BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salim dan Kurniawan (dalam Kurniawan, 2013: 17) mengatakan bahwa kemajuan zaman yang terjadi saat ini, yang semula dipandang akan memudahkan pekerjaan manusia, kenyataannya juga menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi manusia, yaitu kesepian dan keterasingan baru yang ditandai dengan lunturnya rasa solidaritas. Hampir setiap hari orang disibukkan dengan kegiatan di depan layar televisi, handphone ataupun komputer yang mengakibatkan hubungan antar anggota keluarga menjadi renggang. Globalisasi telah membawa dampak luas di belahan bumi manapun, tak terkecuali di negeri ini. Dampak globalisasi ini ada yang positif namun ada pula yang negatif yang dapat mempengaruhi akhlak generasi penerus bangsa. Kerusakan akhlak generasi penerus bangsa dapat membawa kehancuran bangsa. Globalisasi saat ini, ancaman hilangnya karakter semakin nyata. Nilai-nilai karakter yang luhur tergerus oleh arus globalisasi utamanya kesalahan dalam memahami makna kebebasan sebagai sebuah demokrasi dan rendahnya filosofi teknologi. Menurut Setiawan Dani dalam Barnawi dan Arifin (2012: 14), teknologi dapat menjadi penghancur umat manusia setidaknya karena tiga hal yaitu (1) teknologi cenderung memudahkan yang bisa menjebak orang menjadi sosok yang serba instan atau manja, tidak menghargai proses dan mau serba instan, (2) teknologi bisa mendekatkan yang jauh, tapi bisa juga menjauhkan yang 1
2 dekat. Seseorang bisa menjadi asing di lingkungan sekitarnya, kurang awas terhadap lingkungan sekitar dan bisa saja tak peduli dengan sekelilingnya jika terlalu intens dengan penggunaan teknologi, (3) teknologi bisa memicu perilaku hidup lebih konsumtif. Lickona dalam Kurniawan (2013:18) mengungkapkan sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai, karena jika tanda-tanda ini terdapat dalam suatu bangsa, berarti bangsa tersebut sedang berada di tebing jurang kehancuran. Tandatanda tersebut yaitu adalah (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku yang merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan perilaku seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat pada orangtua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama Indonesia saat ini mengalami krisis akhlak dan moralitas. Krisis akhlak dapat dilihat dari kemajuan dan perkembangan bangsa Indonesia hingga sampai dengan saat ini. Bangsa Indonesia mengharapkan terjadi perubahan kemajuan dan meningkatnya kesejahteraan dengan mengadakan reformasi total pada tahun 1998. Harapan tersebut belum terwujud ketika melihat kenyataan bahwa kesejahteraan masyarakat tidak jauh berbeda dengan sebelum reformasi, sehingga bangsa Indonesia perlu menata ulang penyebab ketidakberhasilan tersebut. Salah satu penyebab adalah akhlak generasi reformasi yang masih lebih mementingkan
3 kepentingan pribadi dari pada kepentingan bangsa dan negara. Di tingkat penyelenggara negara, kerusakan akhlak ditunjukkan dengan merebaknya kasus korupsi, kolusi, nepotisme, narkoba, baking terhadap tindak kejahatan dan lainlain, sehingga menghasilkan pemerintahan yang tidak berorientasi untuk kemajuan bangsa. Sedangkan dikalangan masyarakat merebaknya aksi pencurian, perampokan, perkelahian antar kampung, maraknya aksi geng motor, begal, pemerkosaan, pembunuhan, narkoba dan tindak kejahatan lainnya. Di kalangan remaja/pelajar/siswa tidak jauh berbeda dengan kalangan masyarakat. Kerusakan akhlak di kalangan remaja/pelajar/siswa saat ini terlihat dari sikap dan perbuatan yang antara lain sikap tidak menghargai dan patuh pada guru/orang tua, maraknya perkelahian antar pelajar, kasus narkoba, munculnya geng/kekerasan di kalangan pelajar/siswa, pornografi/sek bebas, kecanduan game online sehingga lupa kewajiban belajar/membantu orang tua dan lain-lain. Semua hal negatif tersebut berujung pada hilangnya akhlak (karakter) bangsa yang mengarah pada pernyataan Lickona di atas. Ini menjadi kekawatiran bersama dan tidak boleh dibiarkan oleh generasi penerus bangsa. Melatarbelakangi pada pemikiran tersebut di atas, khususnya di kalangan pelajar/siswa yang merupakan generasi penerus bangsa di masa depan dan dikaitkan dengan berbagai isu dan fenomena akhir-akhir ini yang terjadi, peneliti mengamati tingkah laku pelajar/siswa di wilayah Magelang ataupun di kota-kota besar sekitarnya tidak jauh berbeda dengan tingkah laku pelajar/siswa yang ada di wilayah kota lain di Indonesia. Secara umum kerusakan akhlak akibat pengaruh globalisasi sudah merambah ke tingkat pelajar/siswa yang merupakan generasi
4 penerus bangsa. Peneliti merasa terpanggil untuk menyumbangkan pikiran melalui tulisan ilmiah dengan meneliti bagaimana peran guru pendidikan agama Islam untuk menanamkan akhlak yang bisa berdampak dapat meminimalkan dan mengurangi berbagai macam tindak kejahatan melalui dunia pendidikan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti mencoba mengangkat judul, Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Akhlak Untuk Meningkatkan Ketahanan Pribadi Siswa. (Studi di Sekolah Dasar Islam Al Firdaus Kelas VI Magelang, Jawa Tengah). 1.2 Permasalahan Penelitian Latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1.2.1. Bagaimana peran dari guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai akhlak terhadap siswa kelas VI? 1.2.2. Bagaimana implikasi peran dari guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai akhlak terhadap siswa kelas VI dengan ketahanan pribadi siswa? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Peran guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan akhlak untuk meningkatkan ketahanan pribadi siswa sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Namun ada beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
5 PENELITI JUDUL HASIL 1 2 3 Suraji Persepsi Guru Tesisnya meneliti bidang pendidikan yang (1997) Bidang Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan : Tentang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dalam Kurikulum 1994 di Jawa Tengah berkaitan dengan persepsi Guru PPKn tentang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dalam Kurikulum 1994 dan lokusnya pada SMEA dan STM di Jawa Tengah. Terdapat perbedaan tingkat persepsi guru mengenai Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yang ada di SMEA dan STM. Hasil penelitian tesisnya menunjukkan bahwa persepsi guru PPKn di SMEA sangat tinggi jika dibandingkan dengan persepsi guru PPKn yang mengajar di STM terhadap Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Handriyanto, Bayu Wulung (2010) Peran Resimen Mahasiswa Dalam Pelaksanaan Tugas Bela Negara dan Implikasinya Tesisnya meneliti dunia pendidikan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas bela negara terlihat dari kesiapsiagaan dengan penuh kesadaran dan tulus ikhlas dalam menggunakan fikiran dan tenaga yang tercermin dari kesadaran berbangsa dan bernegara, kecintaannya
6 Terhadap Sistem Pertahanan Semesta (Studi di Satuan Resimen Mahasiswa Mahakarta Universitas Gadjah Mada Yogyakarta). terhadap tanah air, kesadaran berkorban untuk memajukan bangsa dan negara melalui perannya sebagai unit kegiatan mahasiswa, perlindungan masyarakat, dan komponen pertahanan negara yang dilaksanakan berdasarkan pembinaan dari tiga departemen terkait untuk melakukan kegiatan bela negara buat lingkungan kampus dan Masyarakat. Resimen Mahasiswa merupakan wadah untuk Nuryadi, Muhammad Hendri (2010) Peran Nilai- Nilai Dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membentuk Masyarakat menyiapkan generasi penerus yang handal dan anggotanya telah mendapatkan bekal yang lebih dibandingkan dengan mahasiswa lain dalam hal pengetahuan bela negara. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa peran nilai-nilai dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan untuk membentuk masyarakat madani memiliki peran yang sangat strategis karena nilai-nilai yang diajarkan dalam pembelajaran PKn memiliki tujuan untuk menciptakan warga negara yang baik sehingga hal ini dapat
7 Madani Dan Implikasinya berimplikasi terhadap pembentukan ketahanan sosial. terhadap ketahanan Sosial (Studi Tentang Pandangan Tenaga Pendidik Di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah). Ghani (2013) Peran Pondok Pesantren dalam Membangun Karakter Generasi Muda dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pribadi (studi di pondok pesantren Hasil penelitiannya mengatakan bahwa (1) peran pondok pesantren dalam membangun karakter generasi muda guna mendukung ketahanan pribadi santri belum maksimal, (2) di sisi lain peran pondok pesantren dalam membangun karakter genersi muda terbukti dalam mendukung ketahanan pribadi santri, (3) pelaksanaan membangun karakter generasi muda guna mendukung ketahanan pribadi santri, sudah berjalan
8 Jamiyyah Islamiyah Ceger Kelurahan Jurang Mangu Timur Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang sebagaimana mestinya, namun perlu optimalisasi intensif dan kerjasama semua unsur pendidikan, diharapkan santri memiliki ketahanan yang tangguh, dalam menghadapi ancaman yang datang dari dalam dan dari luar dirinya, dan ketahanan sekolahpun dapat terwujud. Sukino (2013) Selatan Provinsi Banten). Optimalisasi Peran Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Guna Membangun Ketahanan Pribadi Siswa (Studi di SMA Negeri 40 Jakarta Utara). Hasil temuan tesisnya berkaitan dengan pelayanan bimbingan konseling terhadap siswa saat menghadapi ujian nasional dan kenakalan remaja mengatakan bahwa (1) Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar dalam mendukung ketahanan pribadi siswa yang masih belum maksimal, (2) Peran pelayanan bimbingan dan konseling dalam kegiatan belajar mengajar terbukti meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mendukung ketahanan pribadi siswa, (3) Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dalam
9 Bego, Karolus Charlaes (2014) Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membentuk Karakter Siswa dan Implikasinya Tehadap Ketahanan Siswa (Studi di Sekolah Dasar Inpres mendukung ketahanan pribadi siswa sudah berjalan sebagaimana mestinya namun perlu optimalisasi intensif dan kerjasama semua unsur pendidikan sehingga sasaran siswa dengan kelulusan 100% dapat tercapai di samping itu diharapkan siswa memiliki kemampuan dan ketangguhan dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari dalam dan luar dirinya dan ketahanan sekolahpun dapat terwujud. Hasil penelitian ditemukan ada empat kendala yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan yaitu: (1) kualitas guru yang masih rendah, (2) kurikulum yang selalu berubah dan alokasi waktu sebagai jam belajar sangat kurang, (3) fasilitas yang masih kurang, dan (4) kesejahteraan guru yang masih kurang. Adapun upaya peningkatan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan yaitu guru harus memiliki kompetensi pedagogis, kompetensi
10 Ende 7 Kelas V Kecamatan Ende Timur Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur). kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keberhasilan membentuk karakter siswa dan implikasinya terhadap ketahanan siswa tergantung pada guru Pendidikan Kewarganegaraan menjalankan perannya sebagai sosok yang memegang amanah, sosok yang memberi teladan dan sosok yang mengajar dengan hati. Siswa akan memiliki keuletan dan ketangguhan dalam diri sehingga mampu menjaga, memelihara, serta mempertahankan kelangsungan hidup di Kabupaten Ende di masa kini dan di masa yang akan datang. Penelitian Suraji, Handriyanto, Nuryadi, Ghani, Sukino dan Bego mempunyai kemiripan dengan penelitian peneliti yang bertema membentuk masyarakat yang madani/civil society. Begitu juga mempunyai kesamaan dalam hal jenis penelitiannya yang menggunakan deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data terdiri dari interview atau wawancara, observasi dan kajian pustaka. Perbedaan dengan penelitian penulis terletak pada penekanan peran Guru
11 Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Siswa dan lokasi penelitian di Sekolah Dasar Islam Al Firdaus Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah. Keaslian penelitian tesis ini dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti dan sesuai dengan asas-asas keilmuan dengan menjunjung tinggi kejujuran, obyektifitas dan terbuka yang dapat dibuktikan secara ilmiah. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1. Mengetahui peran dari guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai akhlak terhadap siswa kelas VI. 1.4.2. Mengetahui implikasi peran dari guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai akhlak terhadap siswa kelas VI dengan ketahanan pribadi siswa. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1.5.1. Bagi Sekolah Bagi Sekolah dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berkesinambungan serta meningkatkan peran guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan akhlak terhadap siswa.
12 1.5.2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan, serta muncul kajian-kajian akademis lebih lanjut dalam rangka pengembangan usaha bidang pendidikan agama Islam untuk membentuk akhlak siswa dan diharapkan dapat berimplikasi pada berkembangnya bidang studi Ketahanan Nasional. 1.5.3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif dan menambah wawasan pengetahuan peneliti mengenai peran guru agama Islam dalam menanamkan akhlak terhadap siswa.