BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan tenaga kerja mengalami hilangnya konsentrasi pada saat bekerja. sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan, yang memiliki garis pantai yang panjang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan berkeadilan. Sedangkan misinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas merupakan sebuah motor pengggerak kemajuan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata orang meninggal, setara

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. Pekerjaan dan penghidupan yang layak ini merupakan pekerjaan yang bersifat manusiawi memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat, sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta mendapat penghidupan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Pasal di atas mendasari Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menimbang bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, merata baik materil maupun spiritual. Untuk mewujudkan ini tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Peranan dan kedudukan tenaga kerja dapat meningkatkan perekonomian suatu negara baik itu negara berkembang maupun negara maju. Didorong oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, maka permintaan tenaga kerja semakin meningkat termasuk pada sektor informal. Pekerjaan di sektor informal merupakan segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tempat

pekerjaan tidak terdapat keamanan kerja, tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha tidak berbadan hukum. Ciri-ciri kegiatan sektor informal adalah mudah masuk, bersandar pada sumber daya lokal biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, tidak diatur dan keterampilan diperoleh di luar sistem formal sekolah dengan pasar yang kompetitif. Kegiatan ini seperti pedagang kaki lima, tukang becak, penata parkir, pengamen, anak jalanan, pedagang pasar, buruh dan lain-lain. Sektor informal sering dimaknai sebagai pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik, dalam kelompok usaha di Indonesia biasanya masuk dalam jenis pekerjaan di sektor usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga produksi, alat angkut dan pekerja kasar. Semua pekerjaan baik sektor formal maupun informal diharapkan dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tingginya produktivitas kerja berkaitan dengan gizi yaitu gizi kurang atau lebih akan menurunkan daya kerja. Individu dengan gizi baik akan memiliki ketahanan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai (De Maeyer, 1989). Produktivitas kerja merupakan ukuran relatif dari nilai atau tampilan daya aktivitas. Sebagai ukuran karena seberapa baik kita menggunakan sumber daya dalam mencapai hasil yang diinginkan (Ravianto, 1991). Tingkat produktivitas pekerja dapat berubah dari waktu ke waktu karena peran serta tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin kerja, sikap dan etika kerja, motivasi,

tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan berprestasi dan status gizi (Suma mur, 2009). Menurut Almatsier (2002), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi menjadi sumber energi yang diperlukan untuk kinerja fisik. Bagi pekerja berat keadaan gizi merupakan faktor penentu tingkat produktivitas. Gizi lebih dan kurang menimbulkan gangguan kesehatan dan penurunan daya tahan sehingga mangkir kerja, target tidak tercapai dan pendapatan menurun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) dalam (Depkes, 2009), terhadap penduduk 15 tahun keatas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukkan prevalensi gizi kurang sebesar 14,8%, berat badan lebih sebesar 19,1%. Selain itu diketahui bahwa prevalensi anemia pada wanita sebesar 11,3% dan pada laki-laki sebesar 12,3% diketahui juga bahwa prevalensi anemia pada pekerja wanita dan laki-lakipun masih tinggi. Rahayu (1999), nilai IMT dan kadar Hb yang normal dapat meningkatkan produktivitas kerja pada tenaga kerja wanita. Waluyo dalam Santoso (2004), ketersediaan sarana makanan dan kemudahan untuk mendapatkan makan siang dapat meningkatkan masukan kalori pekerja, baik untuk peningkatan kadar Hb dan IMT, menurunkan rasa lelah sebesar 29,4%, menurunkan rasa pusing sebesar 18,1%, meningkatkan produktivitas kerja serta pendapatan.

Risnaningsih (1996), mengemukakan dengan status gizi baik seperti IMT normal dan kadar hemoglobin 12 gr/dl memengaruhi produktivitas kerja dan didapat bahwa 64,8% tenaga kerja telah mencapai rata-rata produksi membungkus teh/bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2007), pemenuhan asupan makanan pekerja dan mempertahankan gizi seimbang merupakan faktor penting dalam peningkatan produktivitas kerja pada tenaga kerja wanita dibagian pengepakan PT. Java Tobacco Gembongan Kartasura. Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor kebutuhan seseorang seperti kebutuhan akan gizi yang dapat meningkatkan status gizi seseorang. Status gizi seseorang dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangan berdasarkan data kualitatif maupun kuantitatif seperti IMT dan kadar Hb (Baliwati dkk, 2010). Lingkungan kerja sebagai kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi dan psikologis (Tarwaka dkk, 2004). Lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja yang dapat memengaruhi individu dalam menjalankan tugas yang dibebankan mencakup tingkat produktivitas kerja (Nitisemito, 1996) dalam Suseno (2000). Faktor fisik seperti iklim kerja, penerangan, kebisingan, getaran. Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja diukur dari perpaduan antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban, kecepatan aliran udara dan radiasi (Santoso, 2004). Iklim yang berlebihan akan memberi beban tambahan bagi

pekerja untuk menyeimbangkan suhu dalam tubuh yang menimbulkan peningkatan proses metabolisme. Respon tubuh terhadap iklim yang lebih antara lain banyak keringat, lemas, bekerja tidak semangat, kurang konsentrasi bahkan gangguan kesehatan dan mangkir kerja sehingga produktivitas kerja tidak tercapai. Penurunan angka target bongkar muat dari hari ke hari disebabkan suhu lingkungan pada saat bongkar muat sangat tinggi sehingga tenaga kerja membutuhkan waktu istirahat untuk menyeimbangkan suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Tenaga kerja yang bekerja di tempat suhu tinggi akan mengeluarkan banyak keringat, sehingga kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan yang telah hilang (seperti keringat dan urin) harus diperhatikan. Penelitian Mulyono (2004), pekerja di bagian produksi dengan intensitas suara <85 db produktivitasnya 25% lebih tinggi dari pekerja di bagian produksi dengan intensitas >85 db. Tidak tercapainya produktivitas kerja merupakan akibat dari hilangnya konsentrasi kerja, komunikasi antara tenaga kerja yang tidak baik serta timbulnya penyakit akibat kerja. Pelabuhan Belawan adalah sebuah pelabuhan dengan tingkat kelas utama yang bernaung di bawah PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan bongkar muat paling penting di Indonesia terletak di kota Medan Sumatera Utara (Dephub RI, 2003). Pekerjaan bongkar muat merupakan pekerjaan yang mengandalkan fisik dan lingkungan kerja memberikan tambahan beban kerja bagi tenaga kerja bongkar muat (TKBM). Setiap kegiatan hanya dapat

dilaksanakan oleh TKBM yang terdaftar di Kantor Pelabuhan Belawan, terhimpun dalam satu wadah yaitu Koperasi Upaya Karya bekerja sama dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Oleh karena itu syarat untuk menjadi TKBM adalah bergabung dalam keanggotaan Koperasi Upaya Karya. Pekerjaan bongkar muat berlangsung secara borongan dan dalam waktu tertentu, sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa sehingga memungkinkan waktu kerja lebih dari 8 jam/hari. Upah yang diterima buruh TKBM Belawan ratarata dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kota (UMK) sekitar Rp. 1.197.000,-/bulan, sedangkan besarnya pendapatan yang diterima sekitar Rp. 1.000.000,-/bulan. Jumlah ini diterima berdasarkan bagian dari upah borongan dan hanya dibayar ketika mereka bekerja walaupun TKBM bekerja lebih dari 8 jam/hari. Pelabuhan Belawan sektor II Ujung Baru mempunyai TKBM sebanyak 1.247 orang dengan usia berkisar 25-73 tahun dan masa kerja ada yang mencapai 48 tahun. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah mengangkat beras, gula, sayur, semen, serbuk kaca, pupuk dan lainnya yang dikemas dalam sack (karung). Kapal barang yang sandar di dermaga dengan kapasitas berkisar 3.000 ton dikerjakan oleh 2-3 tim beranggotakan 12 orang/tim dalam waktu 3-5 hari atau tergantung muatan dan ukuran kapal. Beban yang harus diangkat sesuai ketetapan oleh perusahaan sebanyak 25 ton/jam/tim atau 2,1 ton per/jam/orang.

Pekerjaan bongkar muat kapal dilakukan TKBM dari pagi hingga malam sampai pekerjaan selesai. Pekerjaan berlangsung di lingkungan kerja dengan iklim kerja panas dan intensitas bising yang tinggi. Iklim kerja panas berasal dari terik matahari dan kurangnya sirkulasi udara. Sedangkan intensitas bising berasal dari alat yang sedang bekerja seperti mesin kapal, crane, hiruk-pikuk lalu-lintas. Iklim kerja panas dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan hilangnya cairan dalam tubuh sebagai akibat dari keluarnya keringat yang berlebihan pada TKBM. Intensitas bising menyebabkan menurunnya konsentrasi kerja dan gangguan komunikasi. TKBM dengan beban kerja berat bekerja tanpa memperhatikan lingkungan fisik yang dapat memengaruhi tingkat produktivitas kerja. Mereka bekerja sesuai waktu yang ditentukan pihak pengguna jasa, karena TKBM memiliki waktu istirahat yang terbatas sehingga hanya mengonsumsi makanan yang dijual disekitar mereka tanpa memperhitungkan kandungan gizi dan kesesuaian kebutuhan kalori terhadap beban kerja yang memungkinkan status gizi tidak baik. Berdasarkan survei awal pada 20 orang TKBM di sektor II Ujung Baru Belawan terdapat 1 orang mempunyai IMT dalam kategori kurus, 17 orang dalam kategori normal dan 2 orang dalam kategori gemuk. Untuk melihat status gizi TKBM tidak cukup hanya dengan melihat nilai IMT saja karena bila dilihat dari konsumsi makanan sehari-hari belum tentu kadar Hb juga baik meskipun sebagian besar TKBM di atas memiliki IMT normal.

Kondisi keseharian yang dilihat dari pola makan, waktu istirahat yang tidak teratur serta lingkungan kerja yang panas dan adanya intensitas bising di atas dapat memengaruhi tingkat produktivitas kerja TKBM. Berdasarkan latar belakang pada TKBM di sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin, dan Lingkungan fisik terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin dan lingkungan fisik terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin dan lingkungan fisik (iklim kerja dan kebisingan) terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan.

1.4. Hipotesis Ada pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin, lingkungan fisik (iklim kerja dan kebisingan) terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Koperasi Upaya Karya Belawan, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan agar memperhatikan status gizi TKBM dengan membuat suatu upaya untuk meningkatkan nilai IMT, kadar Hb serta menanggulangi iklim kerja panas dan kebisingan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. 1.5.2. Secara teoritis, dapat bermanfaat untuk menambah khasanah di bidang kesehatan masyarakat khususnya tentang kesehatan kerja serta pengembangan penelitian sejenis dimasa yang akan datang. 1.5.3. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam menambah pengetahuan, pemahaman dan wawasan mengenai pekerja sektor informal terutama pada TKBM dan faktor yang memengaruhi produktivitasnya.