BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

maka semakin tinggi kuat geser yang dihasilkan.

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

Pengaruh Siklus Basah Kering Terhadap Kuat Tekan Bebas Campuran Kapur Karbit Dan Abu Sekam Padi Dengan Dan Tanpa Serat Plastik

Peningkatan Nilai CBR Laboratorium Rendaman Tanah dengan Campuran Kapur, Abu Sekam Padi dan Serat Karung Plastik

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

STUDI MODEL EMBANKMENT TANAH LEMPUNG DENGAN STABILISASI KAPUR-ABU SEKAM PADI DAN SERAT KARUNG PLASTIK YANG DICAMPUR DALAM BERBAGAI KONFIGURASI

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukkan dan Sifat-Sifat Dasar Tanah Lunak, 2002). kerusakan. Sehingga tanah dasar haruslah bersifat keras agar sesuai dengan

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

UJI KUAT TARIK BELAH TERHADAP TANAH YANG DISTABILISASI DENGAN LIMBAH KARBIT-ABU SEKAM PADI DAN SERAT KARUNG PLASTIK

Pengaruh Penambahan Semen, Abu Sekam Padi dan Abu Ampas Tebu pada Tanah Lempung Ekspansif di Bojonegoro terhadap Nilai CBR, Swelling, dan Durabilitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

Anas Puri, dan Yolly Adriati Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Uraian Umum

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

BAB III METODE PENELITIAN

KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK TANAH DENGAN CAMPURAN KAPUR - ABU SEKAM PADI - SERAT KARUNG PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

air tanah (drainase tanah), mengganti tanah yang buruk.

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Faktor yang sangat penting dalam menentukan suatu konstruksi bangunan

Perilaku Kuat Geser Campuran Kapur Karbit dan Abu Sekam Padi Yang Diperkuat Dengan Serat Plastik

Pengaruh Variasi Jarak dan Panjang Kolom Stabilisasi Tanah Ekspansif Di Bojonegoro dengan Metode Deep Soil Mix Tipe Single Square

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KORELASI NILAI KUAT TEKAN DAN CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU BATU DAN SEMEN

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi oleh ketersediaan lahan, pembangunan pada lahan dengan sifat tanah

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

terhadap tanah asli (lempung), tanah lempung distabilisasi kapur 4%, tanah lempung

BAB V RESUME HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH UKURAN BENDA UJI DAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH TANAH PASIR TERSEMENTASI DENGAN CAMPURAN KAPUR DAN ABU SEKAM PADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

Metode penelitian merupakan suatu cara pelaksanaan penelitian dalam

Karakteristik Kuat Tarik Belah Tanah Pasir Yang Distabilisasi Dengan Campuran Kapur Dan Abu Sekam Padi

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stabilisasi Tanah dengan Abu Sekam Padi dan Kapur Abu sekam padi (rice husk ash) merupakan sisa pembakaran tanaman padi dan salah satu bahan pozzolan yang memiliki potensi sebagai bahan konstruksi karena memiliki sifat pozzolanik yang tinggi dari kandungan silikanya. Banyak kajian yang telah dilakukan bahwa penambahan abu sekam padi dengan bahan tambah lainnya seperti kapur dan semen dapat meningkatkan sifat-sifat fisis dan geotek tanah. Sarkar dkk. (2011), penambahan abu sekam padi pada tanah dapat mengurangi pengembangan dan kompresibilitas tanah, meningkatkan kuat geser dan kuat tekan bebas tanah. Tanah dicampur dengan variasi campuran abu sekam padi yang digunakan yaitu 0%, 5%, 7,5%, 10%, dan 12,5% pada cetakan standar dengan kadar air optimum yang telah ditentukan. Nilai kuat tekan bebas optimum dicapai pada variasi 10% abu sekam padi. Tallib dan Bankole (2011), indeks dan pengujian sifatsifat geoteknik yang dilakukan pada tanah yang mengandung kapur dan kombinasi abu sekam padi menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam sifat-sifat tanahnya. Penambahan kapur pada tanah lempung menyebabkan pertukaran kation dan reaksi pozzolan. Pertukaran kation adalah reaksi pertama yang berlangsung segera dan menyebabkan flokulasi partikel dan perubahan tekstur tanah yaitu dengan cara partikel tanah liat menggumpal bersama-sama menjadi agregat berukuran lebih besar sehingga meningkatkan gradasi tanah, permeabilitas dan sifat-sifatnya. Sedangkan reaksi pozzolan terjadi karena bahan mengandung silika dan alumina yang dengan sendirinya memiliki sedikit atau tidak ada kandungan semen, namun akan bereaksi secara kimiawi dengan kapur pada suhu biasa untuk membentuk senyawa yang memiliki sifat semen. Penambahan abu sekam padi pada tanah dapat mengurangi pengembangan dan kompresibilitas tanah, meningkatkan kuat geser dan kuat tekan bebas tanah. Indeks plastisitas dapat menurun dengan penambahan 6% kapur dan 12,5% abu sekam padi. Muntohar (2009) melakukan pengujian tekan bebas dan kuat 4

5 tarik pada tanah yang distabilisasi dengan kapur-abu sekam padi dan serat plastik. Perbandingan kapur dan abu sekam padi adalah 1:1 dari berat campurannya. Kadar penambahan kapur ke dalam campuran sesuai dengan ASTM D4609-94. Berdasarkan kurva hubungan indeks plastisitas dan kadar kapur yang disajikan pada Gambar 2.1, diestimasikan bahwa penambahan 12% kapur pada campuran cukup baik untuk stabilisasi. Gambar 2. 1 Penentuan kadar kapur untuk stabilisasi. Sumber: Muntohar (2009) Muntohar (2005), melakukan penelitian tentang perbandingan antara kapur dan abu sekam dengan variasi rasio 1:1, 1:2 dan 1:3 dengan melakukan pengujian tekan bebas yang disajikan pada Gambar 2.2. Hasil menunjukkan bahwa rasio 1:2 mengalami peningkatan kuat tekan bebas dengan kadar air masing 14% dan 19%. Namun dengan nilai kadar air yang lebih tinggi yaitu 24%, nilai kuat tekan bebas meningkat pada saat rasio 1:1.

6 Gambar 2. 2 Kuat tekan bebas tanah dengan rasio kapur terhadap abu sekam padi. Sumber: Muntohar (2005) Muntohar (2016), menjelaskan tetntang pengaruh OMC terhadap tanah yang masing-masing dicampur kapur dan abu sekam padi dengan variasi 2%, 4% dan 6%. Hasil menjelaskan bahwa semakin banyak kadar kapur maka nilai OMC semakin besar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

7 Berat volume kering, d (kn/m 3 ) CBR (%) 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 14.5 14.0 45 40 35 30 25 20 Sr = 0,95 Sr = 0,9 Sr = 0,85 OMC Kering S r = 1 G s = 2,63 Basah (a) (c) Benda Uji S0 SL2 SL4 SL6 Berat volume kering, d (kn/m 3 ) CBR (%) 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 14.5 14.0 45 40 35 30 25 20 Sr = 0,95 Sr = 0,9 Sr = 0,85 OMC Kering S r = 1 G s = 2,63 Basah (b) (d) Benda Uji S0 SR2 SR4 SR6 15 15 10 10 5 5 0 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 Kadar air tanah, w (%) 0 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 Kadar air tanah, w (%) Gambar 2. 3 Kurva pemadatan tanah (a) stabilisasi dengan kapur, (b) stabilisasi dengan abu sekam padi, dan kurva hubungan kadar air dan nilai CBR (c) stabilisasi dengan kapur, (d) stabilisasi dengan abu sekam padi. Sumber: Muntohar (2016) Menurut Bowles (1984), Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanah ekspansif. Aktifitas tanah lempung didefinisikan sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP) dengan persentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm yang dinotasikan dengan huruf C, disederhanakan dalam persamaan : IP A C dengan, A = aktivitas IP = indeks plastisitas (%) C = persentase butiran < 0,002mm (%)

8 Untuk nilai A > 1,25 digolongkan aktif dan sifatnya ekspansif. Nilai A 1,25 < A < 0,75 digolongkan normal sedangkan nilai A < 0,75 digolongkan tidak aktif. B. Perbaikan Tanah dengan Inklusi Serat-Serat Sintetik Perbaikan tanah menggunakan kombinasi kapur dan abu sekam padi menghasilkan nilai kuat tekan yang baik. Reaksi dari kapur maupun abu sekam padi menghasilkan sifat getas pada tanah tersebut sehingga tanah tidak mampu menahan gaya tarik. Konsep dasar inklusi serat adalah dengan regangan relatif tinggi yaitu material yang mempunyai regangan putus lebih tinggi dibandingkan dengan regangan runtuh tanah dan setelah regangan runtuh tanah dilampaui, perkuatan masih mampu memberikan tegangan tarik sehingga bisa mencegah keruntuhan yang mendadak (McGown dkk., 1978). Cai dkk. (2006) menyimpulkan bahwa tanah yang diperkuat dengan polypropylene fiber dapat meningkatkan kuat tarik dan ketahanan patah yang mana dapat mencegah penambahan retak yang dapat terjadi dan dapat menghasilkan kemampuan pada tanah tersebut. Penambahan polypropylene fiber mengakibatkan kehilangan kadar air pada tanah menjadi lebih mudah sehingga mampu meningkatkan potensi penyusutan pada tanah yang distabilisasi. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan polypropylene fiber dapat mengurangi pengembangan. Muntohar (2009), nilai kuat tekan dari tanah yang diperkuat dengan serat plastik dipengaruhi oleh jumlah serat yang dicampur, kuat tekan meningkat dengan ditambahnya kadar serat. Muntohar (2009), menyebutkan bahwa menurut perbandingan dari nilai kuat tekan dan kuat tarik, jumlah maksimum serat yang dicampur dengan tanah distabilisasi kapur dan abu sekam padi (LRHA) berada pada rentang 0,4% sampai 0,6% dengan panjang serat yang sesuai antara 20 mm 40 mm. Perkuatan tanah dengan serat karung plastik juga dapat meningkatkan kekakuan tanah dan mengubah tanah yang bersifat getas menjadi lebih ductile. Pada umumnya, penggunaan serat dapat meningkatkan modulus secant (E50) pada tanah yang sudah distabilisasi. Muntohar (2009) menjelaskan bahwa inklusi serat karung plastik pada tanah lempung dapat meningkatkan nilai kuat tekan bebas dan kuat tarik secara signifikan. Panjang serat berpengaruh terhadap kekuatan tanah terjadi pada rentang 20 mm sampai 40 mm.

9 Penambahan serat juga dapat mengurang sifat getas tanah. Variasi serat plastik yang digunakan yaitu 0,1%, 0,2%, 0,4% dan 0,8% dari berat total benda uji. Pengujian yang dilakukan yaitu uji tekan bebas dan uji kuat tarik. Nilai kuat tekan bebas dari tanah yang diperkuat dengan serat karung plastik dipengaruhi oleh jumlah seratnya. Sedangkan nilai kuat tariknya dipengaruhi oleh panjang serat karung plastik. Hisyam (2000) meneliti pengaruh serat karung plastik terhadap parameter kuat geser tanah lempung. Pengujian awal berupa uji batas-batas konsistensi, uji distribusi ukuran butir, uji berat jenis, uji pemadatan dan uji geser langsung dilakukan pada tanah asli. Pengujian pokok berupa uji pemadatan dan uji geser langsung dilakukan pada berbagai variasi kadar serat dan ukuran serat karung plastik. Ukuran serat karung plastik yang digunakan adalah 0,5 cm, 1 cm dan 2 cm. Presentase serat karung plastik yang digunakan adalah sebesar 0 %, 0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% terhadap berat kering tanah lempung menunjukkan bahwa dengan penambahan serat karung plastik berukuran 0,5 cm dengan kadar serat 2% terjadi peningkatan 66% dari kuat geser tanah asli. Pada penambahan serat berukuran 1 cm terjadi peningkatan 44% dari kuat geser tanah asli, sedangkan untuk serat ukuran 2 cm terjadi peningkatan 61% dari kuat geser tanah asli. Sehingga peningkatan kuat geser tanah terbesar terjadi pada tanah yang dicampur dengan kadar serat 2% dengan ukuran serat 0,5 cm. Bhange dkk. (2014) melakukan pengujian CBR (California Bearing Ratio) pada tanah yang distabilisasi dengan fly ash dan kapur dengan inklusi serat sintetis. Serat sintetis yang digunakan berukuran 1x1 cm, 2x2 cm, 3x3 cm dan 4x4 cm dengan proporsi masing-masing 0,05%, 0,10%, 0,15% dan 0,02%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai CBR meningkat pada variasi 0,10% dan cenderung menurun jika variasi serat ditambah. Pakaya (2005) mengkaji pengaruh panjang serat, kadar serat dan variasi umur pemeraman terhadap tanah lempung yang distabilisasi dengan LRHA dan inklusi serat karung plastik. Pengujian dilakukan dengan presentase kapur dan abu sekam padi dengan perbandingan 1:1. Prosentase kapur yang digunakan didapat dari uji initial consumption of lime (ICL). Untuk panjang serat digunakan bervariasi, yaitu 10 mm, 20 mm, dan 40 mm, sedangkan variasi kadar serat yang digunakan adalah 0,1 %;

10 0,2 %; 0,8 %. Pengujian dilakukan pada saat benda uji berumur satu minggu (7 hari). Khusus untuk kadar serat 0,4 % dengan panjang serat 20 mm dilakukan pengujian pada umur 3, 7, 14 dan 21 hari. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin panjang ukuran serat semakin banyak kadar serat yang ditambahkan maka nilai kuat tekan dan kuat tarik akan cenderung semaking tinggi. Kuat dukung dan kuat tarik cenderung meningkat seiring dengan ditambahkan umur pemeraman. C. Uji Tekan Bebas Pengujian kuat tekan bebas atau unconfined compressive strength merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan bebas tanah yang besifat kohesif dalam keadaan asli (atau tak terusik) atau dalam keadaan buatan/dipadatkan kembali (remoulded). Nilai kuat tekan bebas (qu) yaitu besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat regangan aksial mencapai 20%. Adapun perhitungan uji tekan bebas seperti pada persamaan (2.2). L dan L o dimana ε = rengangan (%) A A o (2.2) 1 L = perubahan tinggi benda uji (mm) L o = tinggi benda uji awal (mm) A o = luas penampang benda uji mula-mula (mm 2 ) A = luas penampang benda uji terkoreksi (mm 2 ) (Bargen dan McDermott, 1965 dalam Hardiyatmo, 1992). Uji tekan bebas merupakan tekanan aksial yang diperlukan untuk menekan benda uji tanah dalam bentuk silinder sampai pecah. Pengujian ini hanya cocok untuk jenis tanah lempung jenuh, dimana pada pembebanan cepat, air tidak mengalir keluar dari benda ujinya. Tegangan aksial yang diterapkan pada benda uji silinder berangsur-angsur ditambah sampai benda uji mengalami keruntuhan. Secant modulus (E50) adalah salah parameter untuk menentukan kekakuan dan elastisitas tanah. Nilai E50 ditentukan oleh hubungan tegangan aksial dan regangan

11 dari pengujian tekan bebas di laboratorium. Adapun perhitungan E50 seperti pada persamaan (2.3) q 50 E50 ; (2.3) 50 dimana q50 adalah setengah dari nilai kuat tekan maksimum dan ε50 adalah regangan yang berhubungan dengan q50. (Muntohar, 2009) D. Uji Durabilitas Akibat Siklus Basah-kering Uji durabilitas bertujuan untuk mengetahui besar penurunan kuat tekan tanah yang distabilisasi yang diakibatkan adanya siklus basah-kering. Dimaksud satu siklus yaitu tanah yang distabilisasi mengalami satu kali perendaman dan satu kali pengeringan yang secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya nilai kuat tekan tanah. Nialai kuat tekan bebas didapat dari pengujian tekan bebas. Muntohar (2003) memberikan dalam penelitian durabilitas tanah dengan campuran RHA yaitu dengan 7 hari pemeraman kemudian direndam selama 7 hari (metode 1), yang kedua dengan 5 hari pemeraman, kemudian direndam selama 2 hari (metode 2) dan yang ketiga 21 hari pemeraman kemudian direndam selama 7 hari (metode3). Akcanca dan Aytekin (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh siklus pembasahan-pengeringan pada tekanan swelling dari campuran pasir-bentonite yang digunakan dalam pembangunan sanitasi tempat pembuangan akhir agar memiliki area yang kedap, telah diselidiki sebelum dan sesudah penambahan kapur dari campuran benda uji. Uji tekanan swelling dilakukan untuk melihat apakah pengembangan atau swelling dipengaruhi oleh siklus pembasahan-pengeringan. Pada spesimen pertama, pasir dicampur dengan bentonit dalam berbagai proporsi pada kondisi kadar air optimum dan dipadatkan dengan menggunakan proctor standard. Pada seri kedua, kapur dalam berbagai proporsi ditambahkan ke dalam campuran pasir-bentonit. Kemudian, campuran pasirbentonit diperbaiki dengan kapur dan dipadatkan dengan proctor standard pada kondisi kadar air optimum. Lima siklus pembasahan-pengeringan yang dilakukan pada setiap spesimen dan nilai-nilai dari tekanan swelling diukur pada setiap akhir siklus. Hasil percobaan dari penelitian ini menunjukkan bahwa efek menguntungkan

12 dari stabilisasi menggunakan kapur terhadap tekanan swelling sebagian berkurang diakibatkan oleh siklus pembasahan-pengeringan. Namun, hasil tes menunjukkan bahwa tekanan swelling benda uji yang terbuat dari campuran pasir-bentonit yang distabilisasi oleh kapur lebih rendah dari benda uji yang hanya terbuat dari campuran pasir-bentonite. Tanah lempung merupakan jenis tanah yang mampu menyerap air dalam jumlah yang banyak. Akibat kepekaannya terhadap air, maka tanah memiliki durabilitas yang rendah. Penambahan kapur dan abu sekam padi pada tanah selain berfungsi sebagai bahan pozzolan, butir-butir abu yang halus merupakan filler antara butir-butir tanah. Rongga udara dalam tanah akan diisi oleh abu sekam padi, sehingga pada saat tanah direndam air tidak akan mengisi rongga udara yang menyebabkan tanah lempung memiliki stabilitas yang rendah.