri-ciri seperti, tingginya turnover, relatif berjangka waktu pendek, dan beban biaya tetap, dan peka terhadap gejolak moneter dan mismanagement, sehingga dapat menimbulkan rush. Dengan meningkatnya dana ketiga sebagai sumber dana utama bank maka dana yang dialokasikan untuk pemberian kredit juga akan meningkat sehingga akan meningkatkan pula pendapatan bank yang berdampak pada profitabilitas ( laba) Penempatan dana pada bank Indonesia merupakan penitipan jangka pendek oleh bank syariah karena kelebihan likuiditasnya. Salah satu bukti penitipan jangka pendek bank syariah pada bank Indonesia adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada bank syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat Bank Indonesia Syariah mekanisme SBIS tidak menggunakan mekanisme dari SBI seperti pada bank konvensional tetapi menggunakan mekanisme sertifikat bank indonesia syariah sesuai PBI No 10/11/PBI/2008. Mekanisme yang digunakan adalah akad ju alah (imbalan) sehingga dipastikan tidak ada riba meskipun retrun yang diberikan BI terbilang

10 cukup tinggi. SBIS diterbikan sebagai pengganti sertifikat wadiah bank indonesia. SBIS ini diterbikan dalam nilai pecahan Rp. 1.000.000, tanpa warkat, dengan jangka waktu maksimal 12 bulan, dapat diangunkan pada bank indonesia ketika memperoleh fasilitas pinjaman jangka pendek, dan tidak dapat diperdagangkan di pasar skunder (Nurhayati dkk, 2015: 359). SBIS merupakan instrument yang dibutuhkan oleh bank syariah sebagai sarana investasi jangka pendek sehingga diperkirakan akan mempengaruhi tingkat liquiditas serta tingkat profitabilitas bank syariah. Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah tidak dapat terlepas dari yang namanya risiko pembiayaan, seperti nasabah tidak mampu membayar kewajibannya kepada pihak bank, sehingga menimbulkan yang namanya pembiayaan macet atau bermasalah. Besarnya angka pembiayaan bermasalah dapat dilihat pada rasio yang disebut Non Performing Financing (NPF). Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Kategori pembiayaan termasuk dalam NPF yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet (Hendri dkk, 2013: 5). Semakin tinggi rasio NPF, maka pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah akan menurun, sebab peningkatan rasio NPF dapat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus dibentuk oleh bank syariah sesuai ketentuan dari Bank Indonesia. Jika hal ini terus-menerus berlangsung, maka akan mengurangi modal bank syariah,sehingga

11 akan berpengaruh terhadap kemampuan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank(sofyan, 2002 dalam Idrus Subarkah, 2016). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA). Alasan dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan(dendawijaya). Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati pemegang saham. Pada penelitian yang dilakukan Dea dan Dudi (2012), dimana dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan non performing finance tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Rurin (2014), Novri dan Rizal (2016) dimana dana pihak ketiga tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan non performing finance berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian lain yang dilakukan Sri dan Khoirudin (2015) dimana dana pihak ketiga tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan non performing finance, Penempatan dana (SWBI) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian lain yang dilakukan Idrus Subarkah (2016) dimana dana pihak ketiga,

12 Penempatan dana (SBIS) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan non performing finance berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis memilih judul: PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, PENEMPATAN DANA DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BERPENGARUH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH

13 B.Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah? 2. Apakah Penempatan dana berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah? 3. Apakah Pembiayaan Bermasalah berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah? C.Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu : 1. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah. 2. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa Penempatan Dana berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah. 3. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa Pembiayaan Bermasalah berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah. 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini memiliki kontribusi, bagi para:

14 1. Praktik: Memberikan informasi dan gambaran mengenai faktor faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank syariah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen dalam peningkatan profitabilitas bank syariah. 2. Akademisi: hasil penelitian ini dapat menambah wawasan menggenai faktor faktor mempengaruhi profitabilitas bank syariah dan mampu menjadi dasar untuk penelitan selanjutnya.

15