BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sistem kontrol sosial yang belum memadai dan penegakan hukum yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB III PENUTUP. bahwa pejabat atau kepala daerah berpeluang melakukan tindak pidana korupsi

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dirumuskan demikian:

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

Nama : ALEXANDER MARWATA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbuatan-perbuatan yang berpotensi sebagai tindak pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

ETIK UMB TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan

KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

I. PENDAHULUAN. perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Korupsi telah menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia, karena

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB 11 TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. waktu pembangunan dewasa ini. Korupsi di Indonesia sudah merupakan wabah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencatat banyak pemimpin yang dipilih oleh rakyat karena mengangkat isu

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

hanya di Indonesia melainkan di bebagai Negara lainya. ini bukan hanya di lakukan oleh kalangan menengah melainkan oleh pejabat

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB I PENELITIAN KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara 2. Tidak hanya di

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

Transkripsi:

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi sebenarnya termasuk penyakit universal, sebab hampir seluruh negara dihinggapi penyakit ini, terlebih lagi pada negara yang sedang berkembang dikarenakan sistem kontrol sosial yang belum memadai dan penegakan hukum yang masih setengah hati. Indonesia termasuk salah satu negara yang mengidap penyakit ini dan telah berupaya keras untuk memberantas habis penyakit tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain dengan membentuk undang-undang anti korupsi yang memuat aturan-aturan hukum dan sanksi pidana yang cukup berat bagi pelaku korupsi. Selain itu juga, telah dibentuk lembaga-lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengawasi setiap kegiatan pembangunan yang memberikan peluang timbulnya tindak pidana korupsi. Perbuatan korupsi dapat menimbulkan situasi sikap hidup untuk lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum, pelaksanaan segala peraturan yang menyangkut orang banyak dipersulit untuk maksud mendapatkan keuntungan bagi kepentingan pribadi atau segolongan masyarakat, dan persaingan yang tidak sehat dari segala lapisan masyarakat sebagai penjelmaan perbuatan korupsi yang terselubung. Tingkat perkembangan perbuatan korupsi yang sudah merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat dan timbul dalam segala lapisan masyarakat, sehingga korupsi telah membudaya. 1 1 Bambang Poernomo, Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di Luar Kodifikasi Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1984, hal. 34.

11 Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa perbuatan korupsi telah membudaya di kalangan masyarakat dan negara Indonesia, baik di kalangan pemerintah maupun di kalangan masyarakat umum. Budaya korupsi seakan memperoleh lahan yang subur karena sifat masyarakat kita sendiri yang lunak sehingga permisif terhadap berbagai penyimpangan moral dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, korupsi dianggap sebagai perkara biasa yang wajar terjadi dalam kehidupan para penguasa dan pengelola kekuasaan yang ada. Sejak dahulu kala para penguasa dan pengelola kekuasaan selalu cenderung korup karena bisnisnya ya kekuasaanya itu sendiri. Penguasa bukanlah pekerja professional, yang harus pintar, cerdas, dan rajin tidak digaji pun mereka mau asal mendapatkan kekuasaan karena kekuasaan akan mendapatkan kekayaan dengan sendirinya. Korupsi menjadi budaya jalan pintas dan masyarakat pun menganggap wajar memperoleh kekayaan dengan mudah dan cepat 2) Tindak pidana korupsi berhubungan erat dengan bidang-bidang kehidupan yang lain, seperti : bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya 3) sehingga pemberantasan korupsi harus melibatkan semua pihak yang memiliki keterkaitan dengan masalah tersebut. Tindak pidana korupsi itu sendiri dalam lapangan hukum pidana merupa-kan tindak pidana yang memuat ketentuan penyimpangan dari azas-azas hukum dan 2) Musa Asyarie, artikel, Kompas, Jumat, 28/1/2005 3) Ibid., hal. 30.

12 aturan umum KUHP sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 103 KUHP, yang dalam menyelesaikannya menggunakan aturan-aturan dan cara-cara yang khusus pula. Di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan bahwa mengingat korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas sehingga tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, maka pemberantasan korupsi perlu dilakukan dengan cara luar biasa. Dengan demikian, pemberantasan tindak pidana korupsi harus dilakukan dengan cara yang khusus, antara lain penerapan sistem pembuktian terbalik yakni pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa. Persoalan korupsi dihadapi oleh hampir seluruh wilayah negara Indo-nesia, tak terkecuali Kabupaten Temanggung. Dengan slogan visi misi Terwujudnya masyarakat temanggung yang Demokratis, Berkeadilan, Maju, dan, Sejahtera yang sepatutnya menjadi pedoman pejabat pemerintahaan kabupaten tidak luput pula pada kasus pidana korupsi. Salah satu yang mendorong terjadinya pelanggaran hokum oleh pejabat negara ini adalah tabiat mereka yang serakah, mungkin juga sikap itu dilandasi rasa takut bercampur malu yang pada oknum pejabat tinggi dan pengusaha kuat yang berkolusi sudah jarang ditemukan, rasa berkuasa itulah yang sering membuat seseorang memandang remeh orang lain dan berani bertindak apa saja, keserakahan ini tumbuh subur karena lemahnya penegakan hokum serta manajemen yang tidak rapi sehingga kebocoran tidak bisa segera diketahui dan dikendalikan 4) 4) Baharudin Lopa, artikel, Bisnis Indonesia, 21/11/1998.

13 Gaya hidup konsumtif, penegakan hokum yang tidak konsisten, penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, gagalnya pendidikan agama dan etika serta pola pandang kosenkuensi bila ditangkap lebih rendah dari pada keuntungan korupsi merupakan factor pendukung individu untuk menuai pada keuntungan pribadi atau golongan. Pada umumnya tindak pidana korupsi terjadi karena dua hal yaitu karena adanya kesempatan dan adanya niat untuk melakukan tindak pidana itu. Kesempatan untuk korupsi perlu dipersempit dengan memperbaiki system. Sementara niat untuk melakukan korupsi lebih banyak dipengaruhi oleh sikap mental atau moral dari para pejabat atau pegawai. Banyak diantara pejabat atau pegawai mempunyai sikap yang keliru tentang sah tidak suatu penghasilan atau halal haramnya suatu sumber pendapatan. Mereka sering berpendapat bahwa yang tidak sah atau haram hanyalah meliputi makanan dan minuman yang diharamkan agama. Sementara perbuatan lain yang merugikan orang lain atau merugikan keuangan Negara dianggap tidak haram atau sah sah saja. Menghadapi masalah yang sama pula, Aparat Pemerintah Daerah setempat bersama pihak yang terkait terus berupaya untuk memberantas setiap tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan wilayahnya yang juga termasuk lingkungan wilayah hukum Kejaksaan Negeri setempat. Langkah penindakan juga tidak hanya bergantung pada penyidikan dan penuntutan pidana, namun harus mencakup kombinasi dari berbagai pengaturan yang saling berkaitan satu sama lain Meski tidak pernah dapat dipantau sepenuhnya, korupsi dapat dikendalikan melalui

14 kombinasi kode etik, tuntutan hokum yang tegas terhadap pelanggar, perubahaan organisasi, serta reformasi kelembagaan 5) Berdasarkan fenomena tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah dengan topic/ judul : KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT ATAU KEPALA DAERAH ( BUPATI ) SEBAGAI BADAN EKSEKUTIF DAERAH. B. Rumusan Masalah Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Mengapa terjadi tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Pejabat atau Kepala Daerah yang mempunyai kedudukan sebagai Badan Eksekutif Daerah? 2. Bagaimana upaya-upaya yang ditempuh agar Pejabat atau Kepala Daerah tidak melakukan tindak pidana korupsi serta dapat mewujudkan masyarakat yang demokratis, berkeadilan, maju, dan sejahtera? 5) http//www.masyarakat Transparasi Indonesia.com.4/1/1999

15 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang berwenang dalam penyelesaian perkara-perkara korupsi yang terjadi dengan secara efektif dan efisien. 2. Tujuan Khusus Secara rinci sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui mengapa terjadi tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Pejabat atau Kepala Daerah yang mempunyai kedudukan sebagai Badan Eksekutif Daerah b. Untuk mengetahui bagaimana upaya upaya yang ditempuh agar Pejabat atau Kepala Daerah tidak melakukan tindak pidana korupsi serta dapat mewujudkan masyarakat yang demokratis, berkeadilan, maju, dan sejahtera D. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna secara praktis, yaitu : 1. Dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana, yaitu dalam hal terjadinya kasus korupsi dan upaya penyelesaiannya. 2. Bagi masyarakat, untuk memberikan kesadaran bahwa perbuatan korupsi merupakan tindak pidana yang merugikan masyarakat, bangsa dan negara.

16 3. Bagi pihak yang terkait dengan upaya penyelesaian tindak pidana korupsi, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyelesaikan perkara-perkara korupsi yang terjadi. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Kajian Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Atau Kepala Daerah Sebagai Badan Eksekutif Daerah ( Studi kasus Totok Ary Prabowo ) dengan tuduhan penyimpangan penggunaan dana pemilihyan umum 2004, dana bantuan pendidikan untuk keluarga anggota DPRD Temanggung, dana pengembangan crisis centre, dana belanja tak tersangka. Dilihat dari sudut kriminologi, menurut sepengetahuan peneliti belum pernah ada yang meneliti, sehingga merupakan karya asli peneliti dan bukan merupakan duplikasi atau plagiasi dari hasil karya peneliti lain. F. Batasan Konsep Konsep yang dilakukan dalam penelitian berkaitan dengan obyek yang akan diteliti, dibatasi sebagai berikut : 1. Kriminologi adalah suatu ilmu yang mempelajari gejala kejahatan seluas luasnya. 2. Kepala Daerah adalah Seseorang yang memimpin suatu daerah bersama wakilnya serta dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya

17 betanggung jawab kepada DPRD Propinsi.Pemegang kekuasaan umum pengelolaan Keuangan Daerah. 3. Tindak pidana korupsi adalah Setiap orang yang secara melawan hokum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara. 4. Paradigma adalah Daftar semua bentukan dari sesuatu kata yang memperlihatkan konjugasi dan Deklinasi kata tersebut dalam teori ilmu hukum G. Metode Penelitian 1. Jenis Data a. Data primer, data yang diambil dari keterangan-keterangan dan informasi tentang fenomena-fenomena yang relevan dengan obyek penelitian dari responden yang diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan. b. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari instansi yang diteliti yang sudah merupakan hasil penelitian/laporan. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Studi dokumen atau bahan pustaka Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data sekunder melalui penelu-suran catatan-catatan, tulisan-tulisan atau dokumen-dokumen

18 yang sudah dibuat oleh orang lain, sehinga data yang diperoleh dapat disusun secara sistematis dengan suatu pemahaman yang utuh. b. Studi lapangan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer yang dilakukan dengan cara : wawancara dan observasi. 3. Lokasi Penelitian Penelitian akan mengambil lokasi di Kabupaten Temanggung 4. Responden Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah : a. Kepala Kejaksaan Negeri atau Jaksa yang ditunjuk untuk mewakilinya b. Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim yang ditunjuk untuk mewakilinya. c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang Pemberantasan Korupsi d. Perangkat Daerah Kabupaten Temanggung 5. Teknik Analisa Data Untuk menganalisa data digunakan teknik deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengklasifikasikan data yang telah terkumpul secara lengkap untuk kemudian disusun secara sistematis, sehingga membentuk pemahaman yang utuh dan menyeluruh serta mampu menggambarkan keadaan obyek penelitian.