I. PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa. Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan menceerdaskan

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi semua anak. Sebab

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I 1.1 Latar Belakang UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Tuntutan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, maka dari itu tidaklah heran jika pendidikan saat ini adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam hidup membutuhkan pendidikan, karena kualitas

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan menceerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam undang-undang republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan itu dilakukan agar mendapat tujuan yang diharapkan bersama yaitu : pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3 UU RI No 20/2003). Oleh karena itu sekolah adalah sosialisasi yang paling dapat dilihat dalam suatu kebudayaan dan yang paling memberikan pengaruh bagi pembentukan perkembangan manusia dalam perkembangan rentang hidupnya. Masalah penyesuaian diri di sekolah menimbulkan efek yang menetap dan bertumpuktumpuk, masalah yang muncul pada awal karir sekolah anak sering menjadi masalah yang menetap karena faktor sosial-psikologis (misalnya

2 penyimpangan reputasional dan self-fulfillment prophecies, tanpa menyadari melakukan sesuatu, orang lalu bertingkah laku seperti yang diharapkan orang lain kepada dirinya untuk bertingkah laku sedemikian) atau memperburuk keadaan saat kesulitan mulai muncul dan menghambat perkembangan selanjutnya. Seorang individu tidak dilahirkan dalam keadaan sudah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri (Hartono & Sunarto, 2002: 23). Banyak individu yang menderita dan merasa tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri baik dlam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya (Mu tadin, 2005: 43). Permasalahan penyesuaian diri di sekolah dapat timbul ketika anak mulai memasuki jenjang sekolah yang baru (Hartono & Sunarto, 2002: 27). Saat anak mulai sekolah, mereka pasti berhadapan dengan banyak permintaan baru, tantangan baru, negosiasi kelas dan sekolah, mempelajari sekolah baru dan juga harapan guru, dan terlebih lagi mendapatkan penerimaan dari kelompok teman sebaya yang baru. Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Gunarsa (Sobur, 2003: 523), seorang anak yang mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga ia menjadi nakal, anak itu sering disebut maladjustment child, yang artinya tidak ada penyesuaian. Sigmund Freud berpendapat bahwa maladjustment itu (pada neurosis) berasal dari tuntutan anak (kebutuhan, dan keinginan anak) akan

3 cinta dan kesenangan (pleasure), dan berasal dari sikap perumusan anak tersebut terhadap orang-orang yang menghambat tuntutannya. Menurut Witherington (Budiman 2004: 8) bahwa usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan ciri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah sebagai tempat terjadinya proses menumbuh kembangkan seluruh aspek siswa memiliki tugas dalam membantu perkembangan anak sekolah. Menurut Soesilowindardini, dkk (Budiman, 2004: 10), usia 6-13 tahun masa kanak-kanak disebut gang age. Pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat. Anak berubah dari self centered, yang egoistis, yang senang bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan yang dia gemari atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan Setiap anak membutuhkan dicintai (terutama oleh orang tuanya) dan rasa senang. Jika ada orang yang menghambat kedua keinginan pokok pada anak tersebut maka akan terjadi frustasi. Seperti, ditinggalkan ibunya dan anak-

4 anak menangis tidak mau ditinggalkan, makanan atau mainannya ada yang merebut sehingga keinginannya atau rasa senangnya tidak terlaksana. Selain terjadi frustasi pada anak, akan timbul pula sikap permusuhan terhadap orang yang menghambatnya itu. Namun seperti yang sering kita lihat, pada umumnya anak tak berdaya menghilangkan penghambat itu. Jadi, keinginan anak pun menjadi terhambat pula. Pada dasarnya maladjustment terjadi pada semua individu. Namun pada beberapa orang maladjustment itu demikian keras dan menetap sehingga menghancurkan atau mengganggu kehidupan yang efektif. Pada dasarnya, kemampuan pribadi untuk menyesuaikan diri dibentuk oleh kebudayaan yang dianut individu yang bersangkutan, (Sobur, 2003: 524). Diluar ruang lingkup kebudayaan, kadang-kadang manusia serba bingung karena berhadapan dengan kebudayaan asing. Karena itu, hendaknya setiap orang mengenal dirinya, sesungguhnya pengenalan diri merupakan salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri yang baik. Lingkungan baru bagi beberapa orang menjadi sebuah stimulus yang terkadang menjadi penyebab munculnya berbagai permasalahan, salah satunya adalah penyesuaian diri. Begitu pula halnya dengan siswa yang baru mengenal lingkungan, dimana lingkungan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan lingkungan yang ditemui anak sebelumnya. Kondisi yang jauh teman dan orang-orang yang dikenalnya, serta padatnya jadwal yang diterima siswa dengan berbagai kegiatan. Hal ini membuat anak harus mampu

5 menyesuaikan diri agar dapat bertahan dan bisa menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut. Fenomena di atas juga ditemui pada siswa kelas 1 di SD Negeri 2 Bandan Hurip seperti yang dituturkan oleh beberapa guru mengenai siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri biasanya memperlihatkan beberapa perilaku tertentu seperti, ketika jam istirahat hanya diam di kelas dan jarang bergaul, lebih suka menyendiri, bertengkar dengan teman, mengganggu teman, diam dan kurang merespon orang lain baik guru maupun teman, tidak memperhatikan penjelasan guru saat di kelas, membuat keributan di kelas, merusak benda-benda yang ada di sekolah, dan tidak mengerjakan tanggung jawabnya. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang sulit. Pertama, banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri bersumber pada diri sendiri. Kedua, pengaruh-pengaruh yang ikut membentuk kepribadian individu, berada di luar individu, dan juga banyak sarana untuk menyelesaikan tugas-tugas individu. Ketiga, usaha-usaha individu untuk memenuhi keperluan dalam dan tuntutan luar dari lingkungan itu harus sesuai dengan tujuan hidup individu. Oleh karena itu, kemampuan menyesuaikan diri yang baik dapat dirumuskan sebagai memenuhi keperluan, hasrat dan keinginan individu, serta tuntutan wajar dari lingkungan secara semestinya dan semakin mendekatkan kita kepada tujuan dan maksud sebenarnya. Dalam menghadapi hal tersebut diperlukan suatu teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa di

6 sekolah karena salah satu fungsi dalam bimbingan dan konseling adalah fungsi kuratif (pengentasan) yaitu untuk mengentaskan permasalahan yang dialami siswa. Pada permasalahan ini, teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa yang merupakan siswa kelas 1 sekolah dasar adalah reinforcement positif. Penggunaan teknik reinforcement pada penyesuaian diri didasarkan pada pendapat Harlock (1980: 166) bahwa ganjaran seperti pujian atu perlakuan secara khusus yang menunjukkan pada anak bahwa ia bertindak benar akan mendorong anak untuk mengulang perilaku yang baik dengan catatan ganjaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Santrock (2008: 288) juga menjelaskan bahwa proses penguatan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak-anak. Bila anak-anak diberi hadiah atas perilaku yang sesuai dengan peraturan dan perjanjian sosial, mereka akan mengulangi perilaku itu. Menurut Walker&She (dalam Komalasari, dkk. 2011:161) reinforcement positive adalah pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan menetap di masa yang akan datang Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah dengan menggunakan teknik reinforcement positive. Dari penjelasan di atas, peneliti ingin meningkatkan kemampuan beradaptasi menggunakan teknik reinforcement positive pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Bandan Hurip Tahun Pelajaran 2012/2013.

7 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang timbul dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut: 1. terdapat siswa yang diam di kelas dan jarang bergaul, 2. terdapat siswa yang sering menyendiri, 3. terdapat siswa yang diam dan kurang merespon orang lain baik guru maupun teman, 4. terdapat siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas, 5. terdapat siswa yang selalu bertengkar dengan temannya, 6. terdapat siswa yang merusak benda-benda yang ada di sekolah, 7. terdapat siswa yang tidak mengerjakan tanggung jawabnya. 3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diajukan, untuk lebih efektif peneliti membatasi masalah dengan mengkaji tentang upaya peningkatan kemampuan penyesuaian diri menggunakan teknik reinforcement positive pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Bandan Hurip. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah pada penelitian ini adalah: Banyak siswa yang belum mampu menyesuaikan diri. Maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: apakah kemampuan penyesuaian diri siswa meningkat setelah diberikan teknik reinforcement positive?

8 B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan penyesuaian diri siswa di sekolah dengan menggunakan teknik reinforcement positive. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan ilmu pendidikan, khususnya tentang penggunaan teknik reinforcement positive untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa di sekolah. 2. secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi dan pemikiran guru mata pelajaran dan peneliti lainnya dalam meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa di sekolah dengan menggunakan teknik reinforcement positive.