BAB V PENUTUP. Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I. KETENTUAN UMUM

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 12 Tahun 2018 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2018 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

Wawancara I Wawancara dengan manajer pusat Koperasi Anugerah Parakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROPOSAL PERMOHONAN PINJAMAN KEPADA UPDB-KUMKM DINAS KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN TANGERANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bagi Pekerja Pada PT.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENGURUS KOPERASI TERHADAP PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA DAN TINDAKAN HUKUM YANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA

: Drs. Agus Sucipto, MM : Analisis Manajemen Risiko Kredit Usaha Rakyat Pada PT. Bank Rakyat Indonesia

Tujuh Regulasi CSR Di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG.

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil dari penelitian yuridis-normatif berkenaan dengan Analisis Kegiatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/V/2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN KANTOR CABANG

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BAB III ATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

FORMAT PROPOSAL PERMOHONAN PINJAMAN/PEMBIAYAAN MODAL KERJA SIMPAN PINJAM (PRIMER/SEKUNDER) KEPADA LPDB-KUMKM

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Sehingga PT. JAMSOSTEK (Persero) mempunyai kewajiban untuk menjamin perlindungan bagi tenaga kerja melalui 4 (empat) program wajib antara lain ; 1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK); 2. Jaminan Kematian (JK); 3. Jaminan Hari Tua (JHT) dan; 4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). PT. JAMSOSTEK (Persero) selain menjalankan tugas dan fungsi pokok sebagai badan penyelenggara jaminan sosial dimana mempunyai tanggung jawab pokok memberikan perlindungan bagi tenaga kerja, PT. JAMSOSTEK (Persero) juga merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dimana orientasi dalam menjalankan perusahaan merupakan unit bisnis yang didalamnya adalah kelompok orang yang memiliki tujuan sama dan berusaha mencapai tujuan tersebut secara bersama. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN khususnya Pasal 2 ayat (1) huruf b disebutkan bahwa maksud dan tujuan pendirian Badan Usaha

74 Milik Negara (BUMN) adalah mengejar keuntungan. Akan tetapi di dalam pasal 2 ayat (1) huruf e juga dikatakan bahwa BUMN juga turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongam ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Sehingga sebagai BUMN PT. JAMSOSTEK mempunyai kewajiban untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya akan tetapi dituntut juga untuk melaksanakan tanggung jawab sosial di lingkungan perusahaan sebagaimana pengimplementasian dari Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 2 ayat (1) huruf e. Dalam hal pelaksanaan tanggung jawab sosial PT. JAMSOSTEK (Persero) melaksanakan program khusus dimana acuan pelaksanaan program khusus PT. JAMSOSTEK (Persero) itu adalah manfaat yang dapat diberikan baik itu kepada peserta (tenaga kerja) yang telah ikut program JAMSOSTEK maupun masyarakat umum/sekitar perusahaan. Manfaat program khusus yang dapat diberikan kepada peserta JAMSOSTEK meliputi : 1. Beasiswa 2. Pinjaman Perumahan 3. Pinjaman Renovasi Rumah Manfaat program khusus yang dapat diberikan kepada masyarakat umum meliputi : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Dalam hal ini penulis akan mendalami lebih jauh tentang Program Kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo sebagai implementasi dilaksanakan tanggung jawab sosial bagi lingkungan sekitar perusahaan.

75 Dalam Peraturan Perundang-Undangan yang mana terdapat di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Bab V Pasal 74 ayat (1), (2),(3) dan (4), yang mana disebutkan dalam setiap pasalnya yaitu : 21 Ayat (1) menyebutkan bahwa, Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan Lingkungan; Ayat (2) menyebutkan bahwa, tanggungjawab sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; Ayat (3) menyebutkan bahwa, Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Ayat (4) menyebutkan bahwa, ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sehingga tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Bab V Pasal 74 ayat (1). 21 Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

76 Dalam hal tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) khususnya dalam penyaluran program kemitraan masih terdapat kendala atau hambatan-hambatan diantaranya : 22 1) Hambatan Yuridis a) Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja belum mengatur adanya program khusus yang dijalankan oleh PT. JAMSOSTEK, sehingga PT. JAMSOSTEK dalam melaksanakan program khusus mengacu kepada aturan pokok sebagai BUMN sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor Per- 05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan., b) Dalam hal pelaksanaan penerapan sanksi yang dijalankan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo khususnya dalam penerapan sanksi bagi Mitra Binaan yang menunggak, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 29 belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Karena melihat dari tujuan awal PT. JAMSOSTEK (Persero) terbentuk adalah sebagai badan penyelenggara jaminan sosial. Sehingga dalam hal eksekusi penindakan sanksi PT. JAMSOSTEK (Persero) hanya sebatas pembinaan untuk memberikan peringatan. 22 Narasumber : Kepala Kantor dan Kepala Bidang Pemasaran Kantor Cabang PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo yaitu Bapak Syarifudin R Basir dan Bapak Albertus Wahyudi Setya Basuki.

77 Bukan sebagai lembaga yang bisa mengeksekusi secara langsung terhadap Mitra Binaan dan/perusahaan yang menunggak/macet. 2) Hambatan Internal a) Kurangnya sosialisasi disetiap daerah operasional PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo karena terbatasnya anggaran, sehingga pelaksanaannya tidak menyeluruh ke setiap daerah wilayah kerja PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo. Karena cakupan wilayah kerja PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo mencapai 7 (Tujuh) Kabupaten dan 1 (satu) Kota dengan jarak tempuh yang memakan waktu ± 3-5 jam per kabupaten, sehingga biaya operasional yang dibutuhkan menjadi membesar / membengkak. Dengan terbatasnya biaya operasional maka diperlukan langkah-langkah yang tepat dalam menjalankan program kemitraan. Adapun langkah-langkah yang efektif dapat dilakukan berupa : (1) Pemberian pinjaman kemitraan lebih di fokuskan kepada Calon Mitra Binaan (yang selanjutnya disebut dengan CMB) dengan usaha-usaha unggulan yang berada di dalam Kota Palopo. (2) Pelaksanaan realisasi pinjaman yaitu dengan pemberian pinjaman dilakukan dengan cara realisasi pembayaran direalisasikan per pengajuan proposal pinjaman yang diajukan

78 oleh CMB yang telah memenuhi syarat administrasi lebih di prioritaskan. b) Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani program kemitraan, sehingga diperlukan waktu lama dalam proses pencairan pinjaman. Karena di dalam penyaluran program kemitraan PT. JAMSOSTEK (Persero) menggunakan pola executing. Dalam pengertiannya bahwa pola executing adalah suatu proses penyaluran pinjaman yang dilakukan secara langsung oleh kreditur (pemilik modal) kepada debitur (peminjam modal) melalui pengajuan proposal pinjaman. Dalam pola executing ini yang mempunyai kewenangan sepenuhnya dalam hal menentukan nilai pinjaman, mentaksir nilai suatu jaminan dan proses realisasi pinjaman adalah PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo melalui Account Officer Khusus yang hanya terdapat 1 (satu) orang. c) Tidak adanya pembekalan terhadap karyawan / petugas yang menangani program kemitraan, sehingga dalam menetapkan suatu nilai pinjaman yang diberikan kepada CMB sebagian besar didasarkan karakter kejujuran dan kepercayaan. 3) Hambatan Eksternal a) Karakter / Moral Hazard dari CMB yang buruk. b) Agunan / Jaminan dari CMB yang tidak sesuai dengan jumlah yang akan dipinjaman.

79 c) Upaya hukum dan penerapan sanksi yang kurang tegas terhadap mitra binaan yang tidak tertib administrasi dan atau menunggak sehingga didalam implementasi dilapangan belum bisa dijalankan secara optimal. d) Asumsi atau pendapat masyarakat umum dalam wilayah kerja PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo bahwa program kemitraan ini adalah sebagai dana hibah yang diberikan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) untuk usaha kecil, menengah dan koperasi bukan sebagai pinjaman lunak yang harus dikembalikan. Upaya yang dapat oleh dilakukan PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi untuk program Kemitraan berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan Bapak Albertus Wahyudi Setya Basuki selaku kepala Bidang Pemasaran yaitu : a) Penanganan Masalah Yuridis (1) Karena di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tidak mengatur tentang adanya program khusus PT. JAMSOSTEK (Persero), maka untuk penyelenggaraan program kemitraan PT. JAMSOSTEK (Persero) mengacu kepada Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor Per- 05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. (2) Dalam hal pelaksanaan penerapan sanksi yang dijalankan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo khususnya dalam

80 penerapan sanksi bagi Mitra Binaan yang menunggak, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 29 belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Karena melihat dari tujuan awal PT. JAMSOSTEK (Persero) terbentuk adalah sebagai badan penyelenggara jaminan sosial. Sehingga dalam hal eksekusi penindakan sanksi PT. JAMSOSTEK (Persero) hanya sebatas pembinaan untuk memberikan peringatan. Bukan sebagai lembaga yang bisa mengeksekusi secara langsung terhadap Mitra Binaan dan/perusahaan yang menunggak/macet. Untuk itu dilakukannya kerjasama dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi setiap Kabupaten / Kota serta melakukan MoU dengan Kejaksaan Negeri Kota Palopo dalam hal penangangan tunggakan piutang baik perusahaan maupun bagi mitra binaan Nomor B- 04/G/GS.1/11/2013 tanggal 12 Nopember 2013 perihal Kesepakatan Bersama antara PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo dengan Kejaksaan Negeri Palopo tentang Penanganan Masalah Hukum Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara karena didalam aturan hukum yang diatur oleh Undang- Undang Nomor Repulik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja bahwa penetapan sanksi sebagaimana diatur dalam pasal 29 terhadap perusahaan-perusahaan yang menunggak iuran belum dapat dilaksanakan sepenuhnya disebabkan PT. JAMSOSTEK (Persero) adalah sebagai badan penyelenggara jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melindungi hak-hak dasar dari

81 Tenaga Kerja yaitu berupa Jaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Dimana apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang tidak tertib administratif, maka akan PT. JAMSOSTEK (Persero) dalam prakteknya hanya memberikan himbauan dan/atau surat peringatan kepada perusahaan-perusahaan tersebut, sedangkan langkah penindakan atas suatu pelanggaran tersebut akan ditindaklanjuti oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan/atau Kejaksaan Negeri. Karena sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 dimana dalam Pasal 25 PT. JAMSOSTEK (Persero) hanyalah sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial khususnya tenaga kerja di Indonesia. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 29 yang mengatur tentang Sanksi Pidana belum dapat diterapkan dalam prakteknya. Karena mekanisme penindakan atas suatu pelanggaran dalam perusahaan yang tidak tertib akan dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten / Kota yang mempunyai kewenangan memberikan eksekusi sanksi administrasi berupa pencabutan izin usaha. Sedangkan untuk proses penjatuhan sanksi pidana belum dapat dijalankan/diterapkan dalam hal penindakan. b) Penanganan Masalah Internal (1) Membuat program kerja sosialisasi setiap Kabupaten / Kota minimal 1 (satu) bulan di 2 (dua) Kabupaten / Kota, dimana apabila anggaran

82 tidak mencukupi untuk kebutuhan 1 (satu) tahun, maka diperlukan strategi sosialisasi melalui media massa ataupun melalui kecanggihan teknologi seperti email ataupun pesan singkat. Sehingga informasi program dapat tersampaikan secara tepat, jelas dan akurat kepada masyarakat yang membutukannya. (2) Memberikan pelatihan kepada petugas yang menangani program kemitraan diantaranya pelatihan yang mencakup proses penetuan penilaian suatu jaminan dan pelatihan dalam proses hukum apabila suatu usaha tersebut tidak mempunyai itikad baik, pembayaran macet dan usahanya yang telah menghilang akibat adanya piutang tersebut. c) Penanganan Masalah Eksternal (1) Dalam menilai suatu karakteristik seseorang adalah hal yang tidak mudah, tetapi di dalam penyaluran program kemitraan adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan. Sehingga diperlukan kejelian dan kewaspadaan sebagai Account Officer Khusus dalam hal melihat CMB. Kejelian itu di buktikan dengan cara mendatangi langsung CMB secara mendadak/tiba-tiba dan mencari informasi kepada warga/masyarakat sekitar mengenai usaha yang sedang berjalan. Dengan cara demikian akan meminimalisasi CMB yang mempunyai itikad tidak baik. (2) Penilaian suatu jaminan adalah suatu yang bisa diperhitungkan dengan suatu standart nominal yang telah ditetapkan dalam perhitungan nilai suatu barang dan atau benda. Dengan demikian

83 harus dilakukan taksasi (perkiraan) nilai dari suatu jaminan yang dijaminkan CMB. Akan tetapi ilmu dalam memperkirakan suatu nilai jaminan belum tersebut belum didapatkan oleh petugas pelaksana yaitu Account Officer Khusus di Kantor PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Palopo, sehingga penilaian suatu nilai jaminan dilakukan berdasarkan jenis jaminan, tahun suatu barang / benda dikeluarkan khusus kendaraan bermotor, dan standarisasi dengan harga pasar yang ada pada saat pengajuan pinjaman. (3) Diadakannya sosialisasi di media sosial dan media massa yang mencakup seluruh aspek lapisan masyarakat, sehingga masyarakat umum tahu bahwa kemitraan PT. JAMSOSTEK (Persero) bukan merupakan suatu hibah melainkan pinjaman lunak. B. Saran Dalam pelaksanaan program kemitraan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Palopo terbukti telah memberikan manfaat positif bagi pengusaha kecil dan menengah. Jadi penulis mencoba memberikan beberapa saran untuk PT. Jamsostek (Persero) dalam hal pelaksanaan Program Kemitraan, yaitu : 1. Untuk mendukung terus berjalannya program kemitraan PT. Jamsostek (Persero) disarankan untuk lebih aktif dalam penyampaian informasi/iklan melalui media massa / media online sehingga masyarakat umum dapat mengetahui adanya program tersebut.

84 2. Memberikan pembekalan eduksasi/pendidikan khususnya bagi staf perusahaan yang menangani program kemitraan dalam hal mentaksir nilai suatu jaminan. 3. Dalam hal seleksi CMB PT. Jamsostek (Persero) diharapkan lebih memprioritaskan usaha kecil dan menengah yang mempunyai produk unggulan. 4. Kepada Pimpinan PT. Jamsostek (Persero) disarankan meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan dalam penerapan penjatuhan sanksi baik sanksi yang sifatnya administrasi maupun sanksi yang sifatnya pidana bagi pengusaha/debitur yang tidak tertib administrasi dan atau menunggak.