BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB I PENDAHULUAN. menuliskan pengalaman dalam bentuk cerita dan puisi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian). Dalam dunia anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrasa lisan dalam kontek bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. dan global. Maka, untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi cerdas, bertanggung jawab dan produktif. Berbagai upaya. perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat mengungkapkan apa yang dipikirkanya, dinalar dan dirasakannya.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. pada siswa. Perubahan tingkah tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. garis besar kegiatan belajar-mengajar dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Bahasa juga dapat menunjukkan bagaimana kemampuan individu untuk menyatakan hasil pemikirannya dalam bentuk ungkapan kata yang logis dan bermakna, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, saling belajar dan saling berbagi pengalaman. Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Jadi setiap aktivitas pembelajaran yang dilakukan di kelas harus dilaksanakan secara bersamaan. Menurut Tarigan (2005:1) bahwa keterampilan berbahasa dalam kurikulum mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut merupakan catur tunggal, yaitu antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama yang dipelajari oleh manusia kemudian berbicara lalu diikuti dengan membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut bukanlah semata-mata kemampuan bawaan 1

2 yang dimiliki oleh setiap individu tetapi merupakan hasil dari proses belajar dan berlatih yang terus menerus baik dari lingkungan sekitar maupun lingkungan sekolah. Dalam seminar Internasional di Universitas Negeri Medan, Solin (2012:1) menyatakan bahwa kemampuan berbahasa Indonesia tidaklah terlepas dari berbagai masukan bahasa yang diperoleh siswa. Jika siswa tersebut memperoleh masukan bahasa yang baik maka bahasa yang mereka produksi juga baik. Adapun masukan-masukan bahasa itu dapat digolongkan atas masukan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekolah. Bahasa sehari-hari yang digunakan siswa pada umumnya sangat jauh dari bahasa ilmiah di sekolah. Perbedaan bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah mendatangkan kesulitan bagi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selanjutnya Abidin (2012:9) menyatakan bahwa problema utama pembelajaran membaca di sekolah saat ini adalah bahwa pembelajaran membaca masih dilaksanakan secara asal-asalan dan hanya ditujukan untuk kepentingan praktis belaka yakni agar siswa mampu menjawab pertanyaan bacaan. Dampaknya, siswa hanya memiliki kecepatan membaca yang rendah bahkan diikuti oleh tingkat pemahaman yang rendah pula. Sehingga hasilnya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemampuan efektif membaca siswa dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi sangatlah rendah. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan Solin (2012:3) terhadap 200 orang guru SD yang mengikuti PLPG di Sumatera Utara pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa pada umumnya guru mengelola materi membaca dengan cara; menjelaskan pengertian membaca intensif, membaca nyaring, menjelaskan tentang pantun dan pengumuman, berceramah tentang jenis-jenis membaca tanpa merumuskan

3 tagihan dan perintah membaca kepada siswa, dan pembelajaran hanya diselingi dengan tanya jawab sembari mengecek kemampuan siswa tentang keterangan yang disampaikan guru. Sehingga bahan ajar yang disampaikan guru terkadang kehilangan tagihan dan hanya perintah yang didominasi dengan ceramah berisi penjelasan materi bahan ajar. Dominasi metode ceramah menjadikan siswa bersikap pasif dan hanya menerima informasi dari guru. Sehubungan dengan pernyataan di atas, berdasarkan hasil pengamatan seharihari dan analisis tugas siswa memperlihatkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca pemahaman di kelas VI-C MIN Medan Barat pada tahun pelajaran 2012/2013, tidak sesuai dengan harapan. Sebagai contoh, pada Kompetensi Dasar 7.3 (Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat) dengan KKM membaca= 70, hanya 10 siswa dari 24 siswa atau 41,67% yang sudah tuntas dalam menentukan pokok pikiran dan menyimpulkan bacaan dalam beberapa kalimat. Sisanya yaitu empat belas siswa atau 58,33% siswa belum tuntas. Saat diberi tugas kebanyakan siswa mengerjakan latihan soal bahasa Indonesia tidak selesai tepat waktu, ketika mengerjakan tugas siswa sering bercerita. Saat diberi pertanyaan, siswa selalu diam ataupun asal menjawab. Ketika jawaban tidak tepat maka ada saja siswa lain yang mencemooh atau mengejek sehingga adakalanya memicu keributan diantara mereka. Secara umum siswa pasif menerima materi pelajaran tanpa inisiatif untuk mencari bahan sendiri, dan sebagian siswa belum tuntas menuliskan kesimpulan isi bacaan. Data nilai Ulangan Harian Membaca pada pelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

4 Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Membaca: Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat (Sumber: Daftar Nilai Kelas V-C semester II Tahun Pelajaran 2012 /2013). No. Nilai Jumlah Siswa 1. 00 49 6 siswa 2. 50 59 8 siswa 3. 60 69 4. 70 79 6 siswa 5. 80 89 2 siswa 6. 90 100 2 siswa Rendahnya hasil belajar tidak hanya kesalahan siswa tetapi juga disebabkan oleh strategi ataupun model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar belum sesuai. Berdasarkan analisis pengalaman di kelas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dilaksanakan peneliti sebagai guru dengan cara memberi tugas membaca, bertanya jawab lalu diakhiri dengan menjawab pertanyaan bacaan. Dalam proses pembelajaran di kelas ini, guru belum menerapkan model-model pembelajaran Cooperative Learning, yang dapat mendukung tercapainya proses pembelajaran yang menarik. Pembelajaran membaca bukan semata-mata dilakukan agar siswa mampu membaca, melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas mental dan kemampuan berfikir siswa dalam memahami, mengkritisi dan mereproduksi sebuah wacana tulis. Dalam membaca misalnya siswa diharapkan mampu memahami isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan maka siswa harus melakukan serangkaian aktivitas yang dapat mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan siswa sangatlah

5 beragam bergantung pada strategi dan model pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru di kelas yang bersangkutan. Membaca memerlukan strategi dalam membacanya. Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca harus menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca, teks dan konteks. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Pada PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki berbagai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Kunandar, 2007:54). Abidin (2012: 09) menyatakan bahwa kegagalan pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah dapat dimaklumi sebab berbagai pokok bahasan membaca yang disajikan tidak pernah disertai dengan strategi membaca yang dapat digunakan untuk mendekati wacana bacaan. Dalam hal ini, guru harus teliti saat mempertimbangkan dan

6 melaksanakan berbagai strategi inovasi ataupun model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru haruslah sesuatu yang benar-benar tepat sasaran dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak. Berkaitan dengan permasalahan pembelajaran yang peneliti temui di kelas maka peneliti menggunakan model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang merupakan kooperatif terpadu membaca dan menulis. CIRC merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau tema sebuah wacana lalu menuliskannya. Dalam penelitian ini, model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca di kelas VI-C. Model CIRC merupakan pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk saling bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Dengan adanya kerja sama maka dibutuhkan kecakapan sosial siswa. Hal tersebut telah dibuktikan oleh peneliti Purwanti (2010) yang dinyatakan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe CIRC ternyata mampu mengubah perilaku dan sikap siswa. Perubahan sikap pada siswa antara lain siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan kelompok, munculnya keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat, ide dan gagasan. Artzt dan Newman (Trianto, 2009:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam usaha menyelesaikan tugastugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab bersama untuk keberhasilan kelompoknya. Jadi, dalam

7 pembelajaran kooperatif para siswa diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan dan saling berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman mereka, dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial. Selain itu, menurut Miaz (2012:5) pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil akan menumbuhkembangkan pola belajar tutor sebaya, menumbuhksan kesadaran diri dan melatih keterampilan siswa mengenal nilai-nilai sosial, tanggung jawab, kepedulian, keterbukaan, persahabatan dan jiwa demokratis. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa saling berinteraksi dan bekerja sama dikelompoknya sehingga menumbuhkan kebersamaan diantara mereka. Adanya kerjasama akan membantu menumbuhkan kecakapan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Kartina (Yasmiati, 2012: 5) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran pengembangan soft skill (interaksi sosial) sangat penting diberikan untuk pembentukan kecakapan sosial siswa sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dalam masyarakat. Kesuksesan siswa di masa mendatang tidaklah ditentukan oleh pengetahuan kognitif saja, tetapi juga ditentukan oleh keterampilan dalam mengelola diri dan orang lain. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia, berdasarkan KKM yang ditetapkan yaitu 70 sebanyak 14 dari 24 siswa atau 58% siswa tidak tuntas.

8 2. Umumnya siswa mengerjakan latihan soal bahasa Indonesia tidak selesai tepat waktu 3. Siswa pasif, hanya menerima materi yang diajarkan 4. Saat diberi pertanyaan, kebanyakan siswa selalu diam ataupun asal menjawab. 5. Siswa mudah mencemooh atau mengejek, mudah marah, menganggu sehingga ada kalanya memicu keributan 6. Penerapan strategi pembelajaran umumnya diberikan hanya dalam bentuk tanya jawab dan pemberian tugas pertanyaan bacaan, sehingga belum mengeksplor kemampuan siswa terhadap unsur-unsur yang ada dalam bacaan. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) pada siswa kelas VI-C MIN Medan Barat Tahun ajaran 2013/2014. D. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah : 1. Apakah dengan penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas VI C MIN Medan Barat? 2. Apakah penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI-C MIN Medan Barat?

9 E. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran membaca pemahaman, secara khusus bertujuan untuk : 1. Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) pada siswa kelas VI C MIN Medan Barat 2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI-C MIN Medan Barat melalui penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di MIN Medan Barat ini, menurut penulis memiliki beberapa manfaat, yaitu: 1. Bagi siswa, dengan penerapan model pembelajaran CIRC dalam membaca pemahaman dapat meningkatkan prestasi belajar dan dapat mengembangkan rasa kebersamaan diantara siswa. 2. Bagi guru, dapat meningkatkan keterampilan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki serta menyempurnakan proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah, menambah literatur dan menjadi masukan dalam menentukan kebijakan tentang proses pembelajaran.