BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa saat ini perkembangan akan investasi semakin berkembang seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai meningkat. Beragam macam penyaluran dana investasi pun mulai merebak seperti properti, tanah, emas, barang-barang koleksi, mata uang asing, obligasi, tabungan dan sebagainya. Akan tetapi, jenis investasi yang disebutkan diatas mungkin memerlukan dana investasi yang cukup besar, tidak praktis, serta mungkin membutuhkan waktu yang cukup untuk bisa mendapatkan keuntungan investasi kita. Solusi atas beragam keterbatasan jenis investasi tersebut adalah investasi berupa saham. Saham lebih dapat menjangkau investasi untuk masyarakat yang ingin praktis serta memiliki keterbatasan dana, terlebih lagi, pada masa kini muncul lagi kepercayaan masyarakat akan investasi berupa saham di Indonesia mengingat potensi pasar modal Negara kita sampai pada tahun 2012 masih dapat tumbuh positif dipicu krisis utang Amerika Serikat yang mulai kondusif menurut Direktur Utama PT.Bursa Efek Indonesia (Warsito, 2010). Melihat keadaan tersebut, ketakutan akan resiko menurun dan potensi meraih keuntungan akan investasi saham pun meningkat. Dividenmerupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. (Anonym1, 2010). 1
Tujuan para pemegang saham menanamkan modalnya di suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan pendapatan dividen kepada capital gain karena dianggap lebih mudah diperkirakan dan cenderung mengendalikan harga saham (Afriani,2011). Pendapatan dividen yang diinginkan oleh shareholders adalah dividen yang selalu mengalami peningkatan, tapi itu tidak mungkin terjadi karena laba perusahaan setiap tahunan pasti selalu berubah. Untuk itu maka perusahaan perlu melakukan kebijakan dividen. Salah satu bentuk kebijakan dividen adalah dividend smoothing. Menurut teori yang dikembangkan oleh Lintner (1956) dividend smoothing adalah jumlah dividen yang bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. Jadi dividen yang dibagikan stabil setiap tahunnya. Manajer mengaku mengurangi dividen hanya bila mereka tidak punya pilihan lain dan meningkatkan dividen hanya jika mereka yakin arus kas masa depan dapat mempertahankan tingkat dividen baru. Berkaitan dengan kebijakan pembayaran dividen tersebut, seringkali terjadi perbedaan kepentingan, yaitu antara kepentingan pihak pemegang saham, manajer, dan pihak perusahaan sendiri. Masalah yang terjadi karena adanya konflik kepentingan antara shareholder (principal) dan manajer (agent) karena manajer memiliki kewajiban untuk memaksimalkan kekayaan shareholder. Namun karena manajer juga memiliki kepentingan pribadi maka manajer tidak bertindak untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham.konflik ini dikenal dengan sebutan agency problem (Brigham dan Houston, 2013). 2
Agency problem itu sendiri tidak hanya dapat terjadi antara pihak principal dan agent saja, tetapi juga bisa terjadi antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas di perusahaan publik. Hal ini terjadi karena kepemilikan perusahaan-perusahaan publik tersebut sebagian besar dikendalikan oleh kepemilikan keluarga. Dalam jurnal Dwitininda (2010), disebutkan bahwa kepemilikan keluarga dapat mengurangi agency problem antara principal dengan agent, namun hal ini akan memunculkan agency problem yang baru, yaitu masalah agensi antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas. Menurut Brealey dan Myers (2010), agency problem dapat diminimalkan dengan mekanisme-mekanisme pengawasan yang menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost. Agency cost meliputi monitoring cost, bonding cost, dan residual losses. Dalam penelitian ini penulis ingin mencari tahu apakah terdapat pengaruh agency problem yang terjadi antara pihak minoritas dan mayoritas dalam perusahaan - perusahaan publik yang memakai kebijakan dividend smoothing. Disini penulis menggunakan beberapa variabel sebagai proksi agency costs yang terkait dalam teori agensi yaitu institutional ownership (kepemilikan institusional), goverment ownership (Kepemilikan Pemerintah), insider ownership (kepemilikan manajerial), dan dispersion of ownership (penyebaran kepemilikan). Kepemilikan institusional itu sendiri merupakan salah satu cara untuk mengurangi agency cost antara pemegang saham dengan manajer. Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham 3
pada akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga, seperti asuransi, koperasi, bank, atau institusi lain (Sudaryanti,2010). Salah satu kepemilikan institusional adalah kepemilikan pemerintah (goverment ownership). Kepemilikan saham pemerintah adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah. Melalui kepemilikan saham ini pemerintah berhak menetapkan direktur perusahaan. Selain itu pemerintah dapat mengendalikan kebijakan yang diambil oleh manajemen agar sesuai dengan kepentingan/aspirasi pemerintah (Ita,2012). Sedangkan insider ownership banyak mempengaruhi jumlah agency cost. Kepemilikan manajerial (insider ownership) yaitu kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan. Penambahan jumlah kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen, akan dapat menyelaraskan keinginan antara pihak manajemen dengan pemegang saham termasuk juga didalamnya kebijakan pembayaran (Sudaryanti,2010). Rozeff (1982) dalam Weston dan Copeland (1996) berpendapat bahwa monitoring manajer oleh pemegang saham diartikan dengan kepemilikan yang menyebar (dispersion ownership), semakin banyak jumlah pemegang saham, maka kepemilikannya semakin menyebar. Bahwa ketika jumlah pemegang saham bertambah, maka masalah agency cost menjadi semakin tinggi, kebutuhan untuk memantau tindakan manajer juga tinggi. Dari data penelitian sebelumnya mengenai dividend smoothing yang dilakukan pada periode 2006 sampai 2008 dikatakan bahwa hanya terdapat 12 perusahaan yang melakukan dividend smoothing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah data yang berkembang menunjukan bahwa di Indonesia, praktik kebijakan dividen dengan jenis dividend smoothing tidak menjadi prioritas bagi nilai perusahaan. Penelitian ini 4
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapatnya perbedaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan bermaksud ingin memperluas variabel penelitian dividend smoothing. Oleh karena itu penulis memberi judul skripsi ini Analisis Pengaruh Agency Cost terhadap Dividend Smoothing. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penulis tidak membatasi jenis perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia mengingat jumlah praktik akan kebijakan dividend smoothing di Indonesia masih sangat sedikit. Selain itu mengingat keterbatasan data, penulis juga tidak menguji variabel asimetri informasi pada penelitian dividend smoothing. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara agency cost dan keputusan investasi terhadap dividend smoothing. Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi para manajemen perusahaan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan dividen smoothing sehingga dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan para akademisi khususnya bidang 5
akuntansi keuangan di dalam pengetahuan mengenai kebijakan dividend smoothing. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan penelitanpenelitian sejenisnya. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ataupun pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 1.4 Ringkasan Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel agency cost dengan praktik dividend smoothing. Karakteristik dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan analisis asosiatif. 2. Dimensi waktu penelitian adalah melibatkan urutan waktu (timeseries) yaitu periode 2009 2011. 3. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan bank yang diperoleh dari situs resmi bursa efek Indonesia yakni www.idx.co.id maupun website resmi perusahaan terkait periode 2009-2011. 4. Unit analisisnya yaitu berupa perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia 6 5. Metode pengumpulan datanya adalah tidak langsung, berupa data arsip.
6. Menentukan model empiris beserta definisi variabel-variabelnya. 7. Kedalaman risetnya adalah kurang mendalam akan tetapi tingkat generalisasinya tinggi (studi statistik). 8. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0.0. 1.5. Sistematika Penelitian Penelitian skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab, hal ini dimaksud agar penelitian ini dipaparkan lebih jelas dan mudah dipahami. Secara garis besar materi pembahasan dari masing-masing bab dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini pendahuluan langkah pertama dalam melakukan penelitian ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Menjelaskan tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini yang digunakan sebagai acuan untuk menganalisa terhadap permasalahan yang ada, teori ini didapatkan dari buku yang menjadi acuan dan literatur yang memiliki keterkaitan terhadap masalah dalam penelitian yang dilakukan. Pada tinjauan pustaka juga terdapat sub bab mengenai kerangka pemikiran 7
dan hipotesis penelitian sesuai dengan variabel yang digunakan. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, populasi, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV PEMBAHASAN/HASIL PENGUJIAN Menjelaskan tentang hasil analisis dengan melakukan pengolahan data kemudian menginterpretasikan dalam bagian pembahasannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Memberikan kesimpulan penelitian yang dibuat berdasarkan dari hasil penelitian yang didapatkan, kemudian memberikan saran untuk penelitian selanjutnya. 8