BAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dirasa cukup memberatkan, maka dapat mendorong manajemen. tampak sebagaimana yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi laba perusahaan. saham dan pengguna eksternal lainnya. Namun demikian, di sisi lain

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beberapa Undang-undang perpajakan. Revisi tersebut meliputi Undangundang Ketentuan

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN TERHADAP LABA DAN EARNING MANAGEMENT PERUSAHAAN BEI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas-aktivitasnya, yaitu modal. Modal merupakan komponen yang diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manjemen. Dalam laporan keuangan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak. dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perubahan tarif ini akan memberikan insentif bagi manager untuk menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. laba dapat dilakukan melalui praktik perataan laba (income smoothing), taking a

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa

BAB I PENDAHULUAN. disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

BAB I PENDAHULUAN. pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. ( Sedangkan pemasukan pajak dari sektor property,

BAB I PENDAHULUAN. objek pajaknya, seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. seolah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikan semua UKDW

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam menunjang perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan internal, yaitu dari laba perusahaan saja, tidak akan cukup untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai apabila didukung melalui pembiayaan dari dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. disederhanakan dengan memerhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder),

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia, Pajak merupakan sektor terbesar dari penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perdagangan dan jasa semakin banyak bermunculan dimana-mana.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak perusahaan yang mengidentikkan membayar pajak sebagai beban sehingga perusahaan akan berusaha meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambar an Umum Objek Pe nelitian

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diberikan oleh perusahaan kepada pihak manajemen sebagai pengelola

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan dana yang relatif besar. Dana yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang seperti yang dinyatakan dalam pasal 23A Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pemerintah melalui dirjen pajak telah menetapkan pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, sumbangan terbesar untuk pendapatan negara bersumber dari

PENERIMAAN NEGARA. Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari LOGO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

PENGARUH PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN (Y.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA SEBAGAI RESPON ATAS PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN 2008 DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dari pengertian pajak tersebut, dapat dilihat bahwa pajak merupakan salah satu penerimaan bagi Negara. Dari tahun ke tahun, realisasi penerimaan dari sektor perpajakan terus meningkat sampai akhir tahun 2012. Berikut adalah tabel realisasi penerimaan sektor perpajakan dari tahun 2007 sampai dengan 2012: Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2007-2012 (dalam milyaran rupiah) URAIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PPh MIGAS 44,000.50 77,018.90 50,043.70 58,872.70 65,230.70 58,665.80 PPh NON MIGAS 194,430.50 250,478.80 267,571.30 298,172.80 366,746.30 454,168.70 PPN DAN PPnBM 154,526.80 209,647.40 193,067.50 230,604.90 298,441.40 350,342.20 PBB 23,723.50 25,354.30 24,270.20 28,580.60 29,057.80 35,646.90 BPHTB 5,953.40 5,573.10 6,464.50 8,026.40 CUKAI 44,679.50 51,251.80 56,718.50 66,165.90 68,075.30 72,443.10 PAJAK LAINNYA 2,737.70 3,034.40 3,116.00 3,968.80 4,193.80 5,632.00 TOTAL PENERIMAAN 470,051.90 622,358.70 601,251.70 694,392.10 831,745.30 976,898.70 Sumber : www.pajak.go.id 1

Beberapa tahun terakhir, penerimaan dari sektor perpajakan bahkan mencapai proporsi 70% lebih dari seluruh aspek penerimaan APBN. Berikut adalah total penerimaan perpajakan dibandingkan dengan penerimaan APBN lainnya: Tabel 1.2 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2007-2012 (dalam milyaran rupiah) Sumber Penerimaan (milyar rupiah) 2007 1) 2008 1) 2009 1) 2010 1) 2011 2) 2012 3) Penerimaan Perpajakan 490,988 658,701 619,922 723,307 878,685 1,019,333 Pajak Dalam Negeri 470,052 622,359 601,252 694,392 831,745 976,900 Pajak Penghasilan 238,431 327,498 317,615 357,045 431,977 512,835 Pajak Pertambahan Nilai 154,527 209,647 193,067 230,605 298,441 350,343 Pajak Bumi dan Bangunan 23,724 25,354 24,270 28,581 29,058 35,647 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5,953 5,573 6,465 8,026 - - Cukai 44,679 51,252 56,719 66,166 68,075 72,443 Pajak Lainnya 2,738 3,035 3,116 3,969 4,194 5,632 Pajak Perdagangan Internasional 20,936 36,342 18,670 28,915 46,940 42,433 Bea Masuk 16,699 22,764 18,105 20,017 21,501 23,534 Pajak Ekspor 4,237 13,578 565 8,898 25,439 18,899 Penerimaan Bukan Pajak 215,120 320,604 227,174 268,942 286,568 272,720 Penerimaan Sumber Daya Alam 132,893 224,463 138,959 168,825 191,976 172,871 Bagian laba BUMN 23,223 29,088 26,050 30,097 28,836 25,590 Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 56,873 63,319 53,796 59,429 50,340 54,398 Pendapatan Badan Layanan Umum 2,131 3,734 8,369 10,591 15,416 17,861 Jumlah 706,108 979,305 847,096 992,249 1,165,253 1,292,053 Catatan : Perbedaan satu digit dibelakang terhadap angka penjumlahan karena pembulatan 1) LKPP 2) APBN-P 3) RAPBN Sumber : Departemen Keuangan Dari tabel tersebut, dengan membandingkan sumber penerimaan di sektor perpajakan terhadap keseluruhan sumber penerimaan dalam APBN, penerimaan perpajakan pada tahun 2007 mencapai 68,53%, tahun 2008 mencapai 67,26%, tahun 2009 mencapai 73,18%, tahun 2010 mencapai 72,90%, tahun 2011 mencapai 75,41% dan pada tahun 2012, direncanakan 2

penerimaan pajak mencapai 78,89%. Persentase sumber perpajakan di APBN membuktikan bahwa pajak merupakan sumber penerimaan yang besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pajak merupakan salah sumber penerimaan yang memiliki potensi yang sangat tinggi dalam pembiayaan negara. Besarnya potensi pajak bagi penerimaan Negara, mendorong pemerintah untuk terus menerus melakukan berbagai upaya perubahan undang-undang pajak penghasilan untuk mencapai target penerimaan Negara, salah satunya perubahan tarif pajak penghasilan. Namun, dalam melakukan perubahan undang-undang pajak penghasilan, sudah seharusnya pemerintah memperhitungkan berbagai aspek kepentingan perpajakan wajib pajak. Hal ini dikarenakan, selain bagi pemerintah, pajak juga merupakan salah satu hal yang menarik perhatian para pelaku bisnis di dunia. Pajak dapat menjadi salah satu indikator bagi investor dalam membuat keputusan untuk berinvestasi atau tidak karena pajak secara tidak langsung akan mempengaruhi rate of return yang akan diterima oleh investor. Pajak yang tinggi cenderung akan menyebabkan rate of return dari suatu investasi menjadi lebih rendah. Selain itu, bagi perusahaan selaku wajib pajak, tentu saja sangat tidak menghendaki tarif pajak yang terlalu tinggi. Tarif pajak yang tinggi akan mengurangi keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Hal ini cenderung menyebabkan perusahaan akan selalu berusaha untuk meminimalisir pengenaan pajak perusahaannya yang berpotensi besar bagi perusahaan untuk melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jelas bahwa terdapat bentrokan antara kepentingan pemerintah dan wajib pajak. Untuk mencegah terjadi tax evasion, pemerintah harus lebih 3

cermat dalam mengatur perpajakan yang berlaku. Selain tidak merugikan pemerintah, pajak penghasilan yang dikenakan juga jangan sampai memberatkan wajib pajak. Sampai sekarang, perubahan terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan di Indonesia telah dilakukan lebih dari satu kali yaitu: 1. Undang undang nomor 7 tahun 1983 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1984; 2. Undang undang nomor 7 tahun 1991 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1992; 3. Undang undang nomor 10 tahun 1994 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995; 4. Undang undang nomor 17 tahun 2000 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2001; 5. Undang undang nomor 36 tahun 2008 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009. Undang undang nomor 36 tahun 2008 merupakan undang undang pajak penghasilan yang dijadikan sebagai dasar hukum pengenaan pajak penghasilan sampai dengan sekarang. Sejak berlakunya undang undang nomor 36 tahun 2008, tarif pajak penghasilan yang semula progresif berubah menjadi tarif pajak tunggal. Besarnya tarif pajak penghasilan badan adalah sebesar (1) 28% yang berlaku secara efektif pada tahun 2009 yang kemudian diubah menjadi sebesar 25% yang berlaku secara efektif pada tahun 2010 (2) 5% lebih rendah dari tarif nomor (1) apabila Wajib Pajak Badan merupakan Wajib Pajak dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka (go public) dan minimal 40% saham disetornya 4

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak. Dengan kata lain, pada tahun pajak 2009 tarif perusahaan yang masuk bursa (go public) adalah sebesar 23% dan pada tahun pajak 2010 sebesar 20%. Perubahan tarif pajak yang diterapkan di Indonesia merupakan suatu kesempatan besar bagi wajib pajak untuk melakukan perlawanan pajak, baik perlawanan pajak aktif maupun perlawanan pajak pasif. Hal ini dikarenakan selama periode perubahan tarif pajak, terdapat celah bagi wajib pajak untuk melakukan earning management terhadap laporan keuangan guna menghindari pembayaran pajak yang tinggi. Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk menganalis pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan badan terhadap laba perusahaan. Seperti penelitian dilakukan Guenther (1994) untuk menguji indikasi earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan di Amerika Serikat pada periode reformasi perpajakan 1986. Di Jepang, penelitian dilakukan oleh Yamashita dan Otogawa (2007) untuk membuktikan apakah perusahaan di Jepang telah melakukan earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif pajak badan pada tahun 1998-1999. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Slamet dan Wijayanti (2012) gagal membuktikan adanya respon manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan di BEI. Penelitian ini bermaksud menganalisis ulang pengaruh dari perubahan tarif pajak menurut UU no.36 Tahun 2008 terhadap laba yang didalam 5

laporan keuangan perusahaan go public di Indonesia dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan di BEI. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya dan penelitianpenelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terkait dengan perubahan tarif pajak baik di Indonesia maupun Negara lain, masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu antara lain: a. Apakah dengan berlakunya tarif Pajak menurut UU no.36 Tahun 2008, laba bersih sebelum pajak perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI mengalami perubahaan yang signifikan? b. Adakah terdapat indikasi manajemen laba (earning management) sebagai respon dari perubahan tarif pajak penghasilan badan dari periode tahun 2007-2011? c. Apakah terdapat faktor lain selain tarif pajak yang mempengaruhi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan di BEI dari periode tahun 2007 2011? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diuji terhadap 100 perusahaan go public yang terdaftar di BEI. Batasan pengujian yang dilakukan yaitu antara lain: a. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahan kategori non bank dengan omset lebih besar dari Rp.50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah). 6

b. Laporan keuangan yang dianalisis adalah laporan keuangan dari periode tahun buku 2007-2011. Periode tersebut menurut peneliti merupakan periode yang sesuai untuk diuji karena periode tersebut merupakan periode dimana sebelum dan sesudah diberlakukannya UU no 36 Tahun 2008. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris apakah perubahan tarif pajak penghasilan menurut UU no.36 Tahun 2008 mempengaruhi manajemen laba perusahaan. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk membuktikan bahwa selain tarif pajak penghasilan, terdapat variabel lain yang ikut mempengaruhi manajemen laba perusahaan selama periode tahun 2007-2011. Berdasarkan tujuan dari penelitian, adapun manfaat dari penelitian yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Penulis dapat membuktikan bahwa adanya pengaruh dari perubahan tarif pajak terhadap manajemen laba perusahaan. b. Penelitian dapat menjadi salah satu masukan bagi pihak yang bersangkutan terutama para pembuat kebijakan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan didalam mengantisipasi perilaku wajib pajak (perlawanan pajak) terhadap perubahan tarif pajak. 7

1.5 Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan guna menguji respon perusahaan terhadap perubahan tarif pajak yang pernah terjadi selain di Indonesia. Di Amerika Serikat, penelitian dilakukan Guenther (1994) untuk menguji indikasi earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan dari tarif 46% menjadi 34% di Amerika Serikat pada periode reformasi perpajakan 1986. Hasil penelitian menemukan bukti empiris current accrual signifikan negatif pada perusahaan dalam mengurangi pajak. Di Jepang, penelitian dilakukan oleh Yamashita dan Otogawa (2007) untuk membuktikan apakah perusahaan di Jepang telah melakukan earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif pajak badan dari tarif 37,5% menjadi 34,5% pada tahun 1998 dan kemudian menjadi 30% pada tahun 1999 di Jepang. Hasil empiris menyatakan bahwa discretionary accrual signifikan negatif untuk tahun sebelum penurunan tarif pajak. Hal ini menunjukkan bahwa manager di perusahaan Jepang cenderung menunda pendapatan mereka dalam menanggapi penurunan tarif pajak badan yang terjadi dengan tujuan untuk meminimalkan biaya pajak. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Slamet dan Wijayanti (2012) gagal membuktikan adanya respon manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan di BEI. Hasil penelitian Slamet dan Wijayanti menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai discretionary accrual tahun 2009 dan tahun 2010. Atas penelitian yang telah dilakukan, Slamet dan Wijayanti 8

menyarankan untuk menggunakan logaritma penjualan untuk menghitung variabel independen ukuran (SIZE) perusahaan. Penelitian juga dilakukan oleh Ristiyanti dan Syafruddin (2012) untuk membuktikan adanya manajemen laba sebagai respon perubahan tarif pajak penghasilan badan pada perusahaan manufaktur. Penelitian berhasil membuktikan bahwa pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 manajemen laba dilakukan oleh perusahaan laba. Sedangkan untuk perusahaan yang rugi, tidak terbukti melakukan manajemen laba dalam merespon perubahaan tarif pajak penghasilan. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyanti dkk (2012) untuk menganalisis perbedaaan Earning Management sebelum dan sesudah pemberlakuan UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Penelitian berhasil membuktikan bahwa membuktikan bahwa earning management sesudah pemberlakuan UU No. 36 Tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan sebelum pemberlakuan UU No. 36 Tahun 2008. Penelitian yang dilakukan Afriyanti (2011) untuk menganalisis respon wajib pajak terhadap pemberlakuan undang-undang pajak penghasilan tahun 2008 berhasil membuktikan bahwa perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI memanfaatkan perubahan tarif pajak penghasilan badan untuk melakukan manajemen laba yang bertujuan untuk memperoleh penghematan pajak. 9