BAB I PENDAHULUAN. sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode- metode tertentu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keterampilan. Dewasa ini bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan. keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 2

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang tak terbantahkan. Aktivitas pendidikan sendiri telah mulai dikenal

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan social. Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. professional dalam meningkatkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

DAFTAR RUJUKAN. Ahmadi, Abu Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, dalam kehidupan suatu negara pendidikan harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling penting. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin maju. Selain itu pendidikan merupakan salah satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua Negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara. Begitu juga dengan Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. 1 Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar 1 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 5 1

2 dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. 2 Di era globalisasi seperti sekarang inilah, pendidikan sangat penting dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa menjadi berkualitas. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah melalui pendidikan. Namun, di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang jelas dalam pendidikan nasional menyebabkan hilangnya peran vital di dalam pendidikan nasional yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya. 3 Masalah-masalah ini harus di atasi dengan kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan suatu sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecenderungan, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yanng diperuntukkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 4 2 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta:Teras, 2009). Hal: 5 3 A. R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 14 4 UU. SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 3

3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sitem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. 5 Pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dan anak didik dalam upaya membantu anak didik untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. 6 Seorang siswa mendapatkan banyak nilai di sekolah yang akan terbawa dan tercermin terus dalam tindakan siswa di kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan asumsi ini, dapat disimpulkan bahwa seorang guru mempunyai peranan sangat besar untuk ikut membina kepribadian siswanya. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh 5 Wahidmurni, Pengembangan Kurikulum IPS & Ekonomi di Sekolah/Madrasah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal. 17 6 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi Dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 13

4 teknologi. 7 Interaksi antara guru dan siswa terjadi dalam proses pembelajaran yaitu dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. 8 Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/ pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. 9 Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak hal. 4 hal. 3 7 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 32 8 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 9 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011),

5 terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisma yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya. 10 Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. 11 Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para siswa di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan siswa yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, 10 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2012), hal. 14 11 Kunandar, Guru Profesional, hal. 37

6 diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. 12 Untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang visioner dan mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan inovatif. Diperlukan perubahan strategi dan model pembelajaran yang sedemikian rupa memberikan nuansa yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik. 13 Membangkitkan minat belajar pada siswa sehingga belajar menjadi sebuah hobi tampaknya menjadi aspek penting yang harus ditumbuhkembangkan kepada siswa, baik oleh orang tua maupun guru. 14 Untuk dapat mengajar siswa dengan baik, guru harus memahami bagaimana cara mengemas kurikulum dan pelajaran yang diajarkan agar mampu membuat siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. 15 Suatu pembelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru mengetahui tentang obyek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi. Demikian halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Madrasah Ibtidaiyah. Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975. Dalam dokumen 12 Ibid., hal. 40 13 Ibid., hal. 41 14 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 93 15 Komite Pendidikan Guru, Guru yang Baik di Setiap Kelas: Menyiapkan Guru Brkualitas Tinggi yang Layak Mengajar Anak-Anak Kita, (Anggota IKAPI: Indeks, 2009), hal. 30

7 kurikulum tersebut IPS merupakan satu nama-nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. 16 Seorang Guru MI perlu memahami tujuan dan esensi pendidikan IPS. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidikkan dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 17 Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggara pendidikan IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. 18 Agar pembelajaran IPS lebih bermakna bagi peserta didik sehingga mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat supaya siswa dapat aktif mengikuti pembelajaran dengan baik yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga lebih bermakna. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Karena dengan 16 Supriyadi, Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. I, hal. 7. 17 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 15. 18 Ibid., hal.1.

8 pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya dengan siswa lain sehingga dapat melatih mental siswa untuk belajar bersama dan berdampingan, menekan kepentingan individu dan mengutamakan kepentingan kelompok karena dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarakan kepada orang lain. 19 Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe Group Investigation (GI) yang dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Model Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran kooperatif di mana peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Model pembelajaran ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. 20 Dalam 19 Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hal. 56 20 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser, 2007), hal. 59

9 implementasi pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 peserta didik yang heterogen. Selanjutnya peserta didik memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya peserta didik menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. 21 Berdasarkan observasi di kelas V MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran IPS, salah satunya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya yaitu: 1) Siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. 2) Cara mengajar guru kurang menarik. 3) Pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna dan terasa membosankan bagi siswa. Karena siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru. 22 Dari kendala-kendala yang diperoleh dari hasil observasi, mengakibatkan hasil belajar IPS peserta didik kelas VA relatif rendah. Nilainilai peserta didik masih banyak yang di bawah KKM. Hal ini terbukti dari hasil nilai ulangan harian sebelum diadakan remidial. Dari 22 peserta didik terdapat 17 peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Dengan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah adalah 35 dengan rata-rata nilai 60,66. Padahal nilai KKM yang ditentukan di sekolah tersebut 21 Ibid., hal. 59 22 Observasi Pribadi di Kleas VA MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung, tanggal 7 Maret 2015.

10 untuk mata pelajaran IPS adalah 75. 23 Adapun nilai keseluruhan peserta didik kelas VA MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung pada mata pelajaran IPS sebagaimana terlampir. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa mampu aktif dalam belajar, bekerjasama dengan teman, berinteraksi dengan guru, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Peserta Didik Kelas VA MI arussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Peserta Didik kelas VA MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Proklamasi Kemerdekaan Republik 23 Hasil nilai ulangan harian IPS peserta didik kelas VA MI Darussa adah Kalidawir Tulungagung, tanggal 31 Maret 2015.

11 Indonesia Peserta Didik kelas VA MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Peserta Didik kelas VA MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung. 2. Meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tipe Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Peserta Didik kelas VA MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu pendidikan, menambah literatur khususnya tentang ilmu pendidikan dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS. 2. Manfaat praktis a. Bagi Kepala MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung

12 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kebijakan dalam menyusun program pembelajaran yang lebih baik dan sebagai motivasi dalam proses pembelajaran. b. Bagi Guru MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung Dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, guru dapat mengidentifikasi kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan dapat memvariasi model pembelajaran yang lebih kreatif dalam membantu peserta didik meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mata pelajaran IPS. c. Bagi peserta didik MI Darussa adah Domasan Kalidawir Tulungagung Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat: 1) Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar lebih giat dalam mata pelajaran IPS. 2) Meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS. 3) Mengurangi kejenuhan peserta didik dalam belajar mata pelajaran IPS. d. Bagi peneliti selanjutnya/pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1) Menambah pengetahuan yang dimiliki peneliti selanjutnya/pembaca dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian ini.

13 2) Menyumbang pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. 3) Menambah wawasan dan sarana tentang berbagai model pembelajaran yang kreatif dan tepat untuk anak usia sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas peserta didik. e. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung Dengan diadakan penelitian ini, maka hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk dijadikan bahan koleksi dan referensi juga menambah literatur dibidang pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bacaan bagi mahasiswa lainnya. E. Hipotesis tindakan Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Jika model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) diterapkan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan pada peserta didik kelas VA MI Darussa adah, Domasan, Kalidawir, Tulungagung, maka hasil belajar siswa akan meningkat. F. Definisi Istilah 1. Konseptual a. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen dan keberhasilan belajar dari

14 kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik sejak perencanan, baik dalam menetukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok. c. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai Perubahan peserta didik yang asalnya tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar peserta didik dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan menjadi lebih baik. Jadi, hasil belajar IPS adalah hasil yang dicapai peserta didik setelah melakukan proses belajar IPS. d. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya, dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu

15 sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan antropologi. Ilmu pengetahuan social juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Pada dasarnya tujuan dari ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ilmu pengetahuan sosial juga bertujuan untuk mengenal konsepkonsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemiuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Dan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. 2. Operasional Secara operasional istilah dalam judul penelitian ini dapat ditegaskan sebagai berikut: pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran yang yang melibatkan peserta didik sejak perencanan, baik dalam menetukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok.

16 Peningkatan hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS merupakan suatu proses pembelajaran yang guru (peneliti) lalukan agar peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan. Hasil belajar peserta didik dapat diukur melalui tes dan non tes yang diberikan pada seluruh peserta didik. G. Sistematika Penulisan Skripsi Adapun sistematika penulisan dalam sripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Dengan rincian sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar gambar, halaman daftar lampiran, dan halaman abstrak. Bagian inti, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi sub-sub bab, antara lain: Bab I Pendahuluan, meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan, definisi istilah dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka: membahas tentang tinjauan model pembelajaran, tinjauan model pembelajaran kooperatif, tinjauan tentang group investigation (GI), tinjuan tentang IPS, tinjauan tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, tinjauan tentang hasil belajar, implementasi tipe Group Investigation

17 (GI) dalam meningkatkan hasil belajar, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian: membahas tentang jenis penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan dan tahap-tahap penelitian. Bab IV Laporan hasil penelitian: pada bab ini membahas tentang deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari: Daftar rujukan dan lampiran-lampiran.