BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK USIA DINI KORBAN BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK USIA DINI KORBAN BROKEN HOME DI POS PAUD ANANDA BOWAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Sukun Malang mempunyai perbedaan dalam segi aspek-aspeknya. aspek yang masih membutuhkan bimbingan. lain melalui film yang dia lihat.

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencangkup. kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

I. PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa. Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan menceerdaskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) menyatakan bahwa. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah siswa mempunyai aktivitas dalam bergaul dengan temantemannya,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI. Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Kurnia; 2009). Mereka merupakan titipan dan amanat Allah SWT, yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat banggsa dan Negara. Pendidikan usia dini adalah investasi yang amat besar bagi keluarga dan bangsa yang sangat berharga dan merupakan infra struktur bagi pendidikan selanjutnya. Anak usia dini merupakan salah satu modal dasar yang sangat berharga untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, merekalah yang kelak membangun bangsa Indonesia menjadi maju dan tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain.dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak sebagai generasi penerus bangsa. Perhatian pemerintah di bidang pendidikan dengan menekankan pada pembinaan anak dibawah usia 1

2 5 tahun atau usia prasekolah dan usia sekolah merupakan wujud usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa melalui pendidikan. Menurut Soetjiningsih (2000: 121) terpenuhinya tiga kebutuhan dasar anak yaitu kesehatan makanan bergizi (asuh), kasih sayang dari orang tua atau keluarga (asih), dan perangsangan atau stimulasi(asah) dapat menjamin terciptanya proses tumbuh kembang anak secara normal karena pada usia itu anak berada pada posisi keemasan (golden age). Usia emas merupakan masa anak memiliki kepekaan yang tinggi. Masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat. Tahap perkembangan ini hanya berlangsung sekali dalam kehidupan manusia, sehingga berbagai dampak penelantaran kebutuhan anak tidak mungkin ditanggulangi pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Disamping itu kurangnya stimulus yang diterima anak usia dini, menyebabkan masa ke emesan anak hilang dan tersia-siakan begitu saja (Nasution, 2005: 3). Oleh karena itu anak-anak sejak dini dibekali pendidikan yang berlandaskan konsep-konsep agama sebagai fondasi supaya mereka dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki dengan baik dan siap hadapi tantangan. Apabila orangtua salah dalam memberikan landasan pendidikan, maka sudah pasti akan melahirkan generasi yang memiliki krisis mentalitas yang akan mengalkibatkan kehancuran bangsa dan menghasilkan sumberdaya manusia yang kurang berkualitas. Menurut Soedarjito (2007: 114) keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang dikenal oleh anak, keluarga mempunyai peran

3 mensosialisasikan adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai, atau tata cara kehidupan. Keluarga merupakan satu kesatuan lingkungan sosial pertama bagi anak dan tempat anak mendapatkan perlindungan, kasih sayang serta rasa aman. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakberadaan ayah atau ibu tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis. Keluarga merupakan himpunan kecil dari pengelompokan individu yang terdiri dari ayah, ibu, anak, paman dan tante, kakek dan nenek, dan lainlain. Keluarga khususnya orang tua merupakan pilar utama dalam pembertumbuhan dan perkembangan anak. Pada awalnya ibu merupakan orang pertama yang mempengaruhi perkembangan anak mengapa demikian, karena, ibu merupakan orang yang senantiasa berada pada tahap-tahap awal perkembangan anak, dari anak mulai meraba, melihat dan sebagainya. Disini, bukan berarti ayah tidak memiliki peran dalam proses perkembangan anak, karena pada kenyataannya anak memiliki kebutuhan berbeda yang tidak bisa ia dapatkan dari sosok ibu maupun sebaliknya. Jadi, kedua kasih sayang dari ayah dan ibu adalah suatu hal kebutuhan yang memang harus didapatkan oleh anak. Menurut Tabroni (2010: 72) keluarga dikatakan utuh apabila pasangan suami istri mempunyai tujuan membangun sebuah keluarga dengan visi dan misi yang akan dijalankan bersama sama. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuanya, yang merupakan unsur dalam membantu anak untuk memiliki dan

4 mengembangkan diri. Pasangan suami istri yang tinggal terpisah karena alasan tertentu akan mengurangi makna sebagai keluarga yang utuh. Penelitian Bamlet dan Mosher (2004: 615) juga mengemukakan bahwa anak yang memiliki orangtua yang utuh cenderung dinilai lebih baik daripada anak yang berasal dari keluarga yang bercerai atau keluarga tiri. Broken home adalah suatu keadaan dimana orang tua sudah tidak harmonis, sering bertengkar dan menimbulkan keributan, yang berakibat pada ketiadaan lagi untuk memberikan kasih sayang dan kepedulian terhadap anak, sehingga anak tidak lagi mendapatkan sesorang untuk diayomi atau dijadikan tauladan bagi mereka. Broken home sebenarnya merupakan realitas yang cukup berimplikasi negatif bagi perkembangan kepribadian yang sehat, meskipun kita mengakui peranan lingkungan dalam perkembangan individu. Akan tetapi, faktor broken home nampaknya memainkan peranan cukup signifikan dalam beberapa penelitian. Fenomena broken home dalam keluarga sudah selayaknya mendapatkan perhatian dan penanganan yang efektif, terutama dari segi psikologisnya. Sejalan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Kierkegaard (dalam Palmer Donald, 2001) bahwa zu den sachen selbst (kembali pada realitasnya sendiri). Kierkegaard dalam eksistensialismenya mengemukakan bahwa pentingnya menempatkan dan menghargai nilai-nilai subjektivitas diri tiap orang. Jika ini diabaikan suatu kondisi yang harmonis akan jauh dari realitas.

5 Bagi anak keluarga merupakan lembaga primer yang tidak dapat diganti dengan kelembagaan yang lain. Di dalam keluargalah anak mengenal arti hidup, cinta kasih dan arti kebersamaan. Di dalam keluarga tersebut anak dibesarkan, diberikan pendidikan dengan suasana aman yang dapat mengantarkan di masa-masa perkembangannya. Pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Di antara unit sosial, keluarga merupakan unit yang sangat komplek. Banyak persoalanpersoalan yang dihadapi oleh para anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga yang lain. Seringkali keseimbangan akan terganggu dan membahayakan kehidupan keluarga yang mengakibatkan keluarga tidak akan merasakan kebahagiaan. Tidak jarang perselisihan-perselisihan dan pertengkaran-pertengkaran diantara suami-istri tersebut berakhir dengan perceraian. Maka timbulah rentetan-rentetan kesulitan terutama bagi seorang anak yang selalu membutuhkan kehadiran orangtua disepanjang hidupnya. (Gunarsa, 1986: 135). Hurlock (1978) mengatakan bahwa terdapat banyak cara untuk mengekspresikan kreativitas selama masa kanak-kanak, yang paling umum diantaranya adalah permainan animisme, permainan drama dan permainan konstruktif, teman imajiner, melamun, bercerita, aspirasi untuk berprestasi, dan konsep diri yang ideal. Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan anakanak ketika bergabung dengan teman-teman sebayanya. Meskipun anak banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya, namun untuk melatih emosi anak tetap membutuhkan kedekatan dengan orangtua. Oleh karena itu,

6 keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, karena didalam keluarga lah anak mendapat pengasuhan pertama dan pendidikan yang pertama. Pandangan tersebut memanglah tepat untuk melukiskan peran keluarga karena, orang tua merupakan orang pertama yang memberikan contoh tingkah laku dan tutur bahasa yang baik maupun kurang baik pada anak. Dari pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa keluarga merupakan himpunan kecil dari pengelompokan individu yang terdiri dari ayah, ibu, anak, paman dan tante, kakek dan nenek, dan lain-lain. Keluarga khususnya orang tua merupakan pilar utama dalam pembertumbuhan dan perkembangan anak. Sedangkan keluarga broken home yaitu kelompok sosial dalam rumah tangga yang hampir setiap hari mengalami perselisihan dan pertengkaran di antara kedua orang tua, sehingga hilanglah pendidikan utama yang sangat dibutuhkan anak dalam proses pembentukan nilai-nilai kemanusiaan, akhlak dan perilaku, kerohanian, dan pendidikan agama sebagai dimensi penting bagi anak. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Pos PAUD Ananda Bowan Delanggu Klaten tahun ajaran 2013/2014 terdapat anak didik korban broken home dan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang perkembangan psikologis anak korban broken home tersebut. Dari latar belakang tersebut, judul dalam skripsi ini adalah: Perkembangan Psikologis Anak Usia Dini Korban Broken Home di Pos PAUD Ananda Bowan Delanggu Klaten Tahun Pembelajaran 2013/2014.

7 B. Pembatasan Masalah Seorang anak korban broken home usia 4 tahun di Pos PAUD Ananda Bowan Delanggu Klaten. Penelitian ini meneliti tentang perkembangan psikologis anak korban broken home namun peneliti membatasi pada aspek sosio-emosional. C. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Anak broken home kurang mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua. 2. Interaksi sosial pada anak korban broken home. D. Perumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan dalam makalah ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan sosio-emosional pada anak korban broken home? 2. Bagaimana cara menanggulangi dampak negatif dari keluarga broken home?

8 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perkembangan sosio-emosional pada anak korban broken home di Pos PAUD Ananda Bowan, Delanggu, Klaten. 2. Untuk mengetahui cara yang dilakukan untuk menanggulangi dampak negatif dari keluarga broken home. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam konteks kehidupan manusia. Adapun manfaat itu dapat penulis rumuskan sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan mengenai perkembangan psikologis khusunya aspek sosio-emosional pada anak korban broken home. 2. SecaraPraktis Sedangkan manfaat dari penelitian ini yaitu: a. Bagi Lembaga Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan dapatdijadikan wacana untuk menambah pengetahuan, khususnya tentang menanggulangi dampak psikologis anak yang berasal dari keluarga broken home.

9 b. Bagi Pendidik Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi yang positif dalam penanggulangan anak yang berasal dari keluarga broken home. c. Bagi peneliti sejenis Sebagai tambahan referensi dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.