BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dari pengertian pajak tersebut, dapat dilihat bahwa pajak merupakan salah satu penerimaan bagi Negara. Dari tahun ke tahun, realisasi penerimaan dari sektor perpajakan terus meningkat sampai akhir tahun 2012. Berikut adalah tabel realisasi penerimaan sektor perpajakan dari tahun 2007 sampai dengan 2012: Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2007-2012 (dalam milyaran rupiah) URAIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PPh MIGAS 44,000.50 77,018.90 50,043.70 58,872.70 65,230.70 58,665.80 PPh NON MIGAS 194,430.50 250,478.80 267,571.30 298,172.80 366,746.30 454,168.70 PPN DAN PPnBM 154,526.80 209,647.40 193,067.50 230,604.90 298,441.40 350,342.20 PBB 23,723.50 25,354.30 24,270.20 28,580.60 29,057.80 35,646.90 BPHTB 5,953.40 5,573.10 6,464.50 8,026.40 CUKAI 44,679.50 51,251.80 56,718.50 66,165.90 68,075.30 72,443.10 PAJAK LAINNYA 2,737.70 3,034.40 3,116.00 3,968.80 4,193.80 5,632.00 TOTAL PENERIMAAN 470,051.90 622,358.70 601,251.70 694,392.10 831,745.30 976,898.70 Sumber : www.pajak.go.id 1
Beberapa tahun terakhir, penerimaan dari sektor perpajakan bahkan mencapai proporsi 70% lebih dari seluruh aspek penerimaan APBN. Berikut adalah total penerimaan perpajakan dibandingkan dengan penerimaan APBN lainnya: Tabel 1.2 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2007-2012 (dalam milyaran rupiah) Sumber Penerimaan (milyar rupiah) 2007 1) 2008 1) 2009 1) 2010 1) 2011 2) 2012 3) Penerimaan Perpajakan 490,988 658,701 619,922 723,307 878,685 1,019,333 Pajak Dalam Negeri 470,052 622,359 601,252 694,392 831,745 976,900 Pajak Penghasilan 238,431 327,498 317,615 357,045 431,977 512,835 Pajak Pertambahan Nilai 154,527 209,647 193,067 230,605 298,441 350,343 Pajak Bumi dan Bangunan 23,724 25,354 24,270 28,581 29,058 35,647 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5,953 5,573 6,465 8,026 - - Cukai 44,679 51,252 56,719 66,166 68,075 72,443 Pajak Lainnya 2,738 3,035 3,116 3,969 4,194 5,632 Pajak Perdagangan Internasional 20,936 36,342 18,670 28,915 46,940 42,433 Bea Masuk 16,699 22,764 18,105 20,017 21,501 23,534 Pajak Ekspor 4,237 13,578 565 8,898 25,439 18,899 Penerimaan Bukan Pajak 215,120 320,604 227,174 268,942 286,568 272,720 Penerimaan Sumber Daya Alam 132,893 224,463 138,959 168,825 191,976 172,871 Bagian laba BUMN 23,223 29,088 26,050 30,097 28,836 25,590 Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 56,873 63,319 53,796 59,429 50,340 54,398 Pendapatan Badan Layanan Umum 2,131 3,734 8,369 10,591 15,416 17,861 Jumlah 706,108 979,305 847,096 992,249 1,165,253 1,292,053 Catatan : Perbedaan satu digit dibelakang terhadap angka penjumlahan karena pembulatan 1) LKPP 2) APBN-P 3) RAPBN Sumber : Departemen Keuangan Dari tabel tersebut, dengan membandingkan sumber penerimaan di sektor perpajakan terhadap keseluruhan sumber penerimaan dalam APBN, penerimaan perpajakan pada tahun 2007 mencapai 68,53%, tahun 2008 mencapai 67,26%, tahun 2009 mencapai 73,18%, tahun 2010 mencapai 72,90%, tahun 2011 mencapai 75,41% dan pada tahun 2012, direncanakan 2
penerimaan pajak mencapai 78,89%. Persentase sumber perpajakan di APBN membuktikan bahwa pajak merupakan sumber penerimaan yang besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pajak merupakan salah sumber penerimaan yang memiliki potensi yang sangat tinggi dalam pembiayaan negara. Besarnya potensi pajak bagi penerimaan Negara, mendorong pemerintah untuk terus menerus melakukan berbagai upaya perubahan undang-undang pajak penghasilan untuk mencapai target penerimaan Negara, salah satunya perubahan tarif pajak penghasilan. Namun, dalam melakukan perubahan undang-undang pajak penghasilan, sudah seharusnya pemerintah memperhitungkan berbagai aspek kepentingan perpajakan wajib pajak. Hal ini dikarenakan, selain bagi pemerintah, pajak juga merupakan salah satu hal yang menarik perhatian para pelaku bisnis di dunia. Pajak dapat menjadi salah satu indikator bagi investor dalam membuat keputusan untuk berinvestasi atau tidak karena pajak secara tidak langsung akan mempengaruhi rate of return yang akan diterima oleh investor. Pajak yang tinggi cenderung akan menyebabkan rate of return dari suatu investasi menjadi lebih rendah. Selain itu, bagi perusahaan selaku wajib pajak, tentu saja sangat tidak menghendaki tarif pajak yang terlalu tinggi. Tarif pajak yang tinggi akan mengurangi keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Hal ini cenderung menyebabkan perusahaan akan selalu berusaha untuk meminimalisir pengenaan pajak perusahaannya yang berpotensi besar bagi perusahaan untuk melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jelas bahwa terdapat bentrokan antara kepentingan pemerintah dan wajib pajak. Untuk mencegah terjadi tax evasion, pemerintah harus lebih 3
cermat dalam mengatur perpajakan yang berlaku. Selain tidak merugikan pemerintah, pajak penghasilan yang dikenakan juga jangan sampai memberatkan wajib pajak. Sampai sekarang, perubahan terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan di Indonesia telah dilakukan lebih dari satu kali yaitu: 1. Undang undang nomor 7 tahun 1983 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1984; 2. Undang undang nomor 7 tahun 1991 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1992; 3. Undang undang nomor 10 tahun 1994 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995; 4. Undang undang nomor 17 tahun 2000 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2001; 5. Undang undang nomor 36 tahun 2008 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009. Undang undang nomor 36 tahun 2008 merupakan undang undang pajak penghasilan yang dijadikan sebagai dasar hukum pengenaan pajak penghasilan sampai dengan sekarang. Sejak berlakunya undang undang nomor 36 tahun 2008, tarif pajak penghasilan yang semula progresif berubah menjadi tarif pajak tunggal. Besarnya tarif pajak penghasilan badan adalah sebesar (1) 28% yang berlaku secara efektif pada tahun 2009 yang kemudian diubah menjadi sebesar 25% yang berlaku secara efektif pada tahun 2010 (2) 5% lebih rendah dari tarif nomor (1) apabila Wajib Pajak Badan merupakan Wajib Pajak dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka (go public) dan minimal 40% saham disetornya 4
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak. Dengan kata lain, pada tahun pajak 2009 tarif perusahaan yang masuk bursa (go public) adalah sebesar 23% dan pada tahun pajak 2010 sebesar 20%. Perubahan tarif pajak yang diterapkan di Indonesia merupakan suatu kesempatan besar bagi wajib pajak untuk melakukan perlawanan pajak, baik perlawanan pajak aktif maupun perlawanan pajak pasif. Hal ini dikarenakan selama periode perubahan tarif pajak, terdapat celah bagi wajib pajak untuk melakukan earning management terhadap laporan keuangan guna menghindari pembayaran pajak yang tinggi. Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk menganalis pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan badan terhadap laba perusahaan. Seperti penelitian dilakukan Guenther (1994) untuk menguji indikasi earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan di Amerika Serikat pada periode reformasi perpajakan 1986. Di Jepang, penelitian dilakukan oleh Yamashita dan Otogawa (2007) untuk membuktikan apakah perusahaan di Jepang telah melakukan earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif pajak badan pada tahun 1998-1999. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Slamet dan Wijayanti (2012) gagal membuktikan adanya respon manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan di BEI. Penelitian ini bermaksud menganalisis ulang pengaruh dari perubahan tarif pajak menurut UU no.36 Tahun 2008 terhadap laba yang didalam 5
laporan keuangan perusahaan go public di Indonesia dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan di BEI. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya dan penelitianpenelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terkait dengan perubahan tarif pajak baik di Indonesia maupun Negara lain, masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu antara lain: a. Apakah dengan berlakunya tarif Pajak menurut UU no.36 Tahun 2008, laba bersih sebelum pajak perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI mengalami perubahaan yang signifikan? b. Adakah terdapat indikasi manajemen laba (earning management) sebagai respon dari perubahan tarif pajak penghasilan badan dari periode tahun 2007-2011? c. Apakah terdapat faktor lain selain tarif pajak yang mempengaruhi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan di BEI dari periode tahun 2007 2011? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diuji terhadap 100 perusahaan go public yang terdaftar di BEI. Batasan pengujian yang dilakukan yaitu antara lain: a. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahan kategori non bank dengan omset lebih besar dari Rp.50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah). 6
b. Laporan keuangan yang dianalisis adalah laporan keuangan dari periode tahun buku 2007-2011. Periode tersebut menurut peneliti merupakan periode yang sesuai untuk diuji karena periode tersebut merupakan periode dimana sebelum dan sesudah diberlakukannya UU no 36 Tahun 2008. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris apakah perubahan tarif pajak penghasilan menurut UU no.36 Tahun 2008 mempengaruhi manajemen laba perusahaan. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk membuktikan bahwa selain tarif pajak penghasilan, terdapat variabel lain yang ikut mempengaruhi manajemen laba perusahaan selama periode tahun 2007-2011. Berdasarkan tujuan dari penelitian, adapun manfaat dari penelitian yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Penulis dapat membuktikan bahwa adanya pengaruh dari perubahan tarif pajak terhadap manajemen laba perusahaan. b. Penelitian dapat menjadi salah satu masukan bagi pihak yang bersangkutan terutama para pembuat kebijakan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan didalam mengantisipasi perilaku wajib pajak (perlawanan pajak) terhadap perubahan tarif pajak. 7
1.5 Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan guna menguji respon perusahaan terhadap perubahan tarif pajak yang pernah terjadi selain di Indonesia. Di Amerika Serikat, penelitian dilakukan Guenther (1994) untuk menguji indikasi earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan dari tarif 46% menjadi 34% di Amerika Serikat pada periode reformasi perpajakan 1986. Hasil penelitian menemukan bukti empiris current accrual signifikan negatif pada perusahaan dalam mengurangi pajak. Di Jepang, penelitian dilakukan oleh Yamashita dan Otogawa (2007) untuk membuktikan apakah perusahaan di Jepang telah melakukan earning management sebagai respon terhadap penurunan tarif pajak badan dari tarif 37,5% menjadi 34,5% pada tahun 1998 dan kemudian menjadi 30% pada tahun 1999 di Jepang. Hasil empiris menyatakan bahwa discretionary accrual signifikan negatif untuk tahun sebelum penurunan tarif pajak. Hal ini menunjukkan bahwa manager di perusahaan Jepang cenderung menunda pendapatan mereka dalam menanggapi penurunan tarif pajak badan yang terjadi dengan tujuan untuk meminimalkan biaya pajak. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Slamet dan Wijayanti (2012) gagal membuktikan adanya respon manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan di BEI. Hasil penelitian Slamet dan Wijayanti menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai discretionary accrual tahun 2009 dan tahun 2010. Atas penelitian yang telah dilakukan, Slamet dan Wijayanti 8
menyarankan untuk menggunakan logaritma penjualan untuk menghitung variabel independen ukuran (SIZE) perusahaan. Penelitian juga dilakukan oleh Ristiyanti dan Syafruddin (2012) untuk membuktikan adanya manajemen laba sebagai respon perubahan tarif pajak penghasilan badan pada perusahaan manufaktur. Penelitian berhasil membuktikan bahwa pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 manajemen laba dilakukan oleh perusahaan laba. Sedangkan untuk perusahaan yang rugi, tidak terbukti melakukan manajemen laba dalam merespon perubahaan tarif pajak penghasilan. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyanti dkk (2012) untuk menganalisis perbedaaan Earning Management sebelum dan sesudah pemberlakuan UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Penelitian berhasil membuktikan bahwa membuktikan bahwa earning management sesudah pemberlakuan UU No. 36 Tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan sebelum pemberlakuan UU No. 36 Tahun 2008. Penelitian yang dilakukan Afriyanti (2011) untuk menganalisis respon wajib pajak terhadap pemberlakuan undang-undang pajak penghasilan tahun 2008 berhasil membuktikan bahwa perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI memanfaatkan perubahan tarif pajak penghasilan badan untuk melakukan manajemen laba yang bertujuan untuk memperoleh penghematan pajak. 9