BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik oleh peserta didik maupun pendidik, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Sutiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 tentang System Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 1 Secara kodrati manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan dan kehendak. Sekalipun demikian, potensial dasar yang dimilikinya itu tidak sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berfikir, watak, perilakunya dan hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan yang lainnya. 2 Menurut Sisdiknas pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat bangsa dan negara. 3 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10 2 Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm 10-11 3 Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 thn. 2003), (Jakarta: Sinar Grafis, 2009) hlm.3 1

Pendidikan mampu membuat manusia meningkatkan, mengembangkan dan memperbaiki nilai-nilai dalam kehidupannya, sehingga akan membentuk insan kamil yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan dapat dijelaskan dari firman Allah, Q.S. Ali Imran, ayat 102, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imran: 102) Salah satu wujud kepedulian terhadap pendidikan, di Indonesia terbentuk suatu lembaga pendidikan yang bertugas untuk memandu pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama. Kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta perubahan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan 2

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 4 Mencerdaskan kehidupan bangsa, salah satu upaya pendidikan yang mempunyai potensi cukup penting dalam pembelajaran adalah tercapainya pemahaman konsep yang matang yang ditandai dengan berhasilnya baik dari segi akademik maupun aplikasi sikap sehari-hari. Dengan penguasaan materi diharapkan peserta didik mampu merealisasikan tujuan pendidikan dimana tidak hanya senang berbicara konsep saja namun juga mempublikasikan dengan benar. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar sesuatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) sikap (afektif). 5 Beberapa kemampuan kognitif antara lain yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Anderson dan Krathwohl, dalam Revised Taxonomy melakukan revisi pada ranah kognitif. Menurutnya terdapat dua kategori, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif, ada enam jenjang tujuan belajar, yaitu: mengingat, 4 DIKBUD KBRI Tokyo, UU RI no 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS dalam http://www.inherent-diktinet/files/sisdiknas.pdf. diakses 27 mei 2013. 2005). hlm 1 5 Azhar Arsyad, Media pembelajaran (Jakarta: Raja Gratindo persada, 3

mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta. Sedangkan pada dimensi pengetahuan ada empat kategori, yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif. Domain afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Masia meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan sikap, minat, nilai, serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Sedangkan dalam domain psikomotor terdapat lima jenjang tujuan, yaitu: meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai dan naturalisasi. 6 Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya keberhasilan pendidikan dapat diukur dari adanya tiga aspek, yakni psikomotorik, kognitif dan afektif yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, maka pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik haruslah merupakan rangkaian teori yang dapat diaktualisasikan kedalam kehidupan sehari-hari, sehingga nantinya peserta didik tersebut mampu memiliki kemampuan dalam memahami dan mempraktekkan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diterima. Beberapa kegiatan peserta didik dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah antara lain jajan di warung/ kantin sekolah karena lebih terjamin kebersihannya; mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; menggunakan jamban di sekolah dan membersihkan jamban; mengikuti kegiatan olah raga dan aktivitas fisik sehingga 6 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 8-12 4

meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik; memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin; tidak merokok, membantu pertumbuhan peserta didik melalui pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB); serta membuang sampah pada tempatnya. 7 Membiasakan hidup sehat tidak hanya mengenai kesehatan pribadi tetapi juga kesehatan lingkungan, Budaya hidup sehat tidak hanya dilakukan di lingkungan rumah tetapi juga dilakukan di lingkungan sekolah. Untuk membiasakan hidup sehat dengan cara harus menjaga kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. Meningkatnya kesehatan lingkungan, diharapkan juga dapat meningkatkan kesehatan pribadi, karena banyak sekali manfaatnya. Menurut Suratno dan Rismiati yang dikutip Atikah Proverawati pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan seharihari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah dari pada mengobati seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah dengan bergaya hidup sehat. 8 7 Atikah Proverawati, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS), (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012) hal. 22 29 8 Atikah Proverawati, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)). hal. 5

Sekarang banyak anak yang pola pikir tentang hidup sehat kurang hal ini terbukti dengan aktivitas anak-anak yang banyak bermalas-malasan seperti, terlalu banyak menonton TV, banyak bermain di depan komputer, bermain play station dan bermain motor-motoran tanpa tujuan yang jelas. Akibatnya anak akibatnya tingkat kesehatan buruk, kurangnya waktu istirahat, serta pola makan yang tidak baik juga sangat mempengaruhi kesehatan, mudah terserang penyakit, kesegaran jasmani rendah. Seseorang yang tidak memiliki pola pikir tentang hidup sehat akibatnya terjadi resiko terkena beberapa penyakit. Pola pikir tentang hidup sehat peserta didik yang tidak sehat dikarenakan oleh beberapa faktor, kurangnya pendidikan kesehatan bagi siswa, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan anak itu sendiri. Hasil observasi di MA Matholi il Huda Pucakwangi Pati, peserta didik yang masih kurang pola tentang hidup sehat, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari peserta didik di MA Matholi ul Huda yang membuang sampah tidak pada tempatnya, jajan di sembarang tempat, tidak menjaga kebersihan kamar mandi, kurangnya aktivitas olahraga, pola makan yang tidak teratur. Salah satu bagian dari komponen mata pelajaran dalam suatu sekolah menengah atas atau Madrasah Aliyah adalah mata pelajaran biologi. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari 6

tentang segala sesuatu mengenai makhluk hidup. Selama ini, pembelajaran biologi belum mampu memberikan manfaat yang nyata terhadap produktifitas bagi peserta didik yang mempelajarinya, Padahal sebenarnya dalam mata pelajaran biologi terdapat banyak pengetahuan dan terdapat potensi yang besar dalam meningkatkan kesadaran terhadap pola hidup sehat. Hal ini dapat dilihat dari segi materi yang dipelajari dalam mata pelajaran biologi yang sangat erat dengan kehidupan manusia. Banyak hal yang dapat dipelajari dari mata pelajaran biologi yang salah satunya adalah tentang virus. Melihat pentingnya pola hidup sehat bagi semua individu maka perlu digiatkan usaha untuk memelihara pola hidup sehat, diantaranya melalaui pendidikan di tingkat sekolah yang berkaitan dengan pengetahuan tentang virus. Di dalam pokok bahasan virus siswa diperkenalkan tentang berbagai bentuk, sifat, klasifikasi, dan peranannya dalam kehidupan manusia. Aspek kognitif ini mempunyai hubungan erat dengan kesehatan, karena virus yang merupakan penyebab timbulnya penyakit, baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Untuk itu materi virus khususnya dan mata pelajaran biologi pada umumnya diberikan kepada peseta didik tidak hanya sebagai informasi, diharapkan dengan tingkat kognitif yang dimiliki peseta didik harus mempunyai sikap positif terhadap materi pelajaran sehingga mereka mampu mengembangkan dan membina sikap positif terhadap pola hidup sehat. 7

Latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka penulis berminat untuk melakukan penelitian yang berjudul: Hubungan antara pengetahuan tentang virus dengan pola pikir tentang hidup sehat peseta didik kelas X MA Matholi ul Huda Pucakwangi Pati tahun ajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan virus dengan pola pikir tentang hidup sehat peseta didik kelas X MA Matholi ul Huda Pucakwangi Pati? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang virus dengan pola pikir tentang hidup sehat peseta didik kelas X MA Matholi ul Huda Pucakwangi Pati tahun ajaran 2013/2014. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : a. Bagi peseta didik Penelitian ini diharapkan peseta didik baik secara individual maupun kelompok dapat mengetahui betapa pentingnya pola pikir tentang hidup sehat. 8

b. Bagi Sekolah Penelitian ini sebagai bahan masukan serta informasi secara teori dan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang virus dengan pola pikir tentang hidup sehat peseta didik kelas X MA Matholi ul Huda. c. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang betapa pentingnya suatu pengajaran mengenai pola pikir tentang hidup sehat. d. Bagi Penulis Penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi peneliti tentang bagaimana memiliki pola pikir tentang hidup sehat yang harus dikembangkan dalam usaha menjaga kesehatan suatu tubuh. 9