I. PENDAHULUAN Bambu merupakan tanaman serbaguna. Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah batang. Pemanfaatan bagian daun belum maksimal, hanya sebagai pembungkus makana tradisional. Di Cina (1998), daun bambu digunakan dalam berbagai pengobatan dan pangan. Penelitian menunjukkan daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen dan lain-lain. Penelitian yang sudah dilakukandi India menyanyatakan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol dari daun bambu jenis Bambusa arundinaceae dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan bakteri Staphylococcus aureus (1). Di Indonesia, bambu kuning adalah jenis bambu yang biasa digunakan masyarakat dalam pengobatan. Bagian yang biasa digunakan adalah rebung dan kulit batangnya sedangkan daunnya belum banyak dimanfaatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahuiaktivitas antibakteri ekstrak dan frkasi dari daun bambu kuning, hasil penelitian diharapkan dapat menunjukkan ekstrak dan fraksi daun bambu kuning yag dapat digunakan sebagai anti bakteri. II. METODE PENELITIAN Penelitian meliputi beberapa tahapan, yaitu: 1. Penyiapan sampel; proses penyiapan sampel berupa ekstrak serta fraksi dilakukan dengan cara infundasi dengan pelarut air dan maserasi dengan pelarut etanol, kemudian dilanjutkan dengan proses fraksinasi secara ekstrkasi cair-cair (ECC) untuk mendapatkan frkasi n-heksana, etil asetat dan air. Semua ekstrak dan fraksi diidentifikasi dengan penapisan fitokimia dan diuji aktivitasnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dalam media Nutrient Agar (NA) dengan metode difusi agar perforasi. 2. Penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol, monoterpen dan seskuiterpen, steroid dan triterpenoid, serta kuinon. 3. Uji Karakteristik Simplisia meliputi pengujian kadar air; kadar abu (kadar abu larut air dan kadar abu tidak larut asam); dan kadar sari meliputi kadar sari larut air serta kadar sari larut etanol. 4. Ekstraksi dan fraksinasi; Proses ekstraksi pada penelitian ini adalah dengan menggunakan maserasi yang merupakan metode ekstraksi cara dingin dan infundasi yang merupakan ekstraksi cara panas, menggunakan pelarut etanol. 5. Pengujian aktivitas antibakteri; dilakukan menggunkan metode difusi perforasi agar. Media NA yang masih cair dicampur dengan suspensi satu jenis bakteri dalam cawan petri, dan dibiarkan membeku. Setiap cawan dibuat empat lubang untuk diisi dengan empat konsentrasi dari ekstrak daun bambu kuning yang berbeda-beda serta fraksi, masing-masing 50 µl. Pembuatan beberapa konsentrasi zat uji tersebut dilakukan dengan menggunakan pelarut DMSO yang juga diuji sebagai blangko. Semua cawan yang telah diisi zat uji diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Diameter hambat yang terbentuk di sekeliling lubang diukur dengan menggunakan jangka sorong. Penetapan aktivitas ekstrak dan fraksi daun bambu kuning adalah besarnya diameter hambat yaitu antara 14-16 mm. Ekstrak serta fraksi yang menghasilkan diameter hambat 14-16 mm pada konsentrasi yang paling kecil ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). 1
III. HASILPENELITIAN Hasil determinasi menunjukkan tumbuhan yang diteliti adalah bambu kuning (Bambusa vulgaris Schrad.) dari suku Poaceae. 3.1 Bambu kuning. a). Tanaman bambu kuning b). Daun bambu kuning i. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada daun yang masih segar. Daun berbentuk kotak memanjang, kecil, seperti serat-serat besar, denagn warna hijau coklat, tidak berbau dan tidak berasa. Pemeriksaan mikroskopik daun bambu kuning dilakukan untuk melihat karakteristik penanda yang dimiliki simplisia. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada gambar berikut. 2
(c) (d) Gambar 3.2 Pemeriksaan mikroskopik daun bambu kuning. a). Jaringan epidermis, b). Butir pati, c). Stomata, d) Jaringan berkas pembuluh (3) (4) ii. Penapisan Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan terhadap simplisia, ekstrak etanol, ekstrak air, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana, yang tujuannya untuk mengetahui beberapa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun bambu kuning. Pada beberapa golongan senyawa hasil penapisan fitokimia terhadap simplisia, ekstrak dan fraksi-fraksi memberikan hasil yang berbeda, ini menunjukkan kepolaran suatu metabolit sekunder yang terkandung pada daun bambu kuning. Hasil penapisan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel III.1 Hasil Pemeriksaan Fitokimia Daun Bambu Kuning No Golongan Metabolit Sekunder Simplisia Ekstrak Etanol Ekstrak Air Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat Fraksi air 1 Alkaloid - - - - - - 2 Flavonoid + + - - + + 3 Saponin + - + - - + 4 Tanin - - - - - - 5 Polifenol + + + - + + 6 Monoterpen dan Seskuiterpen + + + + + + Steroid dan + + + + + 7 Triterpenoid (Steroid) (Steroid) (Steroid) (Steroid) (Steroid) 8 Kuinon + + + - + + Keterangan : (+) : Hasil uji menunjukkan adanya komponen zat yang dianalisa (-) : Hasil uji menunjukkan tidak adanya komponen zat yang dianalisa + (Steroid) iii. Karakteristik Simplisia Pemeriksaan karakteristik simplisia bertujuan untuk mengetahui spesifikasi kualitas dari bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Pemeriksaan meliputi penetapan kadar air, kadar abu dan kadar sari. 3
III.2 Hasil Penetapan Karakteristik Simplisia Daun Bambu Kuning No Jenis Pengamatan Hasil Pemeriksaan 1 Kadar air 10% v/b 2 Kadar abu 21,075% b/b 3 Kadar abu larut air 3,827% b/b 4 Kadar abu tidak larut asam 2,48% b/b 5 Kadar sari larut air 18% b/b 6 Kadar sari larut etanol 12,4% b/b Penetapan kadar air bertujuan umntuk mencegah proses hidrolisis dan mencegah tumbuhnya jamur pada simplisia karena kadar air yang tinggi. Hasil yang diperoleh pada simplisia daun bambu telah memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia (MMI) Jilid I (5), dimana kadar air suatu bahan kurang dari sama dengan 10% v/b. Penetapan kadar abu total bertujuan untuk menentukan jumlah total zat yang tersisa pada proses pemijaran meliputi abu fisiologis (berasal dari tumbuhan sendiri) dan abu non fisiologis (berasal dari cemaran luar seperti polusi). Kadar abu larut air menunjukan adanya garam-garam alkali dan alkali tanah seperti natrium, kalium, kalsium dan magnesium, sedangkan kadar abu tidak larut asam menunjukan adanya senyawa silika yang berasal dari pasir. iv. Ekstraksi dan Fraksinasi (2) Ekstraksi secara maserasi dan infundasi dengan tujuan membandingkan ekstrak yang diperoleh terhadap aktivitasnya pada kedua bakteri uji. Pelarut yang digunakan pada metode maserasi adalah etanol 96%. Alasan penggunaan etanol sebagai pelarut, yaitu etanol merupakan pelarut universal yang bersifat relatif polar dan dapat melarutkan metabolitmetabolit tumbuhan, selain itu pelarut etanol kadar toksisitasnya lebih rendah dari pelarut metanol. Rendemen hasil ekstraksi dan fraksinasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel III. 3 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Simplisia Daun Bambu Kuning No Hasil Ekstrak Fraksi Etanol Air n-heksana Etil Asetat Air 1 Berat (gram) 22,919 10,19 6,44 0,44 3,12 2 Rendemen (% b/b) 5,135 5,095 64,4 4,4 31,2 iii. Uji Aktivitas Antibakteri Hasil uji menunjukkan bahwa semua ekstrak dan fraksi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan Konsentrasi Hambat Minimum yang bervariasi, sedangkan bakteri Escherichia coli dapat dihambat pertumbuhannya hanya oleh fraksi etil asetat. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah adalah perbedaan variasi dan konsentrasi metabolit sekunder yang terkandung didalam ekstrak dan fraksi yang didapat. Ekstrak etanol menghambat pertumbuhan mikroba uji dengan konsentrasi ekstrak yang tinggi, karena 4
kandungan ekstrak etanol masih kompleks, sehingga diperlukan fraksinasi agar mendapatkan senyawa yang lebih murni. Hasil fraksinasi, fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memberikan daya hambat yang paling baik terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penyebabnya karena jumlah kandungan senyawa metabolit sekunder yang memberikan aktivitas antibakteri lebih banyak tertarik dalam pelarut ini. Penghambatan bakteri uji tersebut juga dipengaruhi adanya perbedaan struktur dari bakteri uji. Bakteri Gram positif mempunyai struktur dinding sel tebal (15-80 nm) berlapis tunggal (mono) dengan kandungan lipid rendah (1-4%), sedangkan bakteri Gram negatif mempunyai struktur dinding sel tipis (10-15 nm) berlapis tiga (multi) dengan kandungan lipid tinggi (11-22%) (6). berdasarkan hal ini maka Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri Gram (+) dapat dihambat pertumbuhannya oleh semua ekstrak dan fraksi karena sebagian besar senyawa metabolit sekunder dalam daun bambu kuning yang memberikan aktivitas antibakteri terlarut dalam pelarut polar dan semi polar. Escherichia coli yang merupakan bakteri Gram (-) karena mempunyai struktur dinding sel berlapis tiga (multi) dengan kandungan lipid tinggi sehingga sulit ditembus oleh senyawa metabolit sekunder yang terlarut dalam pelarut polar dan semi polar. Senyawa metabolit sekunder yang diduga memberikan aktivitas antibakteri dalam fraksi n-heksan adalah steroid, monoterpen dan seskuiterpen. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel III.4 Hasil Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol Daun Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schrad.) terhadap Bakteri Uji Diameter Hambat (mm) Terhadap Aktivitas Konsentrasi No Escherichia coli Staphylococcus aureus Zat Uji (% b/v) I II Rata- I II Rata-Rata Rata 1 100 - - - - - - 2 80 - - - 14,35 14,33 14,34 ± 0,141 3 60 - - - 11,743 12,0167 11,879 ± 0,194 4 20 - - - tipis tipis Keterangan : (-) Tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji Gambar 3.3 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun bambu kuning terhadap a). Escherichia coli, dan b). Staphylococcus aureus 5
Tabel III.5 Hasil Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Air Daun Bambu Kuning terhadap Bakteri Uji Diameter Hambat (mm) Terhadap Aktivitas Konsentrasi No Escherichia coli Staphylococcus aureus Zat Uji (% b/v) I II Rata- I II Rata-Rata Rata 1 100 - - - 14,65 14,531 14,59 ± 0,0841 2 80 - - - 9,95 10,024 9,987± 0,0523 3 60 - - - 10,533 10,513 10,523± 0,0141 4 50 - - - - - - 5 20 - - - - - - Keterangan : (-) Tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji Gambar 3.4 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air daun bambu kuning terhadap a). Escherichia coli dan b). Staphylococcus aureus 6
III.6 Hasil Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum Fraksi n-heksana Daun Bambu Kuning terhadap Bakteri Uji No Konsentrasi Zat Uji (% b/v) Diameter Hambat (mm) Terhadap Aktivitas Escherichia coli I II Rata- Rata Staphylococcus aureus I II Rata-Rata 1 100 - - - 11,585 11,464 11,524 ± 0,0855 2 80 - - - 12,153 11,925 12,039 ± 0,1612 3 70 - - - 14,517 14,427 14,472 ± 0,0636 4 60 - - - 15,25 15,325 15,288 ± 0,053 5 50 - - - 12,95 13,013 12,981 ± 0,045 Keterangan : (-) Tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji Gambar 3.5 Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun bambu kuning terhadap a). Escherichia coli, b). Staphylococcus aureus 7
III.7 Hasil Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum Fraksi Etil Asetat Daun Bambu Kuning terhadap Bakteri Uji Konsen Diameter Hambat (mm) Terhadap Aktivitas No trasi Zat Uji Escherichia coli Staphylococcus aureus (% b/v) I II Rata-Rata I II Rata-Rata 1 20 14,35 14,15 14,25 ± 0,141 20,80 20,65 20,725 ± 0,106 2 18 - - - 14,10 14,233 14,167 ± 0,094 3 16 - - - 11,433 11,15 11,291 ± 0,200 4 14 - - - 15,117 15,023 15,07 ± 0,066 5 12 - - - 16,25 16,152 16,201 ± 0,069 6 10 - - - 12,25 12,423 12,336 ± 0,122 Keterangan : (-) Tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji Gambar 3.6 Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun bambu kuning terhadap a). Escherichia coli, b). Staphylococcus aureus 8
Tabel III. 8 Hasil Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum Fraksi Air Daun Bambu Kuning terhadap Bakteri Uji Diameter Hambat (mm) Terhadap Aktivitas Konsentrasi No Escherichia coli Staphylococcus aureus Zat Uji (% b/v) I II Rata- I II Rata-Rata Rata 1 100 - - - 18,083 17,725 17,904 ± 0,253 2 90 - - - 14,223 14,324 14,276 ± 0,0714 3 50 - - - - - - 4 20 - - - - - - Keterangan : (-) Tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji Gambar III.7 Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi air daun bambu kuning terhadap a). Escherichia coli dan b). Staphylococcus aureus IV. KESIMPULAN Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memberikan daya hambat yang paling besar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) berturut-turut 12 % b/v. Diperlukan isolasi lebih lanjut agar didapat golongan senyawa spesifik, yang menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. PUSTAKA 1. Singh, Vijay Kumar., Rahul, Shukla., Satish, V., Shankul, Kumar., Sumit, Gupta., and Ashuton, Mishra (2010) : Antibacterial Activity of Leaves Bamboo, International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2. 9
2. Dirjen POM (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Penerbit DepKes RI : Jakarta. 1, 10-12. 3. Miller, James, M., (1975). Separation Methods in Chemical Analysis, Drew Universitas, Madison, New Jersey, 4-9. 4. Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padnawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB : Bandung. 5. Anonim, (1979). Materia Medika Indonesia jilid III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta, 155-171. 6. J. Pelczar Jr, Michael., E.C.S. Chan., (2006). Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo, dkk. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta, 117. 10